Samudera - 29

15.3K 1.8K 152
                                    

Hai guys, maaf banget nih baru sempat update lagi wkwk. Jangan bosan-bosan nunggu ya. Dan makasih buat kalian yang tetap setia menunggu cerita ini.

♥ ♥ ♥

"Gila sih parah kamu, Sam. Main nyosor aja di hadapan keluarga kamu."

Samudera menoleh ke arah Oceana sekilas seraya menampilkan senyuman manis, kemudian kembali menatap langit yang penuh taburan bintang. "Gak apa-apa lah, biar mereka tahu kalau kamu milik aku, dan mereka gak seenaknya atur dengan siapa nantinya aku menikah."

Pascanya, setelah adegan tadi, Samudera langsung menarik Oceana ke balkon kamarnya.

"Yang nikah aja bisa cerai, apalagi yang masih pacaran, Sam."

Refleks Samudera langsung menoleh dan menatap tajam Oceana. "Jangan ngomong gitu lagi, kita selamanya. Kamu milik aku dan aku milik kamu."

"Kita bukan Tuhan yang bisa menjamin segala sesuatu apa yang akan terjadi di kehidupan kita kelak."

"Setidaknya itu harapan aku, Na."

Oceana menghela napas pelan. "Terkadang realita tak seindah ekspetasi, jadi jangan terlalu berharap pada manusia tapi berharaplah pada Tuhan."

Samudera membelai lembut pipi Oceana. "Nama kamu selalu kusebut dalam doaku, aku berharap kelak Tuhan benar-benar mengabulkan doaku. Aku gak berharap banyak. Aku cuma ingin bangun istana kecil bersama kamu dan anak-anak kita kelak."

"Andaikan di pendidikan pilot mengizinkan menikah sekarang, sudah pasti aku akan datang ke Ayah kamu untuk lamar anaknya," lanjut Samudera.

Gadis mana yang tidak baper, jika laki-laki yang ia cintai berbicara seperti itu.

"Aku masih sekolah, Sam."

"Gak apa-apa dong, kan banyak tuh yang nikah muda."

"Enak aja!"

"Enaklah, bisa ena-ena lebih cepat."

"Dasar mesum!"

"Cowok yang gak mesum patut dipertanyakan kenormalannya."

"Au ah, serah!"

Menggoda Oceana adalah salah satu hal yang Samudera sukai, itu menjadi hiburan tersendiri untuknya.

"Boleh aku peluk kamu?" tanya Samudera.

Oceana mengerutkan keningnya. "Sejak kapan seorang Samudera minta izin dulu kalau mau peluk Oceana?"

Samudera terkekeh pelan, lalu membawa Oceana ke dalam dekapan hangatnya. Menyalurkan seluruh kerinduan dan rasa cintanya.

Wangi Samudera adalah candu untuk Oceana, gadis itu merasa beruntung karena Tuhan mengizinkan mengenal Samudera, laki-laki baik yang selalu menjadi pelindungnya dari dulu sampai sekarang dan mungkin sampai nanti.

Tak lama kemudian Rania masuk kamar Samudera yang tidak dikunci dan matanya tertuju kepada Samudera dan Oceana yang sedang berpelukan.

Andai kamu masih hidup, Mas. Pasti kamu bangga jagoan kamu sudah bisa menentukan pilihannya. Jagoan kamu tumbuh menjadi laki-laki tampan yang dewasa.

Rania maju beberapa langkah mendekati keduanya. Setelahnya, ia berdeham cukup keras, sehingga membuat Oceana dan Samudera melepaskan pelukannya dan menoleh ke sumber suara dan mereka langsung berdiri.

"Kalian ini ya belum menikah tapi udah berani pelak-peluk. Ini lagi Samudera udah berani nyosor bibir Oceana!"

"Nyosor dikit, Ma. Tanpa gigitan apalagi lumatan."

Refleks Rania dan Oceana melototkan matanya. "Samudera, Mama itu gak mau ya kalian married by accident."

"Mama mikirnya kejauhan, Sam sama Oceana belum pernah ngapa-ngapain selain pelukan, rangkulan, pegangan tangan, cium kening dan sesekali kecupan singkat di bibir."

Rasanya Oceana ingin menghilang sekarang juga. Tanpa rasa bersalah Samudera malah berbicara seperti itu dan membuat Oceana malu di hadapan calon mertua.

"Samudera, tetap aja Mama khawatir."

Samudera menuntun Mamanya duduk di tepi kasur, kemudian Oceana duduk di sebelah Rania.

"Ma, aku gak akan merusak cewek, aku akan menjaga Oceana seperti aku menjaga Mama dan Aurel." Samudera memegang tangan Rania. "Mama, Aurel dan Oceana adalah keindahan yang selalu ingin aku jaga dalam hidupku."

"Mama gak nyangka, Nak. Ternyata kamu sudah benar-benar dewasa. Mama bangga sama kamu."

Samudera tersenyum tipis. "Ini berkat didikan Mama dan Papa yang hebat."

"Iya, tapi tetap aja kalian harus jaga diri. Boleh pegangan tangan tanpa pelukan dan kecupan."

Mata Samudera membulat. "Iya deh, tanpa kecupan tapi jangan tanpa pelukan juga dong, Ma. Gimana kalau Oceana butuh ketenangan dan pelukan aku yang bisa menjadi obat."

Rania mendelik. "Halah, alasan. Beri ketenangan tanpa pelukan juga bisa." Rania bangkit dari kasur. "Ayo, Oceana. Kita keluar."

Samudera mengacak rambutnya frustasi setelah Oceana dan Rania benar-benar keluar.

Tanpa pelukan yang benar aja? Apalagi kan gue sebentar lagi bakal LDR juga sama Oceana, masa gak boleh peluk sebelum LDR lagi.

♥ ♥ ♥

Irish dan Nando sedang berada di kamar Alin.

"Bisa gawat ini, kalau Samudera benar-benar menolak, impian untuk mendapatkan menantu potensial bisa gagal!" gerutu Irish sambil memikirkan rencana selanjutnya agar Samudera menerima perjodohan itu.

Irish tersenyum lalu menatap Alin dan Nando secara bergantian. "Aku punya ide, gimana kalau kita menyusun rencana agar Samudera meniduri Alin, kita bisa mencampuri obat perangsang ke dalam minumannya."

Nando menggeleng. "Gila kamu, selama pendidikan pilot mana boleh menikah. Bisa langsung dikeluarkan kalau sampai itu terjadi."

"Ya, jangan sampai mereka menikah dulu, yang penting kita udah punya senjata agar Samudera mau bertanggung jawab."

"Alin yang gak mau, Alin gak mau dianggap cewek murahan. Hamil di luar nikah. Ah itu menggelikan, Mom."

Irish kembali mendapatkan ide. "Gimana kalau kamu pura-pura sakit keras, kamu gak mau berobat kalau gak bertunangan dengan Samudera.
Seenggaknya kalian punya ikatan dulu. Nikahnya bisa nanti setelah dia mendapat izin."

Alin menghela napas. "Mom, itu sama aja Mommy berdoa aku sakit keras. Kalau Alin sakit keras terus meninggal, Mommy sama Daddy gak punya anak lagi."

"Kalau gitu apa kamu punya ide, Alin?"

"Ide? Ide Alin cuma satu. Lupakan tentang rencana menghancurkan hubungan Kak Sam dan Oceana. Mereka saling mencintai, Mom."

"Jangan gila, Lin. Kamu melepaskan Samudera sama aja kamu melepaskan berlian. Dia itu aset berharga."

"Mom, Alin bisa dapatin yang kayak Sam bahkan lebih dari itu."

"Kalau gitu bawa ke hadapan Mommy dan Daddy sekarang juga."

Alin terdiam.

"Mommy-mu benar, Lin. Mendapatkan suami sesempurna Samudera zaman sekarang itu benar-benar sulit. Mommy sama Daddy hanya ingin kamu mendapatkan yang terbaik," ujar Nando.

Alin mengangguk. "Kalaupun Alin harus menikah dengan Kak Sam suatu saat nanti, itu karena Kak Sam mencintai Alin bukan karena yang lain."

♥ ♥ ♥

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang