20 :

2.1K 215 49
                                    

Sebelumnya, monmaap. 😁

Tadi malem salah pencet mantemaan. Soalnya udah rada ngantuk. Jadi salah pencet dehh. 🤣🤣🤣
And tadi siang juga di unpub lagi. Seketika emak berubah pikiran. Kayaknya lebih enak d baca pas malem". 😆 #Uhuuyyy

#partsuperabsurt
#abaykankatarancu
#banyakyanggaknyambung

Media : Don't know what you do

🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌


Banana keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono. Kebodohannya membuat ia lupa tidak membawa piamanya saat memasuki kamar mandi. Banana terlalu malu setelah mencuri kecupan itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mencium lelaki lebih dulu. Tentu saja ini kejadian paling memalukan seumur hidupnya.

Banana membuang nafasnya pelan.

Sembari melangkah, tangannya menepuk-nepuk jidatnya yang terus menampilkan kejadian beberapa menit yang lalu. Oke, relaks. Lupakan. Terus tidur.

Pikirnya, Natta sudah keluar dari kamarnya. Jadi Banana akan aman hanya mengenakan jubah mandi saja. Namun dugaannya salah besar ketika Banana melangkah menuju lemarinya tanpa memperhatikan sekitar. Sepasang tangan kekar kini melingkar di perutnya dengan posesif.

Oh goshhhh! Banana terkesiap sejadi-jadinya.

“Lo— lo, kok—“ Banana terbata. Kedua tangannya reflek menyilang di dadanya karena tidak mengenakan pelindung di dalamnya. Hanya sepotong kain yang melindungi di balik handuk itu.

“Lo pikir bisa lolos setelah nyuri ciuman gue,” suara seksinya menggelitik telinga Banana.

Natta mengeratkan tangannya yang melingkar erat di perut Banana. Jarak mereka yang terlalu dekat hingga Banana dapat merasakan hembusan panas itu di area telinganya.

Karena perbedaan tinggi badan yang cukup signifikan memudahkan Natta untuk meraih bibir itu dari arah belakang.
Banana awalnya terkejut saat bibir itu tiba-tiba menyapanya, namun pada detik berikutnya, bibirnya bergerak mengikuti irama. Ia hanya bisa pasrah karena tidak memungkinkan untuk lari.

Detik demi detik bibir itu bergerak semakin agresif. Tangan yang awalnya diam, perlahan bergerak menarik tali kimono itu.  Namun sebelum tali itu benar-benar terlepas, Banana lebih dulu menghentikannya dan menarik bibirnya dari tautan itu.

Natta menatapnya dengan wajah tanpa dosa.

“Kebiasaan,” Gumam Banana kesal. Ia kembali menali kimononya dengan benar.

Laki-laki di belakangnya terkekeh geli. “Dikit doang,”

“Dikit pala lu.” Banana mendesis dan melepaskan diri dari Natta. Kemudian menghadap laki-laki itu. “Udah malem, pulang sana.” usirnya.

“Nginep sini ya?” pintanya, dengan mengerlingkan satu matanya.

Sontak saja Banana melotot. “Enak aja! Kalo kepergok orang bisa kena grebek.” Suaranya tertahan agar tidak terdengar tetangganya.

“Makannya diam-diam, sayang.” bujuknya, dengan nada manis.

Banana tidak siap saat tangan Natta bergerak cepat untuk menarik pinggangnya dan mencium pipinya.

Tentu saja sentuhan singkat itu sukses membuat jantung Banana berdetak tak karuan.

“Apaansih, main nyosor terus.” Banana memalingkan muka Natta darinya, untuk memutupi rasa malunya.

Natta membalikkan wajahnya lagi dengan senyuman manis. Kedua tangannya menekan pinggang Banana agar tubuh mereka saling menempel sempurna tanpa ada celah se-inci pun. Kemudian menundukkan kepalanya untuk memberikan kecupan gemas di bibir Banana.

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang