[20] 18+

8.4K 515 43
                                    

Tiyan membawa Putri ke area belakang sekolah, dia masuk ke sebuah ruangan yang mirip dengan ruangan di kamarnya kala itu.

"Kak Tiyan"

Tiyan menarik tangan Putri hingga menabrak dinding

"Kak!"

Tiyan segera menarik tengkuk Putri dan meraup bibirnya dengan sedikit kasar, dia sangat terlihat marah kali ini.

Putri yang belum siap, tidak bisa melawan, tenaga Tiyan tiba tiba menjadi besar.

Putri berusaha mengimbangi Tiyan, walaupun dia bukan ahli dalam berciuman, tapi Putri paham jika Orang sedang marah, tenaganya akan menjadi kuat dua kali lipat

Tiyan masih menarik tengkuk bibir Putri, dia melumat bibir Putri dengan rakus, seolah olah tidak membiarkan sang kekasih melawan.

Tiyan benar benar marah sekarang.

Untung saja tempat ini sangat rahasia dan terpencil, jadi tidak ada yang tahu sekalipun pihak keamanan sekolah.

Cukup lama mereka melakukan kissing, hingga Putri hampir kehilangan nafasnya, dia memukul dada Tiyan agar memberinya jeda sejenak.

Tiyan melepaskan tautannya, mereka berdua saling menatap sembari mengatur nafas yang tengah tidak beraturan.

Tiyan meletakkan kedua tangannya di tembok, dan menyandarkan kepalanya di bahu Putri.

Putri memeluk Tiyan, mencoba menenangkan sang kekasih yang masih dikuasai amarah.

Mereka tidak berbicara sama sekali, hanya deruan nafas yang terdengar.

"Jangan tinggalkan saya, Putri."

"..."

"Saya tidak ingin kehilangan orang yang saya sayangi untuk kedua kalinya" Tiyan berucap dalam keadaan masih mengatur nafasnya.

Putri mengeratkan pelukan sembari mengelus punggung lebar Tiyan

"Iya, tahan emosi kalau di sekolah, jangan kayak gini"

Tiyan menghela nafas dengan panjang, dia membalas pelukan Putri. Dia benar benar tidak ingin ditinggalkan oleh kesayangannya.

"Saya mencintai kamu"

Putri menegang ketika Tiyan mengucapkan kata kata itu.

Selama mereka menjalin hubungan, baik Tiyan maupun Putri belum pernah mengucapkan cinta satu sama lain.

Dan Putri tidak menyangka jika Tiyan akan mengungkapkan perasaannya secepat ini.

"Kak Tiyan"

"Saya mencintai kamu"

"Kak"

"Saya, mencintai kamu, Zidny Putri Revania"

Putri memghela nafas, dia mengeratkan pelukannya, namun tidak mengatakan apa apa, karena sejujurnya dia masih bingung dengan perasaannya sendiri.

Putri memang menyayangi Tiyan, tapi dia belum bisa mencintai sepenuh hati, karena Putri masih berharap pada Joan

"Maaf kak"

"..."

"Aku belum bisa bales perasaan kak Tiyan sejauh itu"

Tiyan hanya memejamkan mata, lalu semakin mengeratkan pelukan

"Saya harus apa?"

"..."

"Saya harus berbuat apa agar kamu bisa mencintai saya?"

Putri menggelengkan kepalanya "Nggak perlu melakukan apa apa kak, aku berharap Kak Tiyan bisa sabar ya? Aku masih butuh waktu buat lupain semuanya soal Joan."

PRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang