Samudera - 24

24.5K 2.6K 211
                                    

Halo aku datang lagi, aku ngaret banget ya nextnya. Maafkan wkwk

Yang selama ini hanya sider tolong menampakkan wujudnya

Jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

Selama masa liburnya, Samudera memanfaatkan waktu untuk selalu bersama Oceana, rutinitas mengantar-jemput Oceana sekolah masih dilakukannya. Seperti sekarang, setelah menyelesaikan sarapannya dan berpamitan kepada Rio dan Vina, Oceana langsung menemui Samudera yang sedang menunggunya di atas motor.

Oceana duduk di jok belakang Samudera. Setelahnya, ninja tersebut keluar dari pelataran rumah dan memecah jalanan Ibu Kota di pagi hari. Gadis itu merapatkan tangannya ke perut Samudera dan mencium aroma yang sudah menjadi favoritnya itu dan yang sebentar lagi akan ia rindukan ketika Samudera pergi.

Hari ini adalah pengambilan ijazah, jadi Samudera ikut masuk ke sekolah dan memarkirkan motornya di Harapan Bangsa dengan rapi, setelah itu, mereka jalan beriringan seraya bergenggaman tangan melewati koridor. Samudera mengantar Oceana sampai depan kelasnya. "Semangat belajarnya." Setelahnya Samudera langsung menuju tempat pemgambilan ijazah.

♥ ♥ ♥

Oceana tidak fokus mendengarkan materi kimia yang sedang dijelaskan oleh guru depan kelas, pikirannya tertuju kepada Samudera. Pascanya, setelah pengambilan ijazah nanti Samudera akan langsung berangkat ke New Zealand.

Getaran ponsel membuyarkan lamunan Oceana, kemudian ia merogoh ponsel di saku roknya dan melihat si pengirim ternyata dari Samudera.

Mine ❤ : aku udah selesai ambil ijazah, kamu mau ikut ke bandara?

Oceana : iya, tunggu aku

Mine ❤ : aku tunggu di parkiran

Oceana memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku roknya lalu ia mengangkat tangannya seraya memasang wajah melas. "Ibu," rintihnya.

Guru itu menghentikan aktivitasnya. "Ya?"

"Saya izin pulang duluan, Bu. Maag saya kambuh dan saya perlu ke dokter." Oceana memegang perutnya dengan wajah kesakitan seraya menggigit bibir bawahnya. Berharap gurunya percaya dengan akting tersebut.

"Mau diantar sama salah satu siswa?"

Oceana menggeleng. "Sudah dijemput, Bu."

Guru kimia itu mengangguk. "Yasudah, hati-hati."

Oceana memakai tas ranselnya, lalu segera pamit dan keluar kelas, ia langsung menuju parkiran.

Setelah sampai, ia menemui Samudera yang tengah duduk di atas motornya. "Kita ke rumah aku dulu, ambil barang-barang sekalian simpan motor," ujar Samudera seraya memberikan helm kepada Oceana, setelah itu ia naik ke atas motor.

♥ ♥ ♥

Bandara Soekarno-Hatta menjadi saksi perpisahan Samudera dan Oceana untuk beberapa tahun ke depan. Gadis itu tak dapat membendung air matanya, kesedihan semakin ia rasakan saat detik-detik perpisahan mereka. Bukan hanya Oceana yang sedih, tetapi juga Samudera, tapi cowok itu pintar menutupi kesedihannya dan tetap terlihat kuat. Tangannya memegang kedua bahu Oceana seraya tersenyum. "Jangan sedih, aku pasti kembali untuk kamu." Tangannya beralih menyeka air mata di pipi Oceana. "Jangan cengeng ah, udah gede," ujarnya dengan kekehan kecil.

Oceana semakin terisak, saat Samudera mengunci matanya dengan satu tatapan. Kemudian Samudera membawa Oceana ke dalam pelukannya, mendekapnya erat, mengusap punggungnya, membelai rambutnya, serta mencium puncak kepalanya. "Jangan nangis lagi. Jaga diri kamu baik-baik, jaga hati kamu agar tetap stay sama aku." Oceana mengangguk.

Samudera mengurai pelukannya dan mencium kening Oceana beberapa detik dan kembali menyeka air matanya. "Senyum dong."

Oceana mengulas senyuman kecil. "Hati-hati," ujarnya disela isak tangis. "Cepat pulang. Jaga hati, mata dan pikiranmu untuk aku."

Samudera mengangguk. "Iya, sayang. I will miss you so bad," ujarnya seraya membelai pipi Oceana.

Samudera beralih ke Rania, ia memeluk ibunya begitu erat, jauh di lubuk hatinya terdalam ia tidak rela meninggalkan wanita yang melahirkannya. Sesayang apapun ia terhadap Oceana, tetap ia lebih menyayangi ibunya. "Ma, Samudera pamit ya."

"Hati-hati, sayang."

Samudera mengurai pelukannya. "Mama baik-baik di sini." Kemudian mencium kening Rania.

Rania mengangguk bersamaan dengan air matanya yang jatuh dan langsung ia tepis. "Kamu juga, jaga kesehatan dan jangan lupa hubungi Mama kapanpun kamu ada waktu." Hati Rania mengiris, tapi ia tetap berusaha kuat, karena saat ia rapuh maka Samudera akan merasakan hal yang sama dan semakin membuatnya berat meninggalkan tanah kelahirannya.

"Iya, Ma." Setelahnya Samudera beralih menatap Aurel yang tengah menangis sesenggukan. "Hey anak kecil, jangan cengeng ah, jagain Mama, nurut apa kata Mama, jangan nakal." Samudera menyeka air mata di pipi adiknya itu kemudian membawa Aurel ke dalam pelukannya.

"Kalau Abang pergi, nanti Aurel berantem sama siapa?"

Samudera melepaskan pelukannya. "Nanti berantem online aja." Ia mencium kening adiknya.

Samudera meraih koper di sampingnya. Kemudian melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. "Sebentar lagi pesawatnya take off, aku duluan ya."

Ketiganya melambaikan tangan ke arah Samudera dan dibalas olehnya hingga punggung cowok itu tak terlihat lagi.

♥ ♥ ♥

Samudera naik ke atas pesawat dan menuju tempat yang tertera pada tiketnya. Ternyata ia duduk bersebelahan dengan seorang gadis. Ia tersenyum sekilas kemudian duduk.

Gadis itu mengulurkan tangannya. "Gue Cindy, lo?"

Samudera cukup terkejut dengan aksi tiba-tiba gadis itu. Namun, ia tetap membalas uluran tangannya. "Samudera."

"Nama yang keren. Mau ke New Zealand juga?"

Samudera mengangguk.

"Gue juga, gue asli Jakarta. Cuma pas SMP pindah ke sana ikut orangtua dan sekarang abis liburan aja ke sini. Kalau lo ke New Zealand dalam rangka apa?"

Kepo banget lo, Mbak.

"Ada urusan."

Cindy manggut-manggut. "By the way, lo lagi sariawan, kok irit banget ngomongnya?"

Samudera hanya mengendikkan bahunya membuat Cindy menghela napas kesal.

Untung cogan.

Setelahnya, ada pemberitahuan kepada penumpang untuk memperhatikan keamanannya karena sebentar lagi pesawat akan terbang. Setelah itu para penumpang mengecek lagi seat belt-nya.

Samudera mengirim pesan kepada Mamanya bahwa sebentar lagi pesawatnya akan berangkat, tak lupa dia mengirim pesan juga ke Oceana.

Samudera : aku bentar lagi berangkat

Mine : hati-hati, take care

Samudera : Makasih sayang, love you

Mine : love me too 😂

Samudera : 😒

Mine : 😋

Karena pesawat sudah bersiap-siap terbang, Samudera menyalakan mode air plane pada ponselnya dan memasukkan ke dalam saku jeans.

♥ ♥ ♥

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang