30 : EX-Shit!

1.6K 162 59
                                    

Mari berhitung udah berapa abad ni cerita baru di sentuh 😌😌😌

Chekidotyooww!! 😉




o0o



Selama berbelanja, Banana tidak banyak omong. Lebih memilih memperhatikan apa yang Natta beli. Untuk masalah belanja memang Banana tidak banyak tahu, dan Natta sangat tahu itu. Bagi seorang koki sepertinya, memasak untuk orang lain adalah suatu kebahagiaan, terlebih untuk orang yang dicintainya. Natta tidak masalah Banana tidak bisa masak sekalipun. Yang terpenting, Banana tetap berada di sampingnya, itu sudah cukup.

“Itu namanya apa yang panjang-panjang putih? Pernah nonton mukbang di youtube, tapi lupa,” tanya Banana ketika Natta tengah memilih berbagai macam sayuran.

Natta menoleh sekilas. “Jamur enoki,” Jawabnya serius. Natta yang seperti ini sungguh seperti orang normal, bukan orang menyebalkan seperti biasanya.

Banana mengangguk saja, "kayaknya enak banget kalo di masak ala korea yang warnanya merah banget itu."

"Kamu mau?"

Banana mengangguk cepat yang terlihat lucu. "Banget!"

Natta menyungging geli, "oke, nanti aku masakin." katanya, tanpa menoleh dari daging-daging yang kini tengah ia pilih.

“Bukannya semua daging sama aja?” tanya Banana lagi. Banana tak mengerti kenapa harus ribet memilih daging yang kemasannya sama semua.

Natta menegakkan punggungnya dan menoleh pada Banana, kemudian meletakkan beberapa daging ke dalam troli. “Misal, semua cewek itu sama, jadi nggak perlu milih, toh sama-sama perempuan. Jadi begitu maksudmu?”

“Ya-ya, nggak gitu juga,” Banana memanyunkan bibirnya.

Natta tertawa geli. “Yaudah, sekarang tinggal cari minuman sama cemilan,” kata Natta setelah menyelesaikan acara memilih daging, yang entah bedanya apa, Banana tidak tahu.

Banana menurut saja ketika tangannya di gandeng Natta, sementara tangan Natta yang satunya mendorong troli berisi belanjaan mereka.

“Kita udah cocok jadi pengantin baru yang lagi belanja bulanan,” ujar Natta. Keduanya berhenti di deretan rak berisi camilan.

“Jangan bahas itu. Ini lagi di tempat umum,” Banana menoleh ke kanan dan kiri.

“Emangnya kenapa? Yang penting kita nggak bahas aktifitas kita di ran——“ kata-kata Natta terpotong begitu tangan Banana membekap mulut lelaki itu.

Mode menyebalkan Natta aktif kembali.

“Diem!” Banana melotot jengkel. “Mulutnya nggak punya rem, ya!”

Natta menurunkan tangan Banana dari mulutnya. “Masalahnya, kalo sama kamu tuh remnya blong. Gimana dong?” katanya, menahan tawa.

“Kalo ngomong nggak jelas lagi, ni sepatuku bakal mendarat di mulutmu, loh!”

“Iya, sayang. Galak amat sih,” kekehnya. “jadi tambah seksi kalo lagi galak gin——”

"Natta!"

Natta merapatkan mulutnya seketika. Menunjukkan senyum sok imut sampai kedua matamya menyipit.

Banana mendengus malas dan beralih pada rak di depannya. Menyambar beberapa snack yang disukainya.

“Kamu suka banget kripik-kripik, ya?” Natta memandang snack pilihan Banana yang di dominasi oleh kripik. Entah kripik kentang, kripik singkong, kripik talas, atau jenis kripik yang lainnya.

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang