-Adhitha 30-

576 26 0
                                    

Weheee!! Udah part 30 aja nih. Ya udah, tetep stay di cerita ini ya!!!

Thanks guys. Love you!!! 😘

🍂🍂🍂

Selepas pulang dari perkemahan.

Tisya turun dari mobil dengan harap-harap cemas. Di belakangnya, terlihat David yang sedang berdiri dengan perasaan yang tak kalah takutnya dengan Tisya.

Perlahan, mereka berdua pun masuk ke dalam rumah mewah itu. Langkah keduanya bergetar seakan-akan lantai rumah itu bergoyang dengan hebat.

Mata keduanya awas menatap sekitar.Mereka benar-benar takut dan tak bisa menghindar sekarang. Hingga suara horor itu terdengar di telinga mereka masing-masing.

"Tisyana Alexandra Pragupta dan David Adhiyaksa Pragupta, ikut saya sekarang," pinta Oma tegas lalu pergi begitu saja.

Tisya menelan salivanya susah payah. Benar dugaannya. Oma benar-benar marah sekarang hingga memanggil namanya dan David secara lengkap seperti tadi.

Tisya menatap David dan begitu pula sebaliknya. Mereka benar-benar dalam masalah sekarang. Benar-benar dalam masalah!

🍂🍂🍂

Sekarang di sinilah mereka berada. Di ruang kerja Oma.

David dan Tisya berdiri bersebelahan,menundukkan kepala, tak banyak bicara. Mereka berusaha menyiapkan mental untuk mengahadapi 'persidangan' oleh Oma.

Oma duduk di meja kerjanya, menatap kedua cucunya itu dengan tatapan yang sulit untuk didefinisikan. Namun yang jelas, rasa marahlah yang menguasai diri Oma lebih banyak.

Menghela napas panjang, Oma berusaha bersikap bijak. "Apa yang kalian lakukan selama di perkemahan, Tisyana Alexandra Pragupta dan David Adhiyaksa Pragupta?" tanya Oma memulai 'persidangan'.

Tisya mencuri pandang ke David meminta jawaban. Setelah menghela napas berat berkali-kali, David pun akhirnya menjawab. "Banyak, Oma. Kita main game, terus duduk depan api unggun. Pokoknya seru," jawabnya seperti anak kecil yang menceritakan hari pertama sekolahnya.

Sontak, Tisya langsung mendelik ke arahnya.

Ini bukan waktunya main-main Dukun Onta! Batin Tisya kesal dalam hati. Sepupunya ini memang minta untuk dimutilasi ya.

"Jangan pura-pura bodoh. Kalian pasti mengerti dengan apa yang saya tanyakan," kata Oma dingin.

David dan Tisya bergeming. Sama sekali tak menghiraukan pertanyaan dan tatapan mengintimidasi dari Oma. Rasanya, ingin menenggelamkan diri saja daripada harus disidang seperti ini.

Melihat kedua cucunya yang hanya diam saja, Oma beranjak dari tempat duduknya. Lalu ia berjalan memutari Tisya dan David sambil bertepuk tangan.

"Saya sangat respek dengan apa yang kalian berdua lakukan. Saya sangat respek. Ternyata, ada anak-anak yang masih saja tidak menggunakan otaknya. Saya sangat merespek anak-anak itu," sindir Oma pedas. Meskipun usianya tak lagi muda, Oma tak segan-segan untuk menghukum anggota keluarganya jika ada yang berbuat kesalahan.

Adhitha [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang