Saya pendosa, pendosa congkak yang semena-mena. Mengadahkan wajah ke atas udara, menegakan tubuh berharap bisa disandingkan dengan gunung yang berdiri kokoh menjulang ke angkasa.
Saya pendosa, menganggap seluruh makhluk adalah kaum jelata. Saya merasa lebih segala dibanding mereka semua.
Saya pendosa, tidak tahu diri menghina sewenang-wenang tanpa melihat cerminan buruk rupa yang sudah lama ada dalam jiwa.
Saya pendosa, memberi perkataan hina sembarangan tanpa tahu bahwa ada hati yang akan terluka saat saya berucap serampangan.
Sombong, angkuh, dan congkak adalah cermin dari rendahnya rasa percaya diri, ingin diakui, tapi tidak mau mengakui orang lain. Seharusnya saya tidak perlu memuji diri sendiri, mengagungkan diri sendiri, haus pujian, menganggap diri ini yang paling banyak ilmunya.
Saya pendosa, merasa paling sempurna. Namun yang sebenarnya adalah...
Sempurna itu hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
21 April 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERPRETASI
RandomBukan sebuah kisah, puisi, atau ungkapan manis yang membuat tenggelam dalam khayal sampai kelopak mata mu sulit untuk terpejam. Sekadar asumsi sampah- residu isi kepala yang rasanya mubazir jika dibiarkan larut bersama waktu. Slow update•••• hanya...