#22. Paper Hearts

17.8K 1.8K 1.4K
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan imajinasi fangirl yg dibumbu unsur dramatis di sana sini.

CAUTION:
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek-efek baper (?). Gejala seperti naiknya tekanan darah,euforia, cengengesan, mual-mual dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Jimin masih kelas tiga tahun itu, saat ayahnya dipindah tugaskan ke Daegu dan mereka sekeluarga terpaksa pindahan.

“Halo, namaku Park Jimin. Aku dari Busan.”

Seluruh anak-anak di kelas menatap sambil membisu pada hari itu. Jimin si anak baru berbicara dengan logat Busan, yang menurut sebagian besar murid itu amatlah asing bagi mereka. Tidak ada yang berbicara seperti itu karena ini Daegu, bukan Busan.

Beberapa waktu berlalu dan tak ada yang mau berteman dengan Jimin. Mereka pikir Park Jimin berbeda, dan berbeda itu aneh. Alasan yang cukup untuk menjauh. Jimin pun serta merta berpendapat, Daegu itu tidak menyenangkan. Semua anak-anak di sana menyebalkan. Daegu menyebalkan. Dia tidak suka Daegu.

Namun kemudian Jimin bertemu Kim Taehyung, anak laki-laki yang selalu menyendiri di ayunan. Mereka tidak saling mengenal pada waktu itu karena kelas mereka berbeda. Jimin hanya tahu karena tiap jam makan siang, saat dirinya duduk di depan kelas—menjauh dari kantin karena di sana tempatnya murid-murid tukang mengejek—dia melihat anak laki-laki itu selalu bermain ayunan sendirian sementara anak-anak yang lain bermain sepakbola di lapangan.

Setiap hari Taehyung ada di sana. Kaki kecil itu mendorong ayunan amat kencang, berayun-ayun menerpa angin dengan poni yang bergoyang, matanya terpejam. Terjun lalu melambung, tampak begitu bebas dan hidup. Jimin pun tak bisa melewatkannya.

Berbeda dengan Jimin yang selalu sendiri dan kesepian karena dijauhi oleh anak-anak yang lain. Sebaliknya, Kim Taehyung-lah yang justru menjauhi anak-anak di kelasnya. Jimin sendiri beberapa kali melihat Taehyung berbicara dengan beberapa anak, kelihatan mudah bergaul dan akrab. Namun esoknya tampak anak itu sendirian dan kesepian lagi.

Kenapa kau memilih sendirian? Jimin ingin bertanya demikian pada anak asing itu. Sebab dia ingin tahu, mengapa anak laki-laki itu pilih-pilih dalam berteman, sementara Jimin di sini justru tidak bisa memilih satu pun teman.

Masalahnya, dengan logat bicara yang masih Busan sekali, tentu Jimin tak memiliki keberanian. Nyalinya baru muncul sewaktu melihat si anak laki-laki bertengkar dengan anak-anak yang lain.

Taehyung sedang berada di panjat-panjatan saat beberapa anak mendatanginya dan mengadu mulut, sedangkan Jimin berada di tempatnya seperti biasa. Untuk beberapa saat di awal Jimin hanya diam sembari menonton, sampai disaksikannya salah seorang anak di sana menarik Taehyung hingga terjatuh ke tanah.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang