-Adhitha 51-

496 25 0
                                    

"Rasa ini mengukungku. Rasa ini menahanku. Rasa ini membunuhku. Dan rasa ini menjatuhkanku."

-Athala Triata.

🍂🍂🍂

"Kalau semuanya bisa diubah dalam sekali tepuk..."

Athala menunduk, membaca novelnya dengan bersuara--namun pelan.

Ia sengaja melakukan itu agar orang yang tak duduk jauh darinya--lebih tepatnya di hadapannya itu, dapat mendengarkannya.

Ada Adhitya di sana, sedang menunduk pula--memainkan ponselnya. Ia tampak sama sekali tak memedulikan Athala yang membaca novelnya dengan suara yang pelan, namun sebenarnya dapat didengar olehnya.

Entah karena apa, Adhitya satu kelompok pelajaran dengan Athala. Guru mereka meninggalkan kelas sejak lima menit yang lalu dan belum kembali juga.

Hal itu membuat para siswa kembali sibuk dengan aktivitasnya semula.

Dan hal ini, menjadi keberkahan tersendiri bagi Athala. Ia bisa meminta penjelasan dari cowok itu meskipun tak secara langsung, sekaligus membuat cowok itu kembali--menjadi Adhitya yang punya senyum semanis gulali.

Athala menelan ludahnya, ia pun mencari tulisan yang tepat, untuk menyuarakan isi hatinya. Dan tatapan Athala tiba-tiba menjadi sendu, ketika menemukan sederet kata yang sangat menusuk hatinya.

"Aku membutuhkanmu. Aku membutuhkan senyummu. Aku membutuhkan tawamu. Aku membutuhkan segalanya tentangmu. Agar aku bisa melewati segala hari-hari pilu, yang tak kunjung berhenti mendatangiku."

Orang-orang yang berada di satu kelompok dengan Athala hanya menyeringai, heran dengan apa yang dilakukannya itu. Tumben-tumben 'Manusia Es' satu ini bersikap absurd.

Tentu saja kecuali Adhitya dan Octavia--yang kebetulan satu kelompok juga dengan Athala.

Meskipun Athala tak pernah bilang apapun kepadanya, Octavia tahu kalau ada sesuatu pada Athala. Diva dan Indi juga tahu, namun mereka hanya memilih diam, tak banyak  bertanya walau sebenarnya sangat ingin.

Mereka pun juga tahu, kalau sahabatnya itu menaruh perasaan lebih pada Adhitya.

Mereka tahu segalanya tentang Athala, sekali pun gadis itu hanya diam seribu bahasa.

Dan soal perubahan sikap Adhitya, mereka pun juga melihatnya. Adhitya yang biasanya selalu bersikap ramah dan tersenyum pada orang lain, tiba-tiba menjadi datar dan 'menakutkan'.

Membuat siapa saja gentar saat melihatnya.

Octavia hanya menghela napasnya pasrah. Matanya sudah bertemu dengan mata Indi dan Diva, dan mereka juga melakukan hal yang sama seperti Octavia.

Tak bisa apa-apa.

Biarlah waktu yang mengikis hati Adhitya yang membatu, dan menyadarkan bahwa hati es yang jadi dambaan hatinya sudah meleleh karena kehangatan senyumnya. Dan hati es-nya sekarang berusaha untuk mengikis hati batunya--yang entah sejak kapan membatu.

🍂🍂🍂

Tahan Adhitya, tahan, batin Adhitya berusaha menahan gejolak di dalam hatinya.

Adhitha [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang