-Adhitha 48-

498 21 0
                                    

"Harapan, harapan, harapan. Maaf, karena kau telah menjadi korban keegoisanku. Ku mohon bertahanlah sebentar lagi, agar dia tahu seberapa besar pengharapanku atas dirinya."

🍂🍂🍂

Athala menekan bibirnya beberapa kali, mendongak-dongakkan wajahnya, berusaha menahan air mata yang sudah berada di pelupuk.

Dengan hati yang remuk redam, Athala meraih gelang yang dibuang Adhitya tadi, beserta kotak yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berada. Tangannya bergetar, membersihkan gelang itu dari tanah. Ia pun bangkit dan memasukkan gelang itu ke dalam kotak kembali.

Menyakitkan. Itulah yang dirasakannya sekarang.

Apa kalian tahu bagaimana rasanya dijatuhkan oleh orang yang kalian anggap spesial? Sakit. Teramat sakit malahan.

Athala menggigit bibir bawahnya. Entahlah, dia tak bisa menjelaskan secara gamblang apa yang dirasakannya. Intinya, hatinya sakit sekarang.

Dia merasa semua usahanya sia-sia karena cowok itu malah membuang gelang yang khusus dibuatkan untuknya. Lalu, meninggalkan Athala begitu saja di taman belakang sekolah.

Setelah mengucapkan beberapa kalimat yang sesungguhnya membuat hati Athala hancur berkeping-keping.

Seakan-akan semua perlakuan itu sama sekali tak menyakiti cewek di hadapannya.

Kaki Athala melemas, dan akhirnya dia pun jatuh terduduk di kursi. Kepalanya tertunduk, setetes air mata mulai jatuh. Ini pertama kalinya, Athala menangis atas Adhitya.

Orang yang sebelumnya selalu membuatnya bahagia, berhasil membuatnya melupakan seluruh beban yang menghimpit dadanya. Namun, orang itu malah sukses membuatnya menangis sendiri sekarang.

"Kenapa dia berubah? Apa gue ada salah sama dia?" lirih Athala sembari mengusap air mata yang hinggap di pipinya. "Kalo emangnya gue ada salah sama dia, seharusnya dia bilang... Bukannya malah buat gue jadi kayak gini..."

Tangannya semakin mencengkeram roknya yang sedikit basah karena air matanya. Di sekeliling cewek itu terdapat segelintir orang yang kebingungan karena melihat dia menangis sendiri.

Walau begitu, Athala sama sekali tak peduli. Hatinya sedang sakit sekarang. Dan dia, ingin meluapkan kesedihannya di sini. Biarlah orang-orang menganggapnya aneh atau apalah. Athala tidak peduli.

Yang penting, hatinya harus kuat kembali. Karena hatinya dibutuhkan untuk mengejar Adhitya. Karena Athala ingin laki-lakinya kembali.

Karena Athala ingin Adhitya-nya kembali.

🍂🍂🍂

"Lo bener-bener jadi Adhitya yang dulu ya, Dhit," kata Aril sambil memandang ke bawah seraya melipat kedua tangannya di dada.

Keempat sahabat itu sekarang ada di kantin, dan tak ada satu pun dari mereka yang berniat untuk mengisi perut yang kosong.

Kevan menegakkan posisi duduknya lalu menunjukkan smirk sinisnya. "Gue nggak nyangka lo akan secepat ini nyakitin cewek yang dulu lo kejar-kejar. Jujur, gue salut sama lo karena udah berani nyakitin perasaannya cewek.

"Dia udah senyum lebar, siap buat nyambut lo, tapi lo malah nganggep dia nggak ada. Apa lo pikir, semua itu nggak nyakitin dia? Dan simsalabim, dia langsung ngerti sama semua masalah lo?"

Adhitha [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang