3 : kebetulan tidak di harapkan

2.1K 232 14
                                    

"Pagi.... " sapa Banana lesu. Kakinya melangkah malas memasuki Baskoro Computer atau yang biasa di sebut BasCom. Bengkel komputer yang sudah menampung Banana sejak jaman kuliah.

Walau ia memiliki gelar S.Kom, Banana tidak berminat untuk bekerja di perusahaan atau mengajar di sekolahan seperti yang Ukei lakukan. Alasan kalau ia sudah nyaman dengan tempat kerjanya sekaligus milik orang tua temannya di kampus dulu.

Ck! Itu hanya sebagian alasan kecilnya. Alasan terbesarnya ya, bengkel mobil yang ada di sebelah BasCom. Tidak perlu di jelaskan, nanti kalian juga tahu sendiri bengkel milik siapa itu.

"Tumben mbak, lesu banget. Abis maraton drama apa abis maraton oppa-oppa di youtube?" Melly, selaku anak PKL, menyambutnya dengan pertanyaan yang seakan tahu kebiasaan Banana. Karena ia sendirpun juga memiliki kebiasaan yang sama dengan gadis teknisi itu.

Wajar sih, gadis seusia Melly kan lagi seneng-senengnya mantengin cowok-cowok cantik.

"Boro-boro mel, mbak tadi malem gak bisa tidur. Badane gemeteran abis di kejar anjing pas abis beli ketoprak." Banana mendengus sembari mendaratkan pantatnya di depan meja yang berisi komputer server.

Mendengar itu, gadis berusia tujuh belasan tahun ini tertawa. "Ya ampun, mbak... Kirain kenapa. Cuma anjing doang juga. Masa sampe gak bisa tidur sih, "

Bukan anjingnya sih, tapi yang nolongin itu. Duuhh, gue jadi keinget dulu-dulu kan. Bibir gue di tabrak bibir bocah badung itu, sialan!

Untung tadi malem gue langsung kabur sebelum bocah itu sempet inget gue. Bodo amat dah di katain nggak tau terima kasih. Yang penting gue selamet.

"Yasalam, malah bengong."

"Mbak."

Banana terkesiap. Ia menatap Melly gelagapan. "Ha-ah?? Udah ah, males gue inget anjing jelek itu." ujarnya sambil mengibaskan kelima jarinya di udara. Lalu pandangannya memeriksa tempat servis komputer ini yang tidak terlalu luas, juga tidak terlalu kecil. Ternyata tempat ini hanya berisi Melly saja. "Yang lain pada kemana? Mas Dika sama Candra belum dateng?" tanyanya saat tak mendapati tiga anak PKL lainnya yang mendapat bagian shif pagi, dan dua teman teknisinya.

Melly memasukan kanebo kedalam wadahnya setelah selesai mengelap kaca dan etalase. "Yakali mbak udah jam sembilan lewat lima belas Mas Chandra sama Mas Dika belum dateng. Udah di kirim ama pak Bas ke SMP N 5 buat masang jaringan katanya. Kalo Lili sih lagi ke toilet, Ernanya beli sunlight buat ngepel, terus Aji lagi bersih-bersih di atas.

Banana mengedip. "Lah, lah.. Kok pada nggak ngabarin gue sih. Gue berarti telat dong. Tadi pak Bas nggak nanyain gue?" Tanya Banana dengan raut panik. Ia takut kena omel bosnya lagi. Walaupun Pak Baskoro terkesan santai dan suka bercanda, tapi tetap saja ada sesuatu yang di kritik jika ada yang tidak sesuai dengan pendapatnya.

Seperti kebiasaan Banana, telat.

"Ya nanyain mbak, tadinya juga mbak Nana yang di suruh ke sekolahan. Tapi kan belum dateng, ya udah jadinya Mas Candra sama Mas Dika deh."

Banana memanyunkan bibirnya, dan seketika itu juga ia teringat dengan pekerjaannya yang masih menumpuk di belakang. Oh god! Mengingat itu membuat tubuhnya melemas. "Ampun deh, pesanan PC dari SMA Garuda tinggal separo. Padahal mau di anter besok. Lembur-lembur dah kita. Jam satu baru selese keknya. Tega banget sih pada ninggalin kerjaan banyak buat gue."

Gadis berambut ikal ala noni belanda itu menyengir lucu yang memperlihatkan gigi gingsulnya. "Sori mbak. Kalo yang shif pagi kan gak ikut lembur. Hehe."

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang