Samudera - 35

20.5K 2.2K 559
                                    

Aku lagi rajin update guys sekarang, soalnya hari ini pulkam jadi bakal jarang banget update

Berhubung banyak yang minta lanjut di sini, jadi aku lanjut di sini aja

Jangan lupa vote dan comment

♥ ♥ ♥

Di malam minggu yang sunyi ini Oceana sedang mendengarkan lagu yang cocok dengan suasana hatinya sekarang. Setegar-tegarnya Oceana, ia tetap gadis yang bisa galau akibat putus cinta karena itu hal yang manusiawi. Hati yang patah akan lama untuk sembuh, bahkan bekasnya tetap ada walaupun kita telah berusaha melupakannya.

Oceana memang sudah tidak menangis, namun pikirannya masih tertuju kepada Samudera, di mana laki-laki itu yang menjadi sahabatnya dan selalu ada untuknya, hingga mereka menjalin kisah asmara yang romantis, sampai akhirnya Samudera memilih untuk meninggalkannya.

Kenapa takdir seakan mempermainkan aku? Takdir yang membuat aku mencintainya dan takdir pula yang membuat aku merasakan patah hati yang luar biasa.

"Pernah sakit tapi tak pernah sesakit ini karena pernah cinta tapi tak pernah sedalam ini, aku ingin semua cintamu hanya untukku, memang kutak rela kau bagi untuk hati yang lain."

Tiba-tiba Adrian masuk ke kamar Oceana dan ikut berbaring di sebelahnya. "Percayalah Tuhan akan menggantikan dengan yang lebih baik."

Oceana menoleh. "Menyembuhkan hati yang patah itu butuh waktu lama dan bahkan gue gak tahu akan bisa sembuh atau gak."

"Semoga nanti pas lo kuliah di Harvard, udah bisa lupain patah hati sedikit dan demi sedikit terus ketemu bule di sana."

"Gak, cinta produk lokal."

"Arvin tuh nganggur."

"Apa sih!"

"Lo gak peka sama kode dia?"

Oceana tidak tertarik pembahasan tentang Arvin, ia bangkit dari kasur lalu berjalan ke meja belajar. "Mending aku belajar bentar lagi UN, daripada galau masalah hati."

Salah satu hal yang membuat Adrian kagum kepada adiknya itu adalah ia tidak seperti cewek-cewek alay di luaran sana kalau putus cinta akan habiskan tisu satu box, malas makan, malas mandi dan kerjaannya hanya galau.

Tiba-tiba ponsel yang sedang ada digenggaman Adrian berdering, menandakan ada panggilan masuk dari Samudera.

"Ya?" ujar Adrian tak minat saat ia menerima panggilan tersebut.

"Bang, Oceana udah blokir semua akun medsos gue?"

"Ya."

"Kenapa?"

"Lo masih tanya kenapa setelah lo mutusin adik gue seeanak jidat lo!"

Oceana yang mendengar suara Abangnya itu langsung menoleh.

"Maaf Bang."

"Gue pikir lo cowok gentle yang mau berjuang buat adik gue apapun yang terjadi, tahunya lo cowok pengecut yang terlalu lemah akan keadaan."

"Bang."

"Sekarang apalagi yang dibahas? Lo udah berakhir sama adik gue, bukan cuma sebagai pacar tapi juga sebagai sahabat. Oh iya, gue menyesal pernah memberi restu kalian, kalau pada akhirnya lo hanya mematahkan hati Oceana."

Tanpa menunggu lama, Adrian langsung mematikan panggilan itu dan ia ikut memblokir nomor Samudera.

Adrian menatap adiknya yang termenung. "Udah, Na. Fokus aja belajarnya, gak usah mikirin si Samudera Atlantik itu."

♥ ♥ ♥

Di ruang tamu rumah Oceana sedang kedatangan tamu yaitu Arvin. Ia ke sini bukan ingin bertemu Oceana atau Adrian tapi ingin bertemu Rio. Setelah Arvin meneguk teh yang dibuat oleh Vina, ia menatap Rio. "Om, tujuan saya datang ke sini ingin meminta restu Om untuk meminang Oceana pada saatnya." Rio terdiam, ia masih mendengarkan lanjutan dari ucapan Arvin. "Saya menyukai Oceana sejak lama, saat saya pertama kali ke sini kelas 10 dan saat itu Oceana masih kelas 6 sd."

"Kenapa kamu baru bilang sekarang?"

"Karena saat itu Oceana masih kecil dan saya rasa ini waktu yang tepat untuk saya mengungkapkannya."

Rio mengangguk. "Saya tidak pernah ikut campur dengan urusan Oceana karena kehidupan itu dia yang jalani, semua tergantung pada Oceana, saya hanya bisa mendukung dan mengarahkan yang terbaik."

"Saya akan memperjuangkan Oceana, Om."

"Memang begitu, kalau cinta harus diperjuangkan."

"Iya, mau saya panggilkan Oceana sekarang? Soalnya setelah ini dia akan kuliah di Harvard. Jadi bilang sekarang aja sebelum terlambat," lanjut Rio.

Arvin terdiam karena ia sebelumnya tidak tahu jika Oceana akan kuliah ke tempat sejauh itu. "Boleh Om."

Setelah itu Rio bangkit dari tempat duduknya langsung beranjak ke kamar Oceana.

♥ ♥ ♥

"Ada apa, Kak?" tanya Oceana saat ia sudah duduk di sofa.

Arvin menghela napas sebentar. "Kalau gue nyatain perasaan gue ke lo sekarang, pacar lo marah gak ya?"

Oceana mengernyitkan keningnya. "Gue udah putus."

"Yes, berarti peluang gue besar dong."

"Peluang apa?"

"Gue suka sama lo, Na."

Oceana membelalakan matanya. "Ta-"

"Jangan dipotong dulu." Akhirnya Oceana terdiam. "Gue suka sama lo sejak dulu, waktu pertama kali gue ke sini waktu lo masih kelas 6 sd, gue udah suka sama lo. Tapi gue hanya bisa pendam. Gue gak mau dikatain pedofil kalau pacarin anak SD, dan gue rasa ini waktu yang tepat untuk gue ungkapkan semua rasa yang gue miliki buat lo."

"Gue cuma anggap lo sebagai sahabatnya Bang Adrian, gue sama sekali gak punya pikiran buat suka apalagi pacaran sama lo."

"Tapi gue akan tetap berjuang, Na. Sebelum janur kuning melengkung."

"Silakan, Kak. Itu hak lo dan gue juga punya hak untuk nolak," ujarnya datar.

Entah kenapa setelah Oceana putus dengan Samudera, ia cenderung bersikap dingin dan jarang tersenyum seperti sebelumnya.

"Gue udah nunggu lo sejak lama, masa gue nyerah hanya karena penolakan lo. Gue masih punya banyak waktu untuk memenangkan hati lo," ujar Arvin dengan senyuman manis.

Gue gak yakin akan ada nama cowok lain di hati gue, sementara pemiliknya masih menetap.

"Gue pulang, Na."

Setelah itu Arvin beranjak dan berjalan ke pintu utama tanpa diantar oleh Oceana.

♥ ♥ ♥

#TeamSamuderaOceana

#TeamArvinOceana

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang