Samudera - 12

67 2 0
                                    

Setelah dari rumah Oceana, Samudera langsung pulang ke rumahnya dan melihat sang Mama yang sedang menangis. Ia langsung menghampiri orangtuanya tersebut. "Ada apa?"

Samudera menatap Papanya. "Sam, sini duduk sayang."

Ia mendekat dan duduk di sebelah Mamanya, Rania mengelus punggung putra sulungnya dan tersenyum pilu. "Sayang, pesawat Papa-mu mengalami kecelakaan." Seketika dunia Samudera seakan runtuh mendengar berita itu, itu adalah hal yang selalu Samudera takutkan menjadi seorang pilot.

Samudera menangis dalam pelukannya, Rania mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas yang ada di sampingnya dan memberikannya kepada Samudera. "Sebelum Papa-mu melakukan penerbangan, dia menitipkan surat untukmu ternyata dia sudah bahwa akan pergi."

Samudera melonggarkan pelukannya. "Pergi? Memangnya Papa sudah ditemukan?"

"Belum, tim SAR sedang melakukan pencarian."

"Berarti masih ada kemungkinan Papa hidup." Samudera tidak mungkin menerima begitu saja takdirnya, tidak mungkin seorang Ayah yang selalu menjadi menjadi panutannya, ayah terhebatnya harus pergi secepat itu dengan keadaan tragis.

Rania menyeka air mata dan menatap putranya. "Memangnya apa yang diharapkan dari pesawat yang jatuh ke laut."

Samudera meneguk salivanya dan membuka surat yang sebelumnya ia abaikan, cowok kuatpun bisa terlihat lemah jika kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

Hai Samudera, jagoan kecilnya Papa
Anak cowok Papa yang selalu Papa gendong waktu kecil dan kebanggannya Papa
Jika suatu saat nanti Papa pergi, kamu harus jaga Mama dan Aurel
Jangan cengeng waktu baca surat ini, ingat pria sejati gak boleh nangis.

Samudera tidak dapat menahan air matanya, buliran air matanya jatuh di atas kertas itu.

Jika Papa nanti bukan lagi seorang pilot, kamu harus menggantikan posisi Papa, Pilot memang risikonya besar tapi itu bukan menjadi halangan.
Ingat, seorang jagoan gak boleh takut akan rintangan.

"Papa...," lirihnya.

Istriku yang cantik, sayangi selalu anak kita, kutitip Samudera dan Aurel.

Untuk princessnya Papa, Aurel.
Jadi anak yang baik nurut apa kata Mama dan Abang.

Papa sayang kalian semua, love you

-Andre

Rania memeluk putranya, menumpahkan segala air mata di dada putranya itu. Hanya suara isak tangis yang terdengar, mereka sama-sama terpuruk.

Aurel yang baru pulang les, merasa kebingungan ketika Abang dan Mama menangis sambil berpelukan. Ia mengampiri keduanya. "Ma, Bang. Ada apa?"

Samudera melonggarkan pelukannya dan memberikan surat itu kepada adiknya.

Setelah membaca surat itu Aurel masih belum paham. "Maksud dari surat ini apa?"

"Papa-mu kecelakaan, Rel. Pesawatnya jatuh," ujar Rania di sela isak tangisnya.

Tubuh Aurel luruh ke lantai, air matanya mengalir deras, ia merasakan tubuhnya melemas bahkan untuk sekedar menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida rasanya ia tak sanggup. Bagaimana mungkin ia kehilangan sosok pahlawannya secepat ini?

Tak lama kemudian, bunyi bel rumah terdengar dan Samudera bangkit untuk melihat siapa yang datang. Samudera menatap orang tersebut dengan pandangan bertanya.

"Jasad Bapak Andre sudah ditemukan,"

Kemudian beberapa orang menggotong jasad itu ke dalam rumah.

Rania yang menyaksikan sendiri muka pucat suami yang sudah tidak sadarkan diri, tangisnya semakin pecah dan tubuhnya ambruk tak sadarkan diri.

SAMUDERA (SUDAH TERBIT) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang