"Lo pulang aja, ish." Banana menarik belakang hoodie Natta agar tidak masuk ke dalam kafe ---tempat ia janjian dan teman-temannya.
"Nggak ada yang bisa ngelarang gue, sayang...," Natta tersenyum menyebalkan seraya melepas pelan tangan Banana dari hoodienya. Setelah itu, ia melenggang pergi memasuki kafe.
"Natta!"
Ck! Percuma saja. Ngomong sama bocah model Natta itu kayak ngomong sama tiang listrik! Lihat saja, teriakan Banana di anggap ghoib oleh bocah sinting itu. Larangannya tidak mempan sama sekali.
"Nyebelin banget sih tu, anak." Banana menghentakkan kakinya kesal sebelum akhirnya memilih memasuki kafe yang sudah di pesan oleh teman-temannya.
Lonceng berbunyi ketika Banana memasuki Indocaffe. Pandangannya menyisir isi tempat ini untuk mencari keberadaan teman-temannya, ah, bukan hanya itu, tetapi bocah semprul itu juga yang tidak dapat terdeteksi oleh pandangannya.
Kemana tu anak?
Dih, bodo amat, dia kan bukan anak TK lagi. Nggak bakalan ilang juga.
"Banana, woi!" mendengar ada yang menyerukan namanya, gadis itu sontak menoleh pada sumber suara.
Dari jarak lima meja ia berdiri, ketiga mantan teman gengnya itu sudah duduk cantik di meja berisikan lima kursi.
Banana lantas berjalan melewati lima meja yang telah terisi penuh sembari memperhatikan tempat ini. Kafe sederhana dengan tema yang anak-muda-banget. Di lihat dari banyaknya poster artis muda dan lagu Blackpink dududu terputar di kafe ini.
Pantas saja pengunjung rata-rata anak muda. Terutama mahasiswa. Terbukti dari banyaknya orang yang duduk dengan di temani laptop dan setumpuk buku.
Ough, kenapa dulu ia nggak nemu kafe ini?
"Utututu, lo akhirnya dateng juga, mblo!" Ketiga temannya langsung menyambutnya. Gadis itu hanya tersenyum seraya membalas pelukan temannya.
"Kangen gue nggak ketemu beberapa hari." Ukei bertingkah seolah pacar posesiv yang di tinggal LDR dua minggu. "Kangen pengen jitak sih," lanjutnya seraya mendaratkan jitakan di kepala Banana.
Tak!
"Sialan, anjir!" Banana balas menonyor kepala Ukei. "Dasar kunti. Gue embat lakik lu, mampus!"
Ketiganya tertawa.
"Yang lain mana?" tanya Banana tak mendapati lima temannya lagi yaitu; Milky, Lidya, Oky, Sunni dan Mhia. Hanya ada Ukei, Friska, dan Stella saja.
"Pada nggak bisa dateng katanya." jawab Friska sambil memotret kentang goreng di piringnya.
"Lah, anjer. Udah ngancem-ngancem gue, sendirinya malah nggak dateng. Yang paling maksa si Susu Ultra itu!" Banana mendengus jengkel. Teman-temannya memang sangat menyebalkan.
"Wajar lah, mereka kan udah pada punya buntut sama pengantin new getoo." Ukei sedang membolak-balikan novel ikut menyahut. Sementara Stella sibuk makan nasi goreng dan menu lain. Oh god, Banana sampai menatap ngeri pada menu yang di pesan temanya itu.
"Stel, lo laper apa doyan?" Temanya mendongak dengan mulut penuh. "Dua-duanya. Nggak tau nih gue, bawaannya laper mulu. Efek bayi kali ya?" balas Stella setelah menelan makanannya.
Banana mencomot kentang goreng di piring Friska. "Kayaknya anak lo kalo udah brojol rakus deh,"
"Nggak papa. Banyak duit ini," Stella memeletkan lidahnya menyebalkan.
"Lagak, lu!" Stella tergelak saat Banana melemparkan gulungan tissue kecil ke arahnya.
"Ih, ada bule yang komen masa!" seru Friska heboh dan mengundang tatapan ketiga perempuan berbeda status itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PC (Perangkat Cinta)
General FictionPC disini bukan personal komputer, bukan pula perangkat komputer. Lebih tepatnya Perangkat Cinta. Iya, cinta itu butuh perangkat, layaknya personal komputer. Misal perangkat alat sholat di bayar tunai, terus SAH! ***** Bertemu kembali dengan mantan...