Setelah dirawat selama 4 hari di rumah sakit, akhirnya Samudera sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya sudah mulai membaik, meski ia belum boleh beraktivitas yang berat. Seharusnya hari ini sudah masuk kerja tapi ia izin karena masih membutuhkan istirahat yang cukup, mungkin sampai 2-3 hari ke depan.
"Papa, kapan Mama Oce resmi jadi Mamanya Ax?"
Samudera mengernyitkan keningnya. "Kalau Mama Oce udah terima lamaran Papa."
"Lamaran itu apa, Pa?"
"Lamar atau melamar itu adalah meminta seorang perempuan untuk menjadi istri."
Axel mengangguk paham. "Kapan Papa mau lamar Mama Oce?"
"Rencananya nanti malam, Ax berani di apartemen sendiri?"
Ax langsung menggeleng. "Ax main ke rumah Nenek Vina aja, Pa."
"Siap, jagoannya Papa."
Beruntung aku memiliki Axel dalam hidupku, meskipun dia lahir dengan cara yang salah tapi keberadaannya gak pernah salah.
♥ ♥ ♥
Samudera mengendarai mobilnya ke rumah Oceana dengan kecepatan rata-rata, Axel terus berceloteh tentang apa saja yang ia lihat tanpa merasa lelah. Inilah Axel dengan segala keaktifannya. "Pa, kenapa banyak kendaraan di jalanan?"
"Namanya juga jalanan tempat berlalu lintas."
"Memangnya mereka mau ke mana?"
"Mereka punya tujuan, sama kayak kita."
Seketika mobil Samudera berhenti di depan lampu merah yang sudah berada di detik ke 40. "Pa, kenapa harus ada lampu merah?"
Samudera rasanya ingin tidur saja kalau Axel sudah cerewet seperti ini. "Biar jalanannya tertib, ada yang berhenti, ada yang jalan dan gak terjadi kecelakaan."
"Terus kenapa kendaraan di depan sana gak berhenti?"
"Karena mereka belok kiri jadinya gak berhenti."
"Terus kenapa kita berhenti?"
"Karena tujuan kita lurus jadi harus menaati peraturan, gak boleh terobos lampu merah."
"Ax ngerti, Papa."
Kadang Samudera bersyukur jika Axel rasa ingin tahunya tinggi, itu artinya Axel memiliki otak yang cerdas, mampu berpikir dan menanggapi.
Setelah lampu berubah menjadi hijau, Samudera kembali melajukan mobilnya, kali ini tidak ditemani oleh suara berisik dari Axel karena anak itu sudah terlelap.
Samudera menoleh sekilas dan senyuman terbit di wajahnya.
Tumbuh jadi laki-laki yang gak pernah menyakiti siapapun, terutama seseorang yang kamu sayang. Kamu kebanggaan Papa.
Setelah sampai di depan pagar yang menjulang tinggi, satpam membuka gerbangnya dan membiarkan mobil Samudera melesat ke pelataran, setelahnya lelaki itu langsung menggendong Axel menuju pintu utama rumah itu.
Wanita paruhbaya yang tak lain adalah Vina membuka pintu. "Ayo, masuk."
Vina bergeser, mempersilakan Samudera duduk di sofa. "Tante, saya mau ajak Oceana keluar."
Wanita itu tersenyum dan mengerti ke mana arah pembicaraannya. "Biar Axel Tante yang jaga." Vina langsung mengambil alih Axel. "Tante bawa ke kamar ya, sekalian Tante panggilkan Oceana."
Setelah Vina berjalan ke lantai atas, tiba-tiba Adrian duduk di hadapan Samudera dengan tatapan tajam. "Masih punya nyali juga lo ke sini, masih belum kapok gue bogem?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔
Teen FictionBeberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tentang bad boy, ice boy atau good boy. Namun, tentang Samudera Tirta Alardo yang mempunyai sahabat bernama Oceana Qiandra Xaquila, cewek yang...