1 : Cewek Gila

4K 303 83
                                        

Bruk!

Ukei membanting kardus berisi barang-barang milik sahabatnya di lantai. Raut wajahnya ia pasang segalak mungkin. Tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya yang miring ini. "Na, gue masih gak tau jalan pikiran lo. Ini seriusan lo ngekost?"

"Lah, kampret. Lo gak capek nanya kek gitu mulu dari kemaren? Gue cuma ngekost, bukan gantung diri." Banana menyahut malas, "lagian kita juga pernah ngelewatin ngekos bareng jaman kuliah. Jadi, nggak usah berekspresi berlebihan, kayak gue gak pernah idup sendiri aja." lanjutnya sembari mengangkat lemari plastik mini bersusun empat untuk di tempatkan di samping meja nakas.

"Ya gue gak nyangka aja. Cuma gegara adik lo merit dulu terus lo nya di suruh nyusul malah kabur. Lebay tau nggak," masih ngedumel namun tetap membantu sahabatnya.

Banana lantas berbalik dengan senyum sok manis, padahal gigi tajamnya ingin sekali mengunyah gadis hitam manis itu. "Ukraina si manis dari jembatan jonggol," bibirnya langsung berubah lurus. "Lo belum pernah ngerasain gimana di langkahin adek lo, ya? Nikahnya gue gak masalah. Yang jadi masalah tu gue di bully mulu. Udah setaun kalo lo gak amnesia." Lalu mendengus, "dikira nikah kaya bikin top kopi kali ya? Tinggal seduh langsung jadi." kemudian kembali pada kegiatannya. Menggeret kasur busa harga lima ratus ribu --yang baru saja di beli kemarin.

Kedua bola mata Ukei berputar. "Banana Vanila yang suka kuning-kuning, lo lupa, gue kan anak bontot. Jadi gue gak tau gimana rasanya. Asinkah, asemkah, paitkah, atau getir-getir tai ayamkah? Sori dori midori ya, gue kagak tau. Taunya lo bego masih ngarep ama si otot besi itu." seloroh Ukei menyebalkan.

"Anju! Ngapain bawa-bawa dia, Surti!" Bantal berbentuk tulang yang sebelumnya tergeletak di dekat kaki Banana melayang bebas pada Ukei, membuat gadis berlesung pipi dua itu tertawa lepas.

Banana mendengus sebal, lalu berjongkok untuk membuka kardus berisi barang-barangnya. "Namanya juga cinta, yang gila makin gila, yang bego jadi tambah bego."

"Kayak lo," Ukei menyahut cepat.

"Ish," Banana melirik sinis.

"Mau-maunya lo di baperin mulu. Jelas-jelas dia tukang pehape. Barang seken pula."

"Yha.... Lo tau kan kalo jodoh gak kemana? Ya udah, gue gak kemana-mana biar jadi jodohnya." ujar Banana santai. Matanya berbinar saat mengeluarkan benda koleksinya yang bergambar boy grup idolanya.

"Emang gila ni anak."

"Gak muluk-muluk sih, sendal gue bisa jejeran ama sendal dia aja senengnya udah kaya dapet duit dari jajan ciki gopekan."

"Eh, makin gila ni anak."

Banana terbahak. Kemudian berdiri untuk menata barang-barang kesayangannya. "Gue gak sengenes itu kali. Gue emang masih cintrong ame si udin, tapi gue juga waras. Lagi cari yang ada sipit-sipitnya gitu, kaya dedeq kookie ama tae tae yang gemeshin gila."

Dengan kecepatan kilat, kemoceng yang ada di tangan Ukei mendarat mulus di kepala Banana, membuat gadis berambut merah burgundy itu mengaduh. "Pisang nugget, sadar umur woi! Udah seperempat abad masih suka cowok cantik. Waktunya lo cari calon imam, bukan mantengin bocah yang masih belum baligh. Jakunnya aja belum tumbuh!"

Banana mengusap kepalanya dengan bibir mencebik. "Dasar emak tiri, enak aja ngatain jakunnya belum tumbuh. Di ena-enain mereka, kelar dah idup lo."

Mendengar celetukan ngawur sahabatnya, Ukei mendadak mual. Tatapan sengit ia layangkan pada sahabatnya. "Sarap!"  Ukei melengos, tak ingin peduli lagi dengan sahabat sintingnya, dan saat itu juga ia mendengus panjang kala pandangannya menangkap banyaknya poster boy grup korea berceceran di lantai.

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang