"Aku rapuh. Aku lemah. Dan aku, tak bisa membuatmu tersenyum lagi, walau aku mau."
-Athala Triata.
🍂🍂🍂
Athala mengusap kasar air matanya, lalu mengusap hidungnya. Walaupun begitu, hanya percuma saja karena air matanya terus mengalir tanpa diminta.
Octavia duduk di sebelah Athala, mendekap erat bahu sahabatnya. "Kalo lo mau nangis, nangis aja Tha. Jangan dipendam lagi, jangan disembunyiin lagi. Gue malah nggak kuat kalo lihat lo kayak gitu," lirih Octavia, matanya sudah berkaca-kaca.
Diva mendekat, menggenggam tangan Athala. "Iya Tha... Nangis aja gak papa.. Jangan ditahan kayak gitu... Rasanya gue malah pengen nonjok Adhitya kalo lihat lo kayak gini..."
"Cuma kita-kita aja kok, yang bakalan lihat lo nangis. Nggak bakal ada yang tahu... Taman ini kosong... Cuma ada kita berempat," Indi tersenyum lembut, menggenggam tangan Athala yang satunya.
Taman belakang sekolah itu sepi, hanya ada beberapa orang saja--termasuk mereka--yang berada jauh dari mereka.
Gadis itu hanya menunduk, dan lagi-lagi mengusap mata dan hidungnya. Ia menggeleng perlahan. "Nggak... Gue nggak nangis. Gue cuma mau sendiri. Tinggalin gue," kata Athala datar.
Dengusan keras terdengar dari Diva. "Lo pikir kita bakalan percaya? Lo pikir kita ini anak kecil yang bisa lo bohongin gitu aja? Lo salah Tha! Kita aja tau lo udah nangis sebelum ini! Bahkan di tempat yang sama!" Diva melepaskan genggamannya, mengepalkan kedua tangannya erat.
Napasnya naik turun setelah membentak Athala. Athala hanya mendongakkan kepalanya sebentar, lalu kembali menunduk. "Jadi kalian udah tahu..." lirih Athala pelan, air matanya keluar lagi.
Octavia yang melihat hal itu, menggigit bibir bawahnya. Ia perlahan menangkupkan tangannya pada wajah Athala, memaksanya untuk mendongak dan menatapnya.
"Lihat gue, Tha... Gue nggak kuat lihat lo memendam kesedihan lo... Gue nggak suka... Sekarang, coba keluarin semua emosi lo... Kami ada di sini buat lo. Gue, Indi, Diva bakalan ada di samping lo, ngehibur lo, dan ngelakuin apa aja buat lo..."
Indi mengangguk, membenarkan perkataan Octavia. "Iya, Tha. Kami bakalan ada buat lo... Lo inget kan? Lo pernah bilang, gue kayak ibu kedua buat lo, terus Diva sama Octavia kayak kakak dan adik buat lo. Lo bener, kita keluarga. Dan keluarga, harus bersama selamanya."
Athala menatap ketiga sahabatnya bergantian, mengucapkan terima kasih dengan penuh ketulusan. "Makasih... Karena selalu ada buat gue..."
Tak lama, tiba-tiba Athala memeluk Octavia, dan kemudian menangis sekeras-kerasnya. Octavia membalas pelukan Athala, lalu ikut menangis.
Diva dan Indi mendekat, dan akhirnya mereka saling berpelukan. Indi dengan sifat keibuannya mengelus rambut Athala pelan, membisikkan kalimat-kalimat menenangkan di telinganya.
Mereka tak peduli, meskipun beberapa orang yang ada di sana menatap mereka penuh keheranan. Mereka hanya ingin saling menyemangati, memberi tahu betapa mereka sangat menyayangi satu sama lain.
Pemandangan itu menjadi bukti, bahwa persahabatan mereka bukan hanya sekadar 'persahabatan'. Melainkan keluarga, 'keluarga kedua' yang selalu berada di sisi masing-masing.
Mereka berempat, berpelukan di bawah pohon rindang, dengan tangisan yang saling sahut menyahut.
🍂🍂🍂
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitha [COMPLETED]
Novela Juvenil"Aku dan kamu itu satu." Ini tentang sebuah kisah. Si cowok berpenampilan cupu, yang menyimpan sejuta rahasia dan si cewek dingin, yang berusaha selalu kuat untuk menghadapi apa pun. Tentang mereka berdua. Adhitya Kinantan dan Athala Triata. amazi...