"Kemana lo?"
"Minggat!"
Ukei terbahak. "Yakali minggat pake sepeda orang. Mau beli gorengan, buuk?"
"Bodho amat! Yang penting gue bisa lari dari kenyataan." sahutnya galak sebelum membawa sepeda milik sahabatnya meninggalkan tempat yang lebih mirip lautan bara itu.
Ukei menatap kepergian sahabatnya yang mulai menjauh, sebelum ia teringat akan sesuatu dan reflek menepuk jidatnya keras. "Woiii pisaaaaang! SEPEDANYA!!!"
"Elah, kagak denger lagi tu anak."
Terlanjur.
Ukei mengendikan bahunya, "Yasudahlah.... Semoga gak ada apa-apa." gumamnya dan kembali pada gerombolan teman-temannya yang sedang merayakan kelulusannya. Menyemprotkan pilox dan meninggalkan bekas tanda tangan di seragam mereka untuk di jadikan kenang-kenangan.
***
"Lucu banget.""Gue pengen ngakak."
"Yang ngincer siapa, jadiannya ama siapa. Kan kampret,"
"Begonya, gue masih ngarep ama si kampret. Haish! Ngenes banget sih gue,"
"Sial!"
"Serah deh! Gue juga bisa dapetin yang lebih ganteng en hot dari si dia!"
"Liat aja! Pesona Banana mah nggak bisa di tolak. Tinggal kedipin, senyumin, ama colek dikit juga udah klepek-klep---- eh-ehhh, kok--- kokk sepedanya . . ."
"WUAAAAA!! REMNYA BLOOONG!!"
"UKEI SIALAN!! SEPEDA RONGSOK DI PELIHARA!"
"MAMAAA GIMANA INI...!"
Kedua bola matanya sontak melebar, kepalanya menggeleng cepat saat ada seorang cowok berseragam sama dengannya menyebrang di ujung turunan. "Minggirr!! Minggir!!! Woiiii!!!! AWAAASSSS!!!"
"AWAAASSS!!!!"
Dan, kejadian yang tidak diinginkanpun terjadi....
Brak!
Adaaaawwwww!!
Hening,
Gue gak layangin nyawa orang kan?
Eh, Banana bego. Ini sepeda ontel bukan sepeda motor kali. Gak mungkin kan, cuma gegara ketabrak sepeda terus nyawa melayang. Kecuali nabraknya di tepi jurang.
Tapi, tunggu! Tadi tu kan sepedanya gue belokin, terus nabrak pohon, terus guenya mental, teruuuss----
Ettt, Kenapa badan gue gak kerasa sakit? Kok malah empuk sama ada wangi-wanginya gitu.
"Kalo gak bisa bawa sepeda gak usah bawa kali mbak, untung gue gak kesambet."
Wait-wait? Suara siapa tu?
Banana lantas membuka satu matanya, seperti orang memicing. Pandangannya langsung menangkap seorang cowok bermata tajam tengah menatapnya dengan satu alis yang terangkat.
Omg!!
Saat itu juga kedua bola matanya melebar sempurna dan mengerjap lucu. Memastikan bahwa penglihatannya tidak salah.
Ini gue gak salah liat kan?
Si preman sekolah. Heol??
"Maaf mbak, omong-omong badan lo berat." suaranya kali ini menyadarkan Banana akan posisinya.
Anjirr!!! Kenapa badan gue bisa ngedarat---- What!! Ini gila!
Banana langsung melompat dari tubuh adik kelas satu tingkatnya dengan kecepatan kilat.
Malu.
Rasanya Banana ingin di masukin ke perut ibunya lagi untuk menghilangkan tragedi beberapa detik yang lalu.
Menepis rasa malunya, Banana tersenyum kikuk. "Aduh, sori, Nat---eh," Banana menggaruk kepalanya canggung. Bingung mau memanggil namanya atau tidak karena mereka tidak saling mengenal.
Hei, lo kakak kelas dan dia adik kelas. Gak usah kaya anak ayam ketemu anjing! Lo itu senior. Sisi lainnya berseru.
Oke, biasa aja Banana. Banana berdehm guna mengusir kegugupannya. Lalu menjelaskan bagaimana kronologinsnya. "Sori. Tadi remnya blong. Soalnya itu bukan sepeda gue. Itu sepeda punya temen. Gue tadi langsung bawa aja, gak taunya remnya blong. Maaf ya? Gimana, apa ada yang luka, lecet, apa memar-memar gitu? Kalo ada yang luka, kakak obat---"
Bla, bla, bla.....
Banana terus mengoceh tanpa henti sembari memeriksa tubuh cowok yang satu tahun lebih muda darinya, hingga membuat tubuh adik kelasnya itu berguncang.
Tanpa ia sadari, cowok di depannya terus menatapnya tanpa berkedip, memperhatikan tingkah kakak kelasnya. Telinganya seolah tersumbat sesuatu membuat ia tak dapat mendengar apapun selain menatap mata cerah itu dan bibirnya yang terus bergerak.
Menatap bagaimana mata jernihnya yang sempat membuat ia terpaku. Hidung khas orang Indonesianya alias standar tetapi malah terlihat imut. Dagu lancipnya dan bibir tipisnya yang terus mengoceh tanpa henti, seolah mengundangnya untuk---
Shit! Kenapa cewek ini cantik?!!
"Eh, ini siku lo lecet. Ayo ikut gue, gue obatin." Banana menarik tangan cowok itu, namun, di luar dugaannya, bukannya cowok itu bergerak mengikutinya, malah sebaliknya. Tubuh krempengnya tertarik hingga membentur tubuh bocah itu. Dan sialnya, tinggi Banana hanya sebatas dagunya.
Kejadiannya secepat kilatan cahaya. Banana tidak bisa menghindarinya ketika tiba-tiba bibirnya terasa lembab.
WTF!!!
***
Welcome to my new story.😃
Semoga ada yang syuka yes. Kalo gak ada ya gak papa kok, *ngusrekdipojokansambilnilobatnyamukcapkingkong. 😂
Betewe, ini cerita pertamaku di genfic lhoo...
😯😯😯😯😯
KAMU SEDANG MEMBACA
PC (Perangkat Cinta)
Fiksi UmumPC disini bukan personal komputer, bukan pula perangkat komputer. Lebih tepatnya Perangkat Cinta. Iya, cinta itu butuh perangkat, layaknya personal komputer. Misal perangkat alat sholat di bayar tunai, terus SAH! ***** Bertemu kembali dengan mantan...