INTERPRETASI

Ruang Publik (A)

DEMONSTRAN

Pelaku utama dalam tercapainya demokrasi.

Dahulu yang saya tahu, orasi digaungkan karena memang perlu disampaikan.

Menuntut hak yang telah lama direnggut oleh penguasa yang lagi memaksa dan berkehendak suka-suka.

Bersama suarakan revisi untuk tercapainya Indonesia bebas dari tirani.

Perjuangan memang penuh perlawanan, tanpa melawan tidak akan tercipta sebuah perubahan.

Namun...

Suara lantang yang terlihat seolah membelah langit, sekarang nampak seperti bola salju yang dilemparkan ke gurun Sahara. Ya, tanpa arti dan hanya sebatas sensasi.

Pergi kesana kemari, bersikap seolah peduli, nyatanya hanya ingin berbagi rekam jejak pada instastory, lantas merasa patut berbangga diri?

Demikian pula beberapa suara berkicau tanpa henti, meyakinkan bahwa dirinya-lah yang paling benar dan suci.

Tapi tidak mengapa, toh mereka yang berbagi tautan pada laman instastory sudah rela menjejakan kaki untuk sekedar mengkritisi para politisi, meskipun pada akhirnya ditanggapi sebagaimana kicau burung di pagi hari.

Ya, itulah lika-liku menuju demokrasi, menguras emosi yang sampai hati menimbulkan pertengkaran sesama saudara sendiri.

Lanjutkan saja, bukankah lebih baik belajar bersama dalam ruang publik bernama demokrasi daripada berdiam diri lalu lupa bahwa dirinya berhak ikut andil membangun negeri walaupun hanya sebatas opini?

| Tulisan ini terinspirasi dari seorang tokoh dengan pemikiran luar biasa dan langkah perjuangan nya.

WHO IS HE?
Mendekatkan pembaca, dia adalah...

From Soe Hok Gie With Love

Hari ini aku lihat kembali wajah-wajah halus yang keras
yang berbicara tentang kemerdekaan dan demokrasi
dan bercita-cita menggulingkan tiran

aku mengenali mereka yang tanpa tentara
mau berperang melawan diktator
dan yang tanpa uang
mau memberantas korupsi

kawan-kawan
kuberikan padamu cintaku
dan maukah kau berjabat tangan
selalu dalam hidup ini??

( Soe Hok Gie, Sinar Harapan, 18 Agustus 1973)

22 Februari 2018.