[38]

5.6K 396 95
                                    

Tiyan telah sampai di museum miliknya, setelah memastikan Putri benar benar tertidur dengan lelap, Tiyan segera pergi untuk menemui sang tawanan, yaitu Hadinata Wijaya.

Sekarang Tiyan berada di ruangan kosong, tempat biasanya dilakukan eksekusi. Dia bisa melihat jika Hadinata tengah terduduk dengan ikatan rantai di badannya, dan juga wajah yang terlihat babak belur.

Tiyan mendekat ke arah Hadinata.

"Kenapa kamu membawa saya ke tempat ini lagi, Tiyan?" Hadinata berbicara tidak formal seperti biasanya.

"Saya tidak berbuat masalah dengan kamu sejak kejadian itu kan? Tapi kenapa saya diperlakukan seperti ini? Kenapa?!"

Tiyan masih menatap Hadinata, lalu menghela nafas dengan panjang. Dia duduk di sebuah kursi yang telah disediakan, berhadapan dengan Hadinata.

"Kamu memang tidak mencari masalah dengan saya, Hadinata"

"...."

"Saya hanya ingin meluruskan sesuatu"

"Apa maksud kamu?"

Tiyan mendekatkan dirinya ke arah Hadinata.

"Apa kamu mengenal Mima Andriani?"

Jantung Hadinata seperti berhenti berdetak ketika mendengar nama itu disebutkan.

'Kenapa dia bisa tahu nama itu?'

Hadinata menggelengkan kepalanya "S-saya tidak mengenal nama itu"

"Yakin?"

"I-iya, sangat yakin."

Tiyan mengangguk, dia berdiri dan menghela nafas dengan kasar

Bugh!

Dan tanpa diduga, Tiyan memukul rahang Hadinata dengan keras, hingga darah terlihat tersembur dari bibirnya.

Tiyan memetik jari, dan seorang pengawal datang dengan membawa sebuah lembaran kertas.

Tiyan membuka lembaran tersebut.

"Hadinata Wijaya, seorang office boy yang dipungut oleh seorang wanita karier bernama Mima Andriani untuk dinaikkan derajatnya"

"...."

"Mempunyai tiga orang anak yang bernama, Naraka Juan Mahendra Wijaya sebagai anak pertama, dan anak kedua yang bergender kembar bernama Narendra Jule Wijaya, dan juga Narandra Julian Wijaya, mereka—"

"Diam!" Hadinata tiba tiba saja membentak Tiyan.

Tiyan menunjukkan seringainya, lalu mendekat kembali ke arah Hadinata

"Saya pastikan, besok akan menjadi hari yang indah untuk kamu, Hadinata"

"..."

"Apa kamu mau ditemani istri muda kamu?"

Hadinata menggelengkan kepalanya "Jangan libatkan istri saya, dia tidak tahu"

"Yakin tidak tahu?"

Hadinata mengangguk

"Tidak tahu, atau tidak mau tahu?" Tiyan mencoba menekan Hadinata.

"Miranda tidak tahu apa apa, dia bahkan tidak tahu jika saya pernah punya istri dan anak sebelum menikah dengannya"

Tiyan mengangguk sekali lagi.

"Jadi begini, Hadinata Wijaya"

"..."

"Saya menawarkan diri untuk mempertemukan kamu dengan mantan istri dan anak anak kamu yang kamu tinggalkan"

"Saya tidak mau"

PRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang