Sebelum baca part ini. Gue mau promosiin cerita punya teman gue Ogahmuncullagi judulnya LARA. Cerita sedih gitu guys. Gue yakin kalian pasti sukaaaaaaaaaa. Monggo mampir yaa :)
.....
.....
.....
Sebulan sudah berlalu. Dan aku merasakan kesepian tanpa ada sosok Kasih ataupun Fathir. Hidupku seperti kehilangan roh dalam jasadnya. Sekarang aku benar-benar yakin bahwa kehilangan mampu membuat semuanya mati di dalam hidupku. Hanya tetesan air mata yang masih bisa kurasakan saat ini. Setelah dan sesudahnya, aku seperti mayat hidup. Mati rasa.
Setiap harinya aku habiskan waktu di dalam kamar. Keluar rumah hanya untuk membeli makan karena aku sedang tidak semangat untuk melakukan apapun. Hanya saja dua hari ini, setiap jam makan siang aku secara diam-diam mendatangi tempat kerja Fathir sekedar melihat wajahnya dari jauh. Tapi sepertinya aku kurang beruntung. Dia tidak keluar dari dalam kantor. Mungkin Fathir sudah membawa bekal dari rumah, jadi dia tidak perlu makan di luar lagi.
Tapi aku tidak menyerah. Hari ini aku masih datang lagi dan menunggu sosoknya keluar bersama teman-temannya dari pintu itu. Namun sampai waktu jam makan siang habis, aku tidak melihat Fathir sama sekali. Jadi aku putuskan untuk menunggu sampai jam pulang kerja. Aku benar-benar ingin melihat wajahnya, meskipun hanya sebentar. Aku tidak kepikiran untuk menyimpan foto Fathir di ponsel. Kebodohanku yang tidak meminta satu foto bersamanya saat liburan ke puncak bogor waktu itu.
Akhirnya setelah menunggu lama, aku melihat para karyawan di bank keluar untuk pulang. Termasuk Alma dan Revan, pria yang dulu hampir melecehkanku di Kafe. Namun aku tidak melihat Fathir di sana. Setelah suasana agak sepi, aku nekad bertanya pada satpam di bank tersebut.
"Pak saya mau tanya, apa hari ini pegawai bernama Fathir masuk kerja?"
"Oh enggak Mbak. Kan mas Fathir lagi cuti."
"Cuti?" Tanyaku kaget.
Satpam itu mengangguk. "Iya Mbak. Mas Fathir cuti sakit karena udah tiga hari ini dirawat."
"Sakit apa?"
"Itu saya kurang tahu Mbak. Tapi kata mbak Alma, mas Fathir dirawat di rumah sakit Medika. Mbak datang ke sana saja kalau mau jenguk."
Aku mengangguk. "Terimakasih untuk informasinya, Pak. Saya permisi dulu."
"Iya Mbak, sama-sama."
Aku terus berjalan sambil berpikir apakah aku harus datang menjenguknya atau tidak. Di satu sisi aku khawatir mendengar dia sakit. Aku ingin berada di sana untuk merawatnya. Tapi di sisi lain, aku takut mempermainkan perasaannya dengan kehadiranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eppure Sentire
ChickLitAntara cinta, keragaman, dan kemanusiaan. Bagaimana cara membuktikan manusia saling mencintai? Beri saja perbedaan di antara mereka.