[57]

5.4K 362 42
                                    

Putri tengah memakai jaketnya, sepertinya dia ingin keluar rumah.

"Mau ke mana sayang?" Tiyan yang baru saja keluar dari kamar mandi bertanya

"Aku pengen ambil donat di rumahnya Suki mas, tadi orangnya chat katanya ada varian baru, jadi aku beli"

"Mau aku temenin?"

Putri menggelengkan kepala "Nggak usah mas, rumahnya kan juga deket, jarak dua rumah kita"

"Uangnya ada?"

"Ada"

"Dari siapa? Aku kan belum kasih bulan ini?" Tiyan mencoba menggoda sang istri

"Aku punya tabungan ya, dari papa sama waktu kerja, curigaan banget sih"

Tiyan terkekeh, lalu segera memberikan sebuah amplop biru muda berlogo salah satu nama Bank terkenal.

"Ini apa mas?"

"Buka aja"

Putri segera membuka amplop tersebut, dan setelah melihat isinya, Putri terkejut, dia menatap sang suami

"Mas, Ini—"

"Buat kebutuhan kamu"

Putri mengambil isi dari amplop tersebut yang ternyata di dalamnya ada sebuah kartu berwarna hitam, di mana hanya orang orang tertentu yang mempunyai kartu ini, atau bisa dibilang kartu premium

"Sementara pakai nama aku, karena itu awalnya atas nama aku, nanti kalau udah ada pembaruan lagi ganti nama kamu"

Putri menatap kartu tersebut, seumur hidupnya, dia tidak pernah menyentuh Black Card, Putri hanya melihat milik sang papa kala itu, tapi tentu dia tidak berani menyentuhnya.

"Wah, ternyata aku beneran nikah sama sultan" — Putri

"..."

"Pasti saldo ATM kamu nggak pernah kosong ya mas?"

Tiyan tertawa kecil, dia semakin mendekat ke arah sang istri

"Beli apapun yang kamu mau pakai ini"

"Beli kebutuhan bayi boleh pakai ini?"

Tiyan mengangguk "Boleh sayang, tapi kalau perlengkapan yang berat berat pakai uang aku aja, ini kan buat kamu jajan"

Sungguh luar biasa sekali Tiyano Pratama ini, Mafia terkenal dan calon pimpinan perusahaan Pratama Company, pastinya tidak akan pernah kehabisan uang

Putri tersenyum, dia segera memeluk sang suami dengan erat.

"Terima kasih ya mas"

"Udah dikasih uang langsung berbinar ya"

"Iyalah! Hidup itu harus realistis, tanpa uang kita nggak bisa hidup"

Lagi lagi Tiyan tertawa. Akhirnya Putri kembali seperti dulu secara perlahan, dia membenarkan rambut Putri, lalu segera menempelkan bibirnya ke bibir sang istri

"Jangan sakit lagi"

Putri mengangguk, dia mengeratkan pelukannya, lalu membalas lumatan sang suami dengan lembut

Melupakan dirinya yang ingin membeli donat ke rumah tetangga

****

Putri telah sampai di rumah Suki, seorang mahasiswi dan juga pengusaha donat di komplek perumahan.

"Eh Mbak Putri, lama nggak kelihatan ke mana aja?" Seorang ibu ibu yang juga tinggal komplek perumahan menyapa Putri

"Iya Bu, saya nggak enak badan akhir akhir ini, jadi di rumah aja"

PRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang