Part 2

2.2K 178 97
                                    

Hai, hai, hai, 😂

Heyoh heyohh, anak piyik jan mampir yaa 😱😱😱

Paan dah 🤣

Yg kemarin maap yaa. Itu akibatnya kalo ngedit mlem". Udeh ngantuk cyn. Jadi ya gasengaja kepencet lg. Terus ya udh hbs itu tinggal tidur aja 🤣
Nggak pehape kooqqq 😁

Ini buktinya up. Cuma ya baru sempet. Hehe

Sebelumnya...... *gaktaudahapayangkutulisini 😵😵😵

Get Ready?!

Readtime! 😂😂😂

.

.

.

"Jadi belanja?” Natta bersuara setelah beberapa menit keduanya terdiam.

“Orang waras mana yang belanja sama mata sembab.” Banana menjawab dengan suara seraknya.

“Eum,,” suara Natta terdengar tidak fokus. Bersamaan dengan itu, cardigan yang melapisi tubuh itu perlahan turun akibat tangan nakal lelaki itu. HHidun mancung Natta bisa Banana rasakan di bahu polosnya yang mulai terbuka. “Kali ini kamu harus tanggung jawab.” lanjutnya berbisik.

Bruk

Lolos sudah cardigan kesayangan Banana ketika pelukan itu melonggar.

Natta tersenyum menatap perempuan di depannya itu. Tangannya terulur untuk menggapai pinggang Banana dan menariknya hingga tubuh mereka kembali merapat.

Banana mendongak untuk membalas tatapan Natta yang tengah menatapnya sayu. Hanya berkomunikasi lewat mata saja Banana tahu apa yang Natta inginkan.

Untuk yang pertama kalinya, Banana memulainya lebih dulu. Jari lentiknya itu merambat di rahang Natta dan mengecup bibir itu. Hanya sekilas sebelum mereka saling pandang kembali. Banana memiringkan kepalanya di sisi lain lagi untuk melumat bibir itu yang di terima Natta dengan senang hati. Mereka sengaja menjeda lumatan beberapa kali sampai akhirnya lumatan itu berakhir panjang.

Ketika perlahan tangan itu menurunkan tali tanktopnya hingga lolos dari tubuh Banana dengan mudah, tangan Banana turut menurunkan kemeja putih yang Natta kenakan. Dan untuk yang pertama kalinya pula, Banana berani menyentuh dada milik Natta yang didam-idamkan oleh para gadis.

Perlakuan Banana ini sukses membuat tubuh Natta serasa terbakar. Banana tidak tahu bagaimana Natta tersiksa akan itu. Disaat ia begitu menginginkan perempuan, Natta harus berusaha menahannya.

Masih dalam keadaan bibir yang saling menaut, Natta menggangkat tubuh Banana di perutnya seperti anak kecil. Yang Banana lakukan agar tidak jatuh adalah melingkarkan kaki di pinggang Natta dan lehernya. Dia melangkah pelan hingga sampai di ranjangnya yang serba putih itu untuk merebahkan tubuh Banana.

Natta melepaskan tautannya dan menggunakan satu tangannya untuk menyangga tubuhnya di atas Banana. Meski dengan nafas memburu akibat ciuman panas itu, keduanya saling melempar pandang dengan senyuman.

“I love you.” Bisik Natta dengan suara serak dan nafas terengah.

Banana turut mengatur nafasnya agar stabil. Selanjutnya ia menggigit bibirnya malu-malu. “Love you too.” balasnya pelan, namun terdengar jelas di telinga Natta.

Natta tidak bisa menyembunyikan betapa bahagianya dia menerima balasan itu. Rasanya ia ingin berteriak pada dunia bahwa ia telah memiliki gadis yang di cintainya.

“Makasih,” bisiknya pelan. Satu tangannya mengusap lembut pipi dan rahang Banana.

Banana menjawabnya dengan senyuman, tetapi tangannya meraba dada Natta. Tidak tahu saja perlakuan Banana itu telah menambah api yang tengah membara bertambah besar.

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang