9 : Mood anjlok

1.5K 168 6
                                    

Banana memejamkan matanya saat suara maha dahsyat menusuk gendang telinganya.

"ANAK DURHAKA!"

Tarik nafaaassss, keluarkan... Okay...

Huhh. Harus isi ulang stok kesabaran sebelum mendengar suara baginda ratu tegal tapi tidak mau di katakan ko padahal emang medok. Bahasanya harus kebarat-baratan biar gaul, begitu katanya.

"Mi, biasa aja kalik. Kupingku bisa jebol nanti," perempuan itu menggerutu menjawab panggilan ibunya.

Oh, tak tahukah sang ibu bahwa putri pertamanya tengah galau akut. Moodnya anjlok terlalu jauh.

"Why you? Not call your mom, hah?? Mami udah diem Ten days in here. Waiting you call ai. But, you not remember with mami. You jahat bingit! Hiks. Mau jadi anak durhaka kamu hah?!"

Banana menjauhkan ponsel dari telinganya dengan bola mata berputar malas. Kalau saja ia tidak memikirkan dosa, pasti ia sudah menyumpal telinganya, atau me-reject panggilannya saja, atau lebih parahnya, mengadopsi orang waras untuk di jadikan ibunya. Bagaimana mungkin ia memiliki ibu se absurt nyonya Laila itu?

"Kan nunggu Mami nelfon aku dulu," pada akhirnya Banana menyengir sendiri. Bukan karena apa-apa sih tidak mengabari ibunya, karena malas saja mendengar bahasa gado-gado ibunya di tambah mulutnya tukang nyinyir.

"You tega! Mami waiting you, tapi you forget me." sahutnya dengan suara medok dan bahasa khasnya yang berantakan.

"Ya Allah, mam.. Lebay deh. Biasanya juga aku di usir-usir kayak anak tiri. Kayaknya aku anaknya orang kaya terus di pungut juragan buah."

Pada detik itu juga volume speakernya bertambah otomatis.

"ANAK KURANG AJAR! ASAL YOU TAU SAJA. MAMI SAMPE CRY-CRY NGELUARIN YOU YANG MINTA DI PANCING PAKE CANGKUL!"

Perempuan itu terkikik mendengar umpatan ibunya. "Yaelah mi, serem amat. Sesulit itukah aku hadir di dunia?"  ucapnya dramatis.

"You paling sulit. Segalanya you yang paling sulit. Sampai dapet pasanganpun paling sulit di antara sister-sister you."

Anjay.

Ujung-ujungnya mah nyerempet ke situ!

Untuk menghindari hal-hal yang tidak baik, Banana berniat menyudahi obrolan singkatnya. "Udah denger suaraku kan mi? Ya udah ya, aku mau kerja dulu."

"WAIT!" gerakan jari Banana berhenti saat akan memencet tombol merah.

"Apa lagi, mom?!" Banana mengerut kesal.

"Bulan depan, Ukei tunangan ya?" suara ibunya kali ini terdengar normal. Tapi berhasil membuat putrinya was-was.
"Lah terus?"

"Nggak terus. Mami cuma nanya aja, udah."

"Tumben nggak tanya kapan you bawa calon?" Banana menirukan suara ibunya.

Terdengar tawa menggelegar dari dalam ponselnya. "Mami udah nggak mau nanya again. But mami cuma punya satu permintaan. Bulan depan, di hari tunangannya Ukei, you harus bawa boyfriend. Ups, no-no! Pokoknya up to you yang penting cowok. Okay?!"

Kali ini, hasrat ingin mengunyah obeng yang ada di tangannya sangat besar, kalau tidak ingat ia adalah manusia biasa.

Ini mah sama saja. Lebih parah malah. Emang segampang itu mencari pasangan hidup? Banana tidak mau asal comot karena ini menyangkut masa depannya.

"Mi, jangan becanda deh." Banana mendesah lelah.

"Hellooo My Banana! You now that. Mami emang like be-to the can-to the nda, a.k.a becanda. But, kalau masalah masa depan you, mami tidak becanda. Lecy udah isi enam bulan. Cherry udah dapet calon. Kalo you nggak mau berarti you should ready with pilihan your mam, titik!"

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang