#25. Nine To Ten

18.6K 1.8K 2.6K
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanyalah fiktif & merupakan imajinasi fangirl yg dibumbu unsur dramatis di sana sini.

CAUTION:
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek-efek baper (?). Gejala seperti naiknya tekanan darah,euforia, cengengesan, mual-mual dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Sepeninggal dari toilet, Taehyung berlalu dengan langkah berang tergesa—menyusuri koridor, tapi tidak berbelok menuju bilik tempat teman-temannya berada. Taehyung mengambil belokan menuju pintu keluar dan akhirnya berhenti, bersandar di sebelah sebuah mesin penjual minuman otomatis sambil menunduk. Pandangan Taehyung menatap kedua tangannya yang gemetaran, sementara wajah Jungkook terhampar dalam bayangannya.

Suara laki-laki itu masih terdengar jelas dan lantas menggema tiada henti di kepala Taehyung.

Aku yang mendapatkanmu lebih dulu, bukan mereka—

Kau milikku, Kim Taehyung.

Aku cemburu, Taehyung.

Cara Jungkook melafalkan nama Taehyung, caranya menyebut nama itu, terus terngiang. Taehyung. Taehyung. Taehyung. Kim Taehyung.

Aku tidak suka melihat tatapan mereka padamu.

Sialan. Taehyung mengusap wajahnya dan mengacak-acak rambutnya. Mengapa Jungkook mesti bersikap seperti ini padanya?

Gemuruh di dada Taehyung yang memang sudah terasa semenjak beberapa saat lalu di toilet, kini semakin menjadi-jadi. Sekujur tubuhnya tak kunjung tenang dan dia tidak tahu pasti manakah penyebabnya, terlalu banyak yang berpotensi menjadi akar hal tersebut terjadi.

Terdapat perasaan takut yang membayangi dan—jika boleh jujur—Taehyung kini bahkan semakin ketakutan lagi, sebab tersadar bahwa bukan sikap diktatoris ataupun kata-kata tak berperasaan dari Jeon Jungkook yang membuatnya takut. Dia takut pada dirinya sendiri—dirinya yang mudah goyah, dirinya yang tidak tangguh, yang lemah dan yang tidak bisa dikendalikan ini.

Alangkah mengerikan semua itu. Sederet hal-hal yang mampu membuat Taehyung jatuh dan—tidak diinginkan.

Kata-kata aneh Jungkook amat tak mengenakkan untuk didengar. Rasanya menyayat dari dalam dan menorehkan sakit hati. Namun meski begitu, dada Taehyung tetap berdebar-debar mendengarnya. Rasa benci serta sekeping perasaan asing menyesakkan tiap helaan napasnya. Taehyung tidak mengerti bagaimana dirinya bisa merasa demikian, bahkan setelah Jungkook merendahkannya hingga seperti itu.

Taehyung tidak suka ini, tapi juga tidak betul-betul membencinya. Ini terlampau rumit. Rasanya seakan meluncur dari titik tertinggi rollercoaster, memicu segala macam emosi dalam diri untuk mengemuka. Dia kesulitan memilah, dari semua perasaan yang dirasakan, mana yang sungguh-sungguh menggambarkan isi hatinya pada Jungkook. Dia tidak paham. Semua tercampur aduk.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang