"Terkadang, di waktu yang bersamaan, sebuah kesalahan yang membuat kita malu, juga membawa kita ke fase kehidupan yang lebih baik."
🍂🍂🍂
Diva berseru keras-keras, setelah ujian praktek kimia selesai dilakukan dan guru sudah keluar dari lab.
"Akhirnya! Selesai juga!" Diva mengangkat tangannya tinggi-tinggi, dan meregangkan otot-ototnya yang keram karena gugup melakukan ujian praktek tadi.
Indi tertawa melihatnya. "Lepas dulu kek, jas, kacamata, sama sarung tangan lab lo. Baru teriak nggak jelas."
Diva langsung mendengus seraya memutar bola matanya. "Iya-iya. Nanti bakalan gue lepas kok."
Athala yang melihat reaksi kedua sahabatnya itu hanya tersenyum tipis, melipat jas lab, dan mengembalikannya ke tempat semula. Tak lupa juga dengan kacamata, sarung tangan, juga tabung-tabung reaksi yang sudah dicuci.
"Habis ini, lo mau ke mana, Tha?" tanya Octavia, ketika mereka sudah melangkah keluar dari lab kimia.
"Habis ini gue mau ke kantin. Laper."
"Eh? Gitu. Ya udah, gue ikut ya."
Octavia berjalan lebih cepat, menghampiri Diva dan Indi yang hendak berbelok, ingin langsung menuju ke kelas.
"Div, Ndi. Gue sama Athala ke kantin dulu, ya," ujar Octavia.
Diva langsung mengacungkan jempolnya. "Sip. Tapi gue dibeliin, ya?"
Jitakan pelan langsung melayang ke kepala Diva. "Enak aja, lo. Kalo pake uang lo sendiri gitu nggak papa. Nah ini, pake uang orang lain. Minta disahut sandal?" Octavia mendelik pada Diva.
"Iya-iya, maaf deh." Diva tertawa pelan.
"Ya udah. Gue duluan, ya. Kasihan tuh Athala nungguin," Octavia menunjuk Athala yang masih berada di belakang, sambil memeluk buku-bukunya. Ia menunggu tepat di depan tangga.
"Yaa.. Kalian pergi sana, gih," Indi mendorong pelan Octavia. Octavia tersenyum, lalu langsung pergi bersama Athala menuju kantin, yang berada di lantai satu.
Sedangkan Diva dan Indi sudah berjalan beriringan menuju kelas.
🍂🍂🍂
Adhitya termenung, menatap gelas es tehnya yang berembun. Ia tak tahu harus berbuat apa. Dua hari libur kemarin, ia habiskan dengan hanya melamun di kamar.
Dan berakhir menangis di malam hari.
Adhitya sendiri tak menyangka, bahwa dia bisa melakukan hal semenyedihkan itu. Ia pikir, dirinya akan kuat untuk melewati ini semua. Ternyata, sama sekali tidak.
Para sahabatnya, juga terlihat menjauhinya. Padahal, tanpa sepengetahuan Adhitya, mereka terus mengawasinya. Jangan sampai Adhitya melakukan hal yang sama, seperti beberapa hari yang lalu.
Karena mereka tahu, semakin Adhitya melakukannya, semakin hancurlah hatinya.
Mereka bahkan bisa dibilang sangat mengkhawatirkan Adhitya. Tak ada gunanya jika mereka terus menasehati Adhitya. Karena ia terlalu keras kepala.
Daripada merasa sendirian di tempat yang sebenarnya ramai, Adhitya memutuskan untuk ke taman belakang. Tak lupa, ia juga membawa segelas es teh yang baru dibelinya.
Brak!
"Tha!" Octavia menarik Athala, ketika sahabatnya itu menabrak seseorang. Octavia tak tahu mengapa tiba-tiba Athala jadi tak fokus seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adhitha [COMPLETED]
Jugendliteratur"Aku dan kamu itu satu." Ini tentang sebuah kisah. Si cowok berpenampilan cupu, yang menyimpan sejuta rahasia dan si cewek dingin, yang berusaha selalu kuat untuk menghadapi apa pun. Tentang mereka berdua. Adhitya Kinantan dan Athala Triata. amazi...