KETIKA itu, aku terlalu larut menikmati indahnya hari, sampai lupa bahwa sesuatu tidaklah abadi
Manisnya hari ini belum tentu terjadi pada esok lusa
Bahagia dan renyahnya tawa yang pecah tidak menjamin bahwa esok hari suara yang sama akan tiba
Waktu itu keji, merenggut secara paksa apa saja yang telah terjadi, menumbuknya sampai menjadi serbuk hingga tidak ada yang dapat menariknya kembali
Nasi telah berubah menjadi bubur
Ck, pepatah lama yang menghibur diri sendiri. Seolah dunia telah menyiapkan beberapa hari besar untuk disambut dengan suka cita
Tapi
Bukankah rekaman akan Nasi masih bisa kita kenang? Bentuknya? Aromanya? Teksturnya?
Akui saja, hari kemarin memang indah, dan saat ini diri pribadi masih sungkan untuk beranjak pergi
Kita terlalu munafik
Kita terlalu munafik
Kita terlalu munafik
Munafik menyembunyikan kebahagiaan semu hari ini, dan mengabaikan pahitnya esok hari.
12 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERPRETASI
RandomBukan sebuah kisah, puisi, atau ungkapan manis yang membuat tenggelam dalam khayal sampai kelopak mata mu sulit untuk terpejam. Sekadar asumsi sampah- residu isi kepala yang rasanya mubazir jika dibiarkan larut bersama waktu. Slow update•••• hanya...