14 : Reuni

1.7K 194 18
                                    

Disaat kuota limit atau habis, baru deh inget nulis. 😂😂😂😂

================>>>>

.

.

.

.

.

Dari dulu Banana selalu menghindar dari yang namanya berondong.

Walaupun dia setampan Kim Taehyung, atau se-imut Jungkook, atau se-manis Jimin, atau se-swag Suga, atau juga seperti rombongan member Wanna one yang ganteng-ganteng parah, mereka tetaplah berondong, makhluk yang paling ia hindari.

Dalam artian, antisipasi saja. Jangan sampai Banana terlibat kisah asmara, HTS atau semacamnya dengan laki-laki yang berumur di bawahnya. Minimal seumuran dengannya untuk pria idealnya gitu. Jika hanya sekedar berteman, oke, tidak masalah. Banana humble, mudah kenalan dengan siapapun, lebih tepatnya sok kenal. Tapi jika sudah ada tanda-tanda lain, Banana lebih dulu menghindar sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Banana akui, memang sejak dirinya duduk di bangku SMA, tak sedikit adik kelas yang mendekatinya. Bahkan ia pernah di kurung beberapa menit di dalam kelas sebelas, yang di dalamnya hanya berisi murid laki-laki saja. Saat itu, Banana ingin sekali melompat jendela untuk kabur dari bocah-bocah kurang ajar itu. Namun itu tidak mungkin mengingat banyaknya poin yang di terima jika seorang murid melompati jendela. Akhirnya Banana menunggu adik kelasnya selesai menggodanya, ––yang tidak mereka tahu bahwa kakinya serasa mau copot. Rasanya deg-degan dan malu pastinya.

Yang Banana syukuri saat itu adalah tidak berhadapan dengan si biang kampret alias Natta de co co.

Iya. Malah berurusannya sekarang. Kan makin kampret ni anak.

Dulu ia bisa menghindar dengan baik-baik dari segala macam bentuk Berondong. Tapi Kenapa itu tidak berlaku untuk si biang kerok Adinata Kayana?!!

Banana selalu bertanya-tanya pada diri sendiri. Kenapa ia selalu kalah dengan bocah itu? Padahal ia sendiri tahu bahwa dirinya itu keras kepala. Sulit diatur. Kenapa dengan bocah itu ia seperti kecoak keinjek? Diem, tak berkutik. Padahal jelas-jelas ia lebih tua darinya. Walopun Cuma setahun sih. Tapi tetap saja ia lahir setahun lebih dulu darinya.

Di samping itu, diam-diam Banana merasa takut jika berdekatan dengan Natta. Ketakutan itu bercampur kegelisahan. Dan kegelisahan itu menggagu tidurnya akhir-akhir ini. Kepalanya selalu di penuhi nama laki-laki itu.

Mungkinkah karena mereka terlalu dekat hingga tak ada ruang untuk laki-laki yang ia sukai?

Ck. Tidak-tidak! Mereka tidak dekat! Natta lah yang selalu menempel padanya. Menyumpalkan perhatian dan kata-kata manis khas playboy kelas kakap. Bodohnya ia malah membuka pintu lebar-lebar. Memberi akses bebas untuk melewati batas yang ia buat. Membiarkan kulit mereka bersinggungan layaknya sepasang kekasih.

Jika Banana tidak cepat-cepat menghentikannya, kemungkinan besar dinding itu akan roboh secara perlahan. Dan hatinya akan terbawa arus pesonanya dengan mudah.

Percaya atau tidak? Natta itu memiliki pesona kayak badai. Auranya bagaikan hujan deras bercampur angin kencang dan petir. Gimana nggak bikin anak orang sawan coba? Sikap juteknya selama ini hanya untuk menutupi kegugupannya saja. Banana sendiri tidak tahu harus bersikap seperti apa di depan dia.

Meskipun ia lebih tua, tetap saja ia hanya seorang perempuan yang memiliki sisi lemah. Iya. Selemah hatinya yang mudah hanyut jika di beri sedikit hati. Entah kenapa hatinya  bisa bertahan menyukai si Bima dalam waktu yang cukup lama. Mungkinkah selama ini ia tidak benar-benar menyukainya? Atau ia hanya kagum dengan sosok Bima yang selalu ada bersamanya dan berujung ketergantungan?

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang