Note: Ini tidak untuk ditiru oleh siapapun, hanya sebuah karangan fiksi
Tiyan baru saja keluar dari bar tersebut, dia menuju ke arah lobi untuk menemui Putri dan Raka yang masih di sana.
Tiyan melihat keadaan Putri yang tergulung dengan jaketnya, beserta Raka yang tengah menenangkannya.
Tiyan segera ke arah resepsionis
"Selamat malam pak, ada yang bisa dibantu?"
"Saya ingin check in untuk satu kamar"
"Baik, atas nama siapa?"
"Tiyano Pratama"
Resepsionis tersebut menulis data dan meminta identitas milik Tiyan, dan setelah selesai, resepsionis tersebut memberikan kunci kamar hotel untuk Tiyan.
Tiyan bergegas mendekat ke arah Raka dan Putri.
"Raka"
Raka mendongak ke atas "Pak, si Putri kayaknya setengah sadar"
Tiyan mengangguk "Biar saya yang membawanya, kamu ingin pulang atau menginap di hotel ini? Saya hanya check in untuk satu orang"
"Saya pulang aja pak, Yoga udah di luar soalnya mau jemput"
Tiyan mengangguk, lalu segera mengambil alih Putri.
"Saya pergi dulu ya pak, jangan diapa apain Putrinya"
Tiyan mengangguk sekali lagi, dia menatap Raka hingga keluar dari hotel tersebut, lalu menatap Putri yang sepertinya setengah sadar
"Sepertinya kamu tidak bisa ditinggalkan sebentar, Zidny"
Tiyan segera menuntun Putri untuk ke kamar hotel, dia tidak mungkin membawa pulang Putri dalam keadaan seperti ini, karena pasti akan mendapat masalah besar.
.
.Mereka sudah sampai di kamar hotel, Tiyan segera membaringkan Putri, dia melepas jam tangan beserta sepatu yang digunakan sang kekasih.
Tiyan terduduk di pinggir ranjang, lalu menghela nafas. Sebenarnya kondisinya memang belum cukup baik, tapi dia tidak ingin Putri kenapa kenapa, lebih baik dia yang merasa sakit dari pada Putri.
Tiyan melepas kaosnya, dia pikir akan aman karena Putri sudah terlihat memejamkan mata.
Namun ternyata Tiyan salah, ketika dia ingin berdiri, ada sebuah tangan melingkar dan memeluknya dengan erat.
Tubuh Tiyan mendadak tegang sekarang.
"Panas kak"
"..."
"Badan aku rasanya gerah banget"
Tiyan terdiam, dia berpikir kenapa Putri bisa merasa kegerahan, padahal badan dia saja cukup dingin akibat AC kamar.
'Sepertinya Bian memasukkan sesuatu di minuman Putri'
"Kak, bantu aku biar nggak gerah lagi" Putri semakin mengeratkan pelukannya dan dengan berani mengusap perut Tiyan dengan seduktif.
Tiyan memejamkan mata sembari mengepalkan tangannya.
'Tidak, saya tidak ingin menhancurkan masa depan orang yang saya cinta'
Tiyan masih menahan sesuatu yang sedang bergejolak, badannya ikut terasa panas setelah sentuhan sentuhan sang kekasih.
Sampai akhirnya Tiyan menyadari bahwa tangan Putri sudah berada di bawah perutnya dan hampir menyentuh sesuatu yang sudah sedikit tegang
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATAMA
RandomPepatah yang mengatakan "Cinta itu Buta" memang benar adanya. OC [21+ Area]