#45. Hope & Fear

12.3K 1.6K 788
                                    

🌸 KookV 🌸

.

.

.

A/N :
Cerita ini hanya fiktif & merupakan imajinasi fangirl yg dibumbui unsur dramatis di sana sini.

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek-efek baper (?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual-mual dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.
*deepbow*

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.


Taehyung tahu, saat dia pulang, tidak akan ada hal lain yang akan ditemukannya di dalam rumah kecuali sunyi. Sebetulnya sore ini Jimin menawarkan diri untuk menemani—tadinya malah mengajak Taehyung ke apartemennya sekalian—Yuta dan Seungcheol juga, tapi Taehyung menolak karena ingin sendiri. Kini dia menyesalinya. Dengan perasaan seburuk ini kekosongan di rumah tentu terasa semakin kentara, dan mendadak Taehyung turut merasa kesal pada ibunya yang tak pernah pulang sejak insiden di Incheon.

Kekesalan Taehyung berlipat, bahkan hanya dengan melihat meja makan yang dipenuhi hidangan dari pelayan—yang bisa disebut sebagai orang luar—dan kini harus dia habiskan seorang diri tanpa ditemani siapa-siapa. Jadi dia pun memasukkan semua makanan tersebut ke dalam lemari es dan memesan makanan dari luar. Pemuda satu itu ingin memakan sesuatu yang pedas, sedangkan para pelayan tidak pernah menggunakan cabai di setiap masakan karena Yujin punya masalah lambung. Lagi pula, pikir Taehyung, makanan dari luar ataupun dari rumahnya sama-sama dimasak oleh orang asing.

Setelah menghabiskan semangkuk penuh jjampong super pedas, dakkbal, serta dua botol soda, rupanya perasaan Taehyung belum juga membaik. Ini cukup aneh sebab biasanya makanan-makanan pedas selalu bisa membuat perasaannya membaik. Karena makan tak juga mengalihkan pikirannya dari Jeon Jungkook, Taehyung lantas bermain video game di kamarnya. Namun rupanya itu pun sama tak bergunanya. Dia bahkan tidak bisa fokus memegang tuas dan malah membuat karakternya mati di awal permainan.

Akhirnya Taehyung membanting joystick, mengeluarkan CD game dan mematahkan jadi dua, lalu melempar kepingannya ke seberang pintu.

Taehyung mencari cara lain dengan membaca komik, mendengarkan musik keras-keras, serta bermain dengan Bibim di kasur, tapi itu semua berkesan membosankan dan masih saja membuatnya ingat dengan Jungkook. Tak berhenti mencari cara, Taehyung mengacak-acak surainya seraya berpindah ke meja belajar. Dibukanya buku-buku pelajaran di meja. Dulu Jungkook pernah berkata, belajar bisa membantu menenangkan pikiran. Mungkin itu akan benar-benar berhasil. Maka, Taehyung mulai mengerjakan beberapa soal latihan.

Akan tetapi, karena belajar adalah metode yang diajarkan oleh Jungkook sendiri, sudah pasti hal tersebut tidak berhasil untuk Taehyung. Yang diinginkan pemuda satu ini adalah melupakan Jungkook, dan belajar nyatanya malah membuatnya kian merasakan keberadaan laki-laki itu di dekatnya.

Pada akhirnya Taehyung tidak melakukan apa-apa. Dia menyerah dan berhenti mencoba.

Sebaliknya, Taehyung mulai memikirkan semuanya sekaligus. Dia memikirkan Jungkook, kesalahan-kesalahannya, serta semua penyesalan dan maaf yang disampaikan. Pada sepuluh menit pertama tidak ada yang ada di pikiran Taehyung kecuali sumpah serapah serta hasrat yang begitu besar untuk menghajar Jungkook. Sewaktu Jungkook tidak ada di depannya seperti saat ini, Taehyung sungguh-sungguh merasa seakan dirinya sanggup untuk mematahkan leher laki-laki itu dan menghajarnya sampai mampus.

Unlimited | BTS KookV [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang