Samudera tidak bisa tidur lagi karena mimpi itu terus mengganggu pikirannya, ia meraih ponselnya dan membaca pesan whatsapp dari Oceana lalu ia mengetikkan balasannya.
Samudera : sorry baru balas. Jangan terlalu dipikirkan, biarkan mereka iri sama kamu. By the way. Aku juga kangen kamu:)
Pikiran Samudera melayang kepada masa lalu di mana saat ia kecil bahkan sampai remaja, Andre selalu memperlakukannya seperti seorang pangeran. Pria itu begitu menyayangi anak-anaknya, karena Samudera laki-laki dan paling dekat dengan sang Ayah.
"Hai, jagoan," Andre yang baru pulang langsung menggendong anak sulungnya yang baru berusia 7 tahun.
"Hai, Papa pilot. Papa jangan gendong, Sam berat. Kan Papa baru pulang pasti capek."
Andre menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. "Buat kamu Papa gak pernah merasa capek, apalagi anak yang jarang sekali Papa temui."
Andre tipikal pria penyayang, ia begitu perhatian dengan anak-anak dan istrinya. Ia selalu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk keluarganya selagi ada waktu.
"Mas, Samuderanya diturunin aja, sekarang makan dulu."
Andre tetap menggeleng sambil menggendong Samudera sampai ruang makan. Aurel yang sudah duduk di meja makan terlebih dahulu memasang tampang kesal. "Bang Sam aja yang digendong, Aurel gak?"
Andre menurunkan Samudera di salah satu kursi lalu mencium puncak kepala putri bungsunya yang baru berusia 4 tahun. "Hai princessnya Papa, makin cantik aja."
Begitulah kehangatan keluarga kecil ini. Samudera dan Aurel begitu beruntung memiliki Rania dan Andre yang begitu menyayanginya.
Getaran ponsel di tangannya membuyarkan lamunannya. Ia melihat ada balasan dari Oceana.
Mine : Iya:( aku akan selalu tunggu kamu, Sam
Samudera tersenyum tipis, ia tidak bisa membayangi, jika nanti takdir tidak mengizinkan mereka bersama.
Samudera : iya sayang
Samudera beralih mencari kontak Mamanya dan melakukan free call.
"Halo, Sam," sapa Rania saat panggilannya tersambung.
"Ma, Sam akhir-akhir ini selalu mimpi hal yang sama."
"Mimpi apa?"
"Papa hadir di mimpi aku dan Papa bilang agar aku menerima perjodohan itu dan mimpi itu terasa nyata, Ma."
"Sepertinya mimpi kita sama, Sam. Papa juga meminta Mama agar menikahkan kamu dengan Alin. Dan itu berkali-kali. Aurel juga mimpi hal yang sama."
"Apa itu artinya Sam harus menerima perjodohan itu?"
"Pernikahan bukan main-main."
"Daripada kita terus dihantui oleh mimpi yang sama?"
"Yasudah, pikirkan baik-baik. Mama akan dukung keputusan kamu, semoga itu yang terbaik.
"Iya makasih, Ma. Aku tutup ya."
Ini adalah pilihan amat berat yang pernah Samudera alami dalam hidupnya. Jemarinya melihat foto Oceana di galeri ponselnya. "Jika seandainya hubungan kita harus berakhir, akankah kita masih bisa bersahabat seperti dulu?"
♥ ♥ ♥
"Yan, Adik lo pacaran sama HP ya?" celetuk Arvin karena sedari tadi Oceana memainkan ponselnya.
Adrian mengendikkan bahunya. "Iya, Vin. Namanya juga LDR."
Oceana mendelik kesal. "Biarin LDR, biarin pacaran sama HP daripada kalian jomblo dari lahir."
Adrian melempar Oceana dengan bantal sofa yang ada di pangkuannya. "Sekate-kate lo ngomong."
Oceana melempar balik Adrian dengan bantal tadi.
"Gak sopan sama yang lebih tua lo!"
"Tua aja bangga!"
Arvin menggelengkan kepala mendengar perdebatan konyol kakak beradik ini. "Mending kita main dare or dare," ajak Arvin.
Dengan semangat 45 Oceana mengangguk, lalu mengambil botol kosong di dapur. "Kuy," Oceana langsung meletakkan botol tersebut di atas meja dan memutarnya.
"Bang Adrian!" ujar Oceana lantang karena botol itu berhenti ke arah Adrian. "Dare buat Bang Ian, selfie sambil cium pipi Kak Arvin terus masukin story whatsapp, share ke all contact selama 24 jam. Tulis caption 'kalau yang sejenis aja lebih menarik kenapa harus sama lawan jenis?' tanpa embel-embel dare or something like that."
"Ogah!" ujar Adrian kesal.
"Katanya cowok gentle, masa lakuin dare kayak tadi aja gak berani!"
"Ok."
Oceana tidak dapat menahan tawanya melihat bibir Adrian menempel di pipi Arvin. "Done," ujar Adrian.
"Dare dari gue, buat story whatsapp 'gue emang gay, guys' sama kayak Oceana tadi."
"Gila kalian, lihat nih langsung banyak yang komen, gue malu. Astaga."
Begitu banyak balasan dari teman-temannya yang melihat story itu dan tidak ada yang ditanggapi oleh Adrian.
Oceana kembali memutar botol itu dan berhenti di depan Arvin. "Dare Kak Arvin, lakuin kayak Bang Ian tadi."
"Gak!"
"Fix lo banci!"
"Ok."
"Lo juga mesti lakuin apa yang lo suruh ke gue tadi," ujar Adrian.
"Laknat kalian," gerutu Arvin setelah menjalankan darenya.
Adrian tersenyum penuh arti seraya menatap Oceana, dan membuat adiknya itu bergidik ngeri. "Dare buat lo, Na. Seminggu hidup tanpa HP," Adrian mengambil ponsel di tangan Oceana dan membuat gadis itu memasang wajah melas. "Hp lo, gue pegang," lanjut Adrian.
"Bang, terus nanti gue komunikasi sama Samudera gimana?"
"Sabodo teuing."
"Dare dari gue, Oceana posting foto gue di instagramnya dengan caption. 'Arvino Kaynandra memang tampan, pacar gue aja kalah tampan' terus tag akun gue, boleh dihapus kalau ponselnya udah kembali nanti."
"Kok jahat sih!"
"Bodo, ini lo buka instagram pake HP gue, di sini banyak foto gue, tinggal pilih aja." Arvin memberikan ponselnya ke Oceana.
Menurut Oceana, dare dari mereka sangat parah. Bahkan, lebih parah dari dare yang diberikannya tadi. Bagaimana kalau Samudera salah paham?
"Done." Oceana kembali memberikan ponsel itu ke Arvin.
"Kita lihat, akan sefrustasi apa Oceana hidup tanpa ponsel selama seminggu," ujar Adrian yang semakin membuat Oceana kesal.
"Kalian jahat!"
"Masih mending itu, daripada gue suruh lo putus sama pacar lo dan jadian sama gue," ujar Arvin enteng yang membuat Oceana membelalakan matanya.
♥ ♥ ♥
Jangan lupa vote dan comment.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔
Teen FictionBeberapa part dihapus demi kepentingan penerbitan. Highest rank : #14 in Teen Fiction [26/07/2018] Bukan tentang bad boy, ice boy atau good boy. Namun, tentang Samudera Tirta Alardo yang mempunyai sahabat bernama Oceana Qiandra Xaquila, cewek yang...