#21. Warmth on Cold

21.2K 2K 2.1K
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N:
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan hasil dari imajinasi fangirl dg bumbu unsur dramatis di sanasini.

CAUTION:
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek-efek baper (?). Gejala seperti naiknya tekanan darah,euforia, cengengesan, mual-mual dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Pagi itu terbilang cukup cerah. Jungkook lari mengelilingi kompleks sesuai rutinitasnya setiap hari Minggu. Biasanya dia akan lari agak lama, tapi hari ini dia menyudahinya lebih cepat. Dia masuk ke dalam rumah dan langsung menghampiri lemari es, mengambil salah satu botol berisi jus secara acak. Kakinya melewati sang ibu yang sedang memasak sewaktu mengambil gelas, lalu dia duduk di meja makan yang masih kosong. Tak ada kata-kata yang diucapkannya.

Kesunyian itu mengundang perhatian sang ibu. Yoona menengok dan mengernyit melihat Jungkook diam seribu bahasa meminum jus dengan wajah tertekuk penuh dilema. “Kau sedang ada masalah?” wanita paruh baya itu bertanya.

Jungkook tidak menjawab. Dia masih diam selama beberapa detik, sebelum akhirnya bercelatuk datar, “Sepertinya aku ingin bertemu psikiater lagi.”

Itu baru hal yang tak biasa.

Yoona terkejut mendengar penuturan putra bungsunya. Segera saja dia mematikan kompor dan buru-buru menghampiri meja makan lalu duduk di samping Jungkook. “Kenapa?” dia bertanya sambil mengusap tangan Jungkook di meja. “Ada apa? Apa fobiamu bertambah parah lagi?”

Jungkook sedikit menoleh pada sang ibu. Dilihatnya wajah wanita itu tampak cemas sehingga mendadak saja dia menyesali perkataannya. “Tidak—bukan apa-apa. Hanya bercanda. Maaf,” jawabnya. Tentu saja tadi dia tidak betul-betul serius mengatakan ingin menemui psikiater.

“Yang benar? Kau sungguh tidak apa-apa? Bagaimana dengan flumu? Kau kemarin bilang sedang tidak enak badan.”

Jungkook diam tanpa menjawab apa-apa dan cuma menunduk. Dia tahu tidak seharusnya dirinya bicara sembarangan di depan ibunya yang kelewat cerewet dan sentimen itu.

Selagi menuang jus lagi, Jungkook kemudian berkata, “Eomma, aku punya tebakan. Jika kita mendekat, semua bisa berantakan, tapi meskipun tahu semua akan berantakan, kita tidak bisa bisa menahan diri karena memang sulit sekali menjauhinya. Apa itu?”

Lalu, Jungkook meminum jus sembari memandang ibunya. Selama beberapa saat wanita itu tampak berpikir serius. Tak lama, akhirnya wajah Yoona berubah semringah. “Eomma tahu,” ucapnya. Sambil menatap Jungkook dia menjawab, “Itu barang limited edition. Iya, kan?”

Jungkook berhenti minum dan mengerutkan kening. “Bagaimana bisa?” sangsinya.

“Itu benar, kan?” kata Yoona. “Baru-baru ini Eomma melihat tas desain yang hanya diproduksi tiga puluh oleh brand-nya. Kau tahu—hanya ada tiga puluh di dunia! Eomma tahu Eomma baru membeli tas mahal, tapi Eomma ingin satu yang seperti itu. Jadi Eomma membelinya—dan ternyata itu jauh lebih mahal dari yang sebelumnya Eomma beli bersama ayahmu—benar-benar tidak ada diskon. Kau tahum kan? Barang limited edition benar-benar kelemahan Eomma.”

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang