Love, Hug, Argue, Love again
Irene POV
"Kangen... Hmmmm..." kataku sambil memeluk tubuh Sehun yang besar.
Aku baru saja sampai di dorm namun Sehun langsung menjemputku untuk makan malam di luar bersamanya. Tidak, kami tidak makam malam di restauran atau di tempat publik. Kami makan di apartmen Sehun dengan makanan yang dipesan oleh Sehun.
"Hmmm...Mwahh..... Masih sakit perutnya?" Sehun bertanya sesudah mencium kepalaku. Tangannya kini diselipkannya pada perutku. Hmmm dia hafal siklus halanganku.
"Sedikit..." jawabku dengan diriku masih memeluk dirinya.
Sehun diam namun tangannya kini mengelus perut rataku, ah salah... rasanya perutku sekarang buncit. Aku merasakan itu setiap halangan. Sehun kini mengangkat tubuhku dan membaringkan aku di sofa empuk di tengah ruangan apartmennya.
Aku berbaring dan melihat dia yang kini berlutut di lantai. Aku menyukai pemandangan ini. Ini yang kedua kalinya dia melakukan hal ini dan aku langsung sangat menyukai pengobatan alami dari sentuhan dan ciumannya. Iya, Sehun kini mencium perutku.
Tanganku kini memainkan rambut Sehun yang dibiarkannya tumbuh dan lebat pada bagian depan seperti anjing miliknya, Vivi. Mereka kini mirip menurutku.
"Vivi Appa..." gumamku. Aku sering melihat di sosial media bahwa Sehun dipanggil dengan Vivi Appa dan sekarang mereka benar-benar mirip.
"Vivi Eomma.. Mwah..." kata Sehun dan mencium perutku untuk terakhir kalinya.
Kini Sehun meraih tanganku dan membantuku untuk duduk. Kami saling bertatapan setelahnya. Kegiatan yang selalu dan terus kami lalukan.
Sehun sedikit tersenyum sambil menatapku. Tangannya kini merapikan anak rambutku. Aku betah berlama-lama seperti ini. Dulu tatapan matanya selalu membuatku deg-degan takut namun sekarang tatapan Sehun telah berubah menjadi tatapan yang bisa menenangkanku dan membuat jantungku bertedak sehat tidak seperti detakan dahulu.
"Rambut kamu udah panjang sayang." kataku.
"Sayang juga. Panjang banget..." balasnya.
"Aku potong pendek kamu suka ga sayang?" tanyaku.
"Aku lebih suka kamu panjang rambut sayang." jawabnya. Aku nanya pertanyaan yang jawabannya aku harapkan iya atau tidak tapi dia menjawab seperti itu. Baiklah, mungkin dia ga suka.
"Tapi aku suka kalau kamu nyaman." tambahnya."Benarkah?" tanyaku menggodanya.
"Iya baby." dia semakin sering memanggilku dengan sebutan baby. Aku hampir lupa bahwa aku noonanya terkadang. Segala perlakuannya membuatnya terlihat seperti oppaku.
"Oppa-ya... lapar.." kataku yang malah semakin menggodanya. Aku tidak tau dia suka saat aku memanggilnya dengan sebutan oppa. Yang pasti dia akan tersipu lalu mencium pipiku. Seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE
FanfictionBANYAK PART YANG DI-PRIVATE! HARUS FOLLOW AKU DULU. June, 2017©jisunzisun finished 6th Dec 2018😚