Samudera - 27

21.5K 2.5K 486
                                    

Cerita tanpa konflik itu bagai sayur tanpa garam, masa iya maunya baper terus gak ada konflik apapun, karena pada hakikatnya kehidupan nyata gak ada yang selalu manis pasti banyak rasa di dalamnya

Jangan lupa vote dan comment

Happy reading

♥ ♥ ♥

Setelah selesai teleponan dengan Oceana, tiba-tiba Alin masuk ke kamar Samudera dan duduk di tepi kasur lalu Samudera mengubah posisi menjadi duduk. "Ada apa, Lin?"

"Kak Samudera jangan terima perjodohan ini, Alin gak mau menjadi duri untuk hubungan Kak Sam dengan pacarnya. Menurut Alin ya Kak, Om Andre pasti senang kalau Kak Sam nikah dengan cewek yang Kak Sam cinta."

Samudera hanya mendengarkan ucapan Alin.

"Surat itu kan udah lama sebelum Om Andre tahu Kak Sam mencintai seseorang, kalau aja Om Andre masih hidup, pasti ikut bahagia dengan pilihan Kakak."

Samudera tersenyum seraya mengangguk. "Kamu benar, Lin. Pasti Papa bakal senang kalau aku nikah sama dia."

"Pasti cantik ya, Kak. Alin boleh lihat fotonya?"

Samudera meraih ponselnya di atas nakas dan membuka galeri yang menampakkan foto dirinya dengan Oceana. Alin mengusap layar seraya tersenyum. "Relationship goals. Namanya siapa, Kak?"

"Oceana Qiandra Xaquila."

"Ocean dan Samudera? Namanya mempunyai arti yang sama."

"Dia itu cantik, baik, pokoknya dia yang berhasil buat aku jatuh cinta setiap harinya."

"Kapan-kapan ajak main ke sini, sama Aurel juga. Aku dari dulu pengin banget punya saudara, tapi apa daya takdirnya jadi anak tunggal."

"Aku juga udah kangen banget sama mereka. Pengin pulang rasanya, tapi masih banyak tugas di sini."

Ternyata Kak Samudera itu selain tampan juga hangat, salah gak sih kalau aku punya rasa ke dia, tapi aku gak bakal maksa untuk dapatin dia.

"Alin suka sama Kak Sam."

"Hah?"

"Ini serius, tapi tenang. Alin cuma mau Kak Sam tahu, salahkan Kak Sam yang mempunyai sifat yang hangat."

Samudera mengacak rambut Alin. "Cepat hilangkan sebelum besar, karena aku hanya mencintai Oceana, sebelum kamu sakit lebih dalam."

"Yes, captain."

Tidak semua laki-laki seperti Samudera, yang mampu setia di saat menjalin hubungan jarak jauh dengan sang kekasih. Padahal jelas-jelas ia mempunyai peluang untuk selingkuh mengingat sangat mudah melakukan hal itu. Yang Samudera inginkan adalah cepat pulang dan melepas rindu dengan Oceana, hanya gadis itu.

Oceana termasuk gadis yang beruntung karena mendapatkan laki-laki seperti Samudera, di zaman sekarang sangat sulit mendapatkan laki-laki tampan yang setia.

"Oh iya, Cindy bilang ke Alin katanya dia udah gak bisa hubungi Kakak."

"Aku blockir nomornya."

"Kenapa?"

"Aku gak suka diganggu. Jangan paksa aku buat save nomor dia."

"Iya, Kak. Alin kira kakak jomblo tapi sekarang Alin bakal larang Cindy buat dekati Kakak lagi."

"Good girl."

♥ ♥ ♥

Nando berdiri di dekat jendela kamarnya dan menerawang ke depan, sementara Irish berdiri di sampingnya. "Kita gak boleh melepaskan Samudera," ujar Nando dengan datar tetap pandangan lurus ke depan.

"Samudera itu mempunyai masa depan yang cerah, calon pilot. Kita bisa memanfaatkan surat wasiat itu untuk membuat Samudera menerima perjodohan ini dengan lapang dada."

Orangtua mana yang tidak menginginkan putri satu-satunya mendapatkan pria terbaik. Mapan, tampan, baik dan berpotensi menjadi suami ideal.

Nando tersenyum tipis. "Melepaskan Samudera seperti halnya melepaskan berlian."

Irish mengangguk. "Daddy benar, kita harus segera mengikat mereka. Setidaknya mereka harus bertunangan dulu."

"Pertunangan dalam waktu dekat ini?"

"Tentu, kita bisa manfaatin Mbak Rania dalam hal ini, Samudera itu termasuk anak yang penurut sama orangtuanya."

Irish langsung meraih ponselnya di atas kasur dan ia menelepon seseorang di seberang sana.

"Halo, Rish," ujar seseorang itu setelah menerima panggilannya.

Irish mengukir senyuman tipis walaupun orang diseberang sana tidak bisa melihatnya. "Di situ pasti sudah malam. Belum tidur, Mbak?"

"Baru mau tidur, ada apa?"

"Begini, Mbak. Gak enak sebenarnya ngomong di telepon."

"Bisa langsung ke intinya?"

"Apa mas Andre pernah bilang kalau mau menjodohkan Samudera dengan Alin?"

"Mas Andre gak pernah bilang apa-apa perihal itu, cuma Mas Andre bilang kalau suka sama Alin kecil yang begitu menggemaskan, memangnya kenapa?"

"Dulu Mbak sekeluarga datang ke sini waktu aku melahirkan, Mas Andre menitipkan surat dan kelak harus diberikan kepada Samudera."

"Surat apa?"

"Surat permintaan Mas Andre agar Samudera menikah dengan Alin."

"Dalam urusan hal ini kita gak bisa ikut campur, biarkan mereka yang memutuskannya, lagipula itu surat ditulis belasan tahun yang lalu. Aku yakin kalau Mas Andre sekarang masih hidup pasti akan mendukung Samudera memilih gadis yang dicintainya."

"Mbak, ini permintaan orang yang udah meninggal, apa gak keterlaluan kalau kita gak mewujudkannya?"

"Ini masalah hati, Rish. Kita gak bisa memaksakan segala sesuatu yang orang lain gak suka. Aku tahu betul anakku sudah memiliki gadis yang dia cinta, dan aku gak bisa menghancurkan impian yang sudah direncanakannya."

"Tapi, Mbak—"

"Begini aja besok, aku akan ke tempat kalian. Ini gak bisa dibahas di telepon."

Setelah itu, sambungannya terputus secara sepihak.

"Sepertinya Mbak Rania gak berada dipihak kita, Dad."

Nando mengelus punggung istrinya. "Tenang, Mom. Kita akan bujuk Mbak Rania."

"Besok Mbak Rania akan ke sini."

"Baguslah, lebih cepat lebih baik. Kalau perlu besok juga kita persiapkan pertunangan mereka."

♥ ♥ ♥

Di sisi lain di rumah Rania, ia mengirim pesan kepada Oceana.

Rania : Na, besok kamu izin sekolah ya, kita ke New Zealand

Oceana belum membaca pesan tersebut, sepertinya ia sudah tidur. Rania beralih ke aplikasi pembelian tiket pesawat online, dan ia memesan tiga tiket, untuk dirinya, Aurel dan Oceana.

Aku yakin Mas Andre pasti akan bahagia di atas sana melihat putra kebanggaannya memilih gadis yang dicintainya. Aku gak mau putraku menikah dengan gadis yang gak dicintainya.

Setiap mereka teleponan, Samudera sering bilang ia merindukan Oceana, itu artinya Samudera amat mencintai gadis itu, mana mungkin Rania tega menghancurkan kebahagiaan putranya.

Karena kebahagiaan kamu adalah kebahagiaan Mama, bukan cuma kebahagiaan Mama tapi juga Papa.

Rania menatap foto keluarga kecilnya di atas nakas. "Mas, aku benar kan? Kamu pasti bahagia melihat Samudera memilih gadisnya sendiri." Lalu setitik cairan bening jatuh dari pelupuk matanya seraya mencium pigura foto itu.

♥ ♥ ♥

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang