[19]

9.5K 497 9
                                    

Putri dan juga Raka sedang berjalan menuju ke kelasnya, mereka tidak akan pernah bisa dipisahkan

"Put, gue udah bilang Bunda kalau mau kuliah juga di Vancouver" — Raka

"Terus Bunda gimana? Setuju?"

Raka mengangguk "Asal sama lo, Bunda pasti setuju"

Putri hanya tersenyum.

"Eh Put, soal lo sama Pak Tiyan, emang bener lo mau nikah pas udah lulus nanti?"

Putri mengangguk

"Udah lo pikirin mateng mateng?"

Pertanyaan Raka membuat Putri terdiam.

"Gue bukan mau buat lo ragu, tapi lo kan baru banget lulus tuh, masa iya langsung jadi ibu rumah tangga" — Raka

"Gue emang males kerja sih Ka, makanya gue nikah aja"

Raka tertohok mendengar jawaban Putri

"Gila lo"

Putri tertawa "Bukan gue yang mau sebenernya Ka, tapi orang tua kita"

"..."

"Gue emang dari awal udah dijodohin sama kak Tiyan, ya gue bisa apa kalau papa udah bertindak?"

Raka mengangguk mengerti, karena dari dulu Putri sangat menurut dengan orang tuanya, sekali dibantah, akan mendapatkan pukulan.

"Tapi lo udah sayang sama Pak Tiyan emang?"

"Sedikit sih, ya gue sayang, tapi belum sesayang itu"

"Masih gamon sama Joan kan lo?"

Putri berdecak "Ya siapa sih yang nggak gamon? Hampir tiga tahun pacaran, setiap hari ketemu"

"Lo udah punya Pak Tiyan Put, istighfar deh"

"Nikah juga belum kan? Jadi masih sah sah aja gamonin mantan"

Putri dan Raka masih berbincang hingga masuk ke dalam kelas.

Tanpa menyadari jika ada seseorang yang mendengar semuanya. Siapa lagi kalau bukan Tiyan.

Tiyan hanya menatap Putri yang sedang memasukkan buku nya ke dalam loker, lalu menghela nafas dengan kasar.

"Pak Tiyan"

Tiyan menoleh ke belakang

"Ini daftar siswa siswi yang terlambat hari ini"

Tiyan mengambil daftar nama siswa siswi yang datang terlambat, dan mengamatinya. 

Dan ternyata ada nama Joan yang tertera di catatan siswa terlambat.

"Joan kenapa terlambat datang? Akhir akhir ini saya melihat dia sering terlambat masuk kelas"

"Saya kurang tahu pak, tapi yang saya dengar, semua fasilitas Joan sedang dicabut oleh orang tuanya"

Tiyan mengangguk paham, dia mengerti kenapa orang tua Joan bersikap seperti itu.

"Saya akan ke sana"

PRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang