Putri sudah terbangun dari tidurnya, sekarang dia berada di meja makan sembari membawa infus, karena perutnya sangat lapar.
"Bi, Mas Tiyan sama Kak Dimas kok nggak kelihatan?"
"Tadi katanya mau pergi sebentar non, ke rumah Pak RT buat urus izin tinggal sementara"
Putri mengangguk mengerti, lalu segera mencicipi miso buatan Bibi Ina.
Tak berselang lama, Pintu depan terbuka, menampakkan Tiyan dan juga Dimas yang baru saja datang.
"Sayang!" Putri memanggil sang suami yang belum menyadari keberadaanya
Tiyan tersenyum melihat sang istri yang sudah terlihat lebih sehat.
Sementara Dimas hanya menatap Tiyan yang cepat sekali mengubah ekspresi.
"Tadi marahnya kayak apa waktu di rumah Pak RT, sekarang lihat istrinya napa jadi begitu.." — Dimas
Tiyan dan juga Putri berpelukan sejenak, lalu saling menempelkan bibir dengan singkat
"Udah sehat?"
Putri mengangguk "Udah lebih baik mas, infusnya juga mau habis"
Tiyan tersenyum, dia mengusap pipi sang istri dengan lembut.
Dia teringat penjelasan dari Ibu Rohma, bahwa Ibu Juminten selalu menyebarkan cerita tidak baik ke semua orang tentang Putri dari awal menempati rumah ini
Dan Putri tidak pernah sama sekali mengadu atau menunjukkan rasa sakit hati di depan Tiyan, padahal fitnah dari Ibu Juminten sangat kejam.
'Perempuan yang tidak pernah mengandalkan saya jika disakiti, kenapa banyak sekali yang membenci'
"Astaga mas, tangan kamu kenapa?!" Putri menyadari jika telapak tangan Tiyan terluka.
"Tadi aku sama Dimas bantuin Pak RT beres beres rumahnya sayang, dan nggak sengaja aku pecahin meja kaca"
"Kamu nih selalu nggak hati hati deh mas, kalau kayak gini bisa infeksi loh"
"Gapapa sayang, ini cuma tinggal dibersihin aja"
"Yaudah aku bersihin dulu ayo" Putri mengajak Tiyan ke ruang tengah untuk dibersihkan lukanya
Dengan hati hati, Putri membersihkan luka di bagian telapak tangan Tiyan.
Tiyan hanya menatap sang istri dalam diam.
Flashback on
Semua terkejut melihat Tiyan dengan mudahnya memecahkan meja kaca tersebut dengan sekali gebrakan
"Bu, ambil alkohol sama plester, Pak Tiyan harus diobati" Pak Tiko yang tahu tangan Tiyan mengeluarkan darah segar, segera menyuruh Ibu Rohma untuk mengambil obat obatan
"Tidak perlu, Pak Tiko" — Tiyan angkat bicara
Dimas tercengang melihat aksi keponakan ipar nya ini
"Gila lo bang, punya kekuatan super kah?"
Sementara Tiyan masih menatap tajam Ibu Juminten yang ikut terkejut
Tiyan sangat muak melihat wajah ibu ibu ini, dia meremat tangan yang sudah dipenuhi pecahan kaca
"Bang, sadar!" Dimas mencoba menyadarkan
"Sudah melihat, Ibu Juminten?" — Tiyan
"..."
"Kaca setebal ini bisa saya hancurkan dengan mudah"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRATAMA
RandomPepatah yang mengatakan "Cinta itu Buta" memang benar adanya. OC [21+ Area]