[35]

5.8K 384 24
                                    

Putri telah sampai di rumah milik orang tuanya, Papa Reivan dan Mama Yuri sangat terharu melihat sang anak sulung akhirnya pulang ke rumah setelah kurang lebih satu tahun ini tidak kunjung pulang.

Terutama Mama Yuri, sedari tadi memeluk dan menciumi sang anak, karena beliau mendengar kabar bahwa Putri sempat dirawat akibat asam lambung.

"Kenapa Putri nggak bilang ke mama kalau sakit? Kan biar mama sama papa ke sana rawat Putri"

"Putri cuma beberapa hari di rumah sakit kok ma, lagian ada kak Tiyan yang bantu Putri selama di sana" — Putri

"Putri pindah kampus di sini aja ya? Biar papa sama mama bisa tahu keadaan Putri setiap hari" — Mama Yuri membujuk

"Putri nyaman di sana ma"

"..."

"Di Bandung enak banget, hawanya juga sejuk, Putri suka di sana"

Mama Yuri mengusap kepala Putri, lalu menciumi nya lagi. Beliau benar benar merindukan sang putri

Sementara Papa Reivan hanya menatap, beliau juga melihat keadaan Putri yang lebih kurus dari biasanya, depresi memang sangat menguras tenaga.

"Tiyan, om ingin bicara dengan kamu"

Papa Reivan pergi untuk ke ruang kerjanya, disusul oleh Tiyan.

.
.
.

Tiyan telah berhadapan dengan Papa Reivan sekarang.

"Orang tua kamu kemarin menghubungi om"

"..."

"Mereka meminta pernikahan kalian segera dilaksanakan, menurut kamu bagaimana?"

"Saya selalu siap menikahi Putri jika dia berkenan"

"..."

"Tapi jika Putri masih belum ingin menikah dengan saya dalam waktu dekat, saya tidak bisa memaksa kan om?"

"...."

"Saya menyakiti Putri sebegitu dalamnya, saya  tidak ingin Putri melakukan itu secara terpaksa"

Papa Reivan mengangguk.

"Om sama tante sudah berdiskusi, perihal hubungan kalian berdua itu tergantung juga keputusan kalian"

"..."

"Kalau memang Tiyan bersedia menikahi Putri, silahkan"

"..."

"Tapi keadaan Putri sudah tidak seperti dulu, dia mengalani depresi berat satu tahun terakhir"

Tiyan mengangguk "Saya yang akan membantu Putri untuk sembuh, karena semua ini terjadi juga karena saya. Saya ingin menebus semuanya om"

Papa Reivan mengangguk sekali lagi "Saya percaya jika kamu bisa membantu Putri untuk melewati masa sulitnya"

"..."

"Untuk pernikahan, apa kamu dan Putri sudah berbicara?"

Tiyan menggelengkan kepalanya "Sepertinya Putri masih belum ingin saya nikahi dalam waktu dekat"

"..."

"Putri memang memaafkan saya, tapi rasa sakitnya masih belum sembuh sepenuhnya om, saya maklumi itu"

"Nanti saya mencoba membujuk Putri"

Tiyan mengangguk, dia ingin berkata sesuatu.

Tapi niat itu diurungkan karena tiba tiba pintu terbuka, menunjukkan Putri.

"Kenapa sayang?" Papa Reivan bertanya.

Putri menutup pintu, lalu segera mendekat dan terduduk di sisi Tiyan.

PRATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang