11 : Error mode

1.6K 160 26
                                    

Sial. Sial. Sial.

Bocah sialan.

Kampret.

Babik.

Sinting.

Kurang ajar!

Anjir! Gue kayak orang gila!

Umpatan demi umpatan Banana keluarkan untuk laki-laki yang sudah membuatnya seperti orang gila. Lelaki yang dengan kurang ajarnya berani mencium seenak jigongnya. Bukan hanya menempel, ataupun hanya kecupan sekilas. Bocah itu benar - benar menciumnya selama lima menit.

Heh! Lima menit? Itu lama! Kalau buat muter mp3 bisa habis satu lagu!

Sialan!

Berani-beraninya dia memainkan bibir seksinya, ----yang memang sudah tidak perawan lagi. Tapi tetap saja Banana tidak terima. Ia tidak akan menyerahkan bibirnya cuma-cuma untuk lelaki sembarangan.

Sebenarnya bukan hanya itu saja yang membuatnya kesal setengah mati. Tetapi karena kebodohannya. Iya, karena kebodohannya yang anteng saja di tempatnya kayak kecoak keinjek. Tidak bergerak sedikitpun, tidak pula mendorong tubuh itu dari atas tubuhnya.

Banana hanya terlalu terkejut. Otaknya terlalu lambat untuk mencerna apa yang sedang terjadi. Jadi ia hanya menunggu bocah itu selesai dan setelah itu kabur dengan kecepatan roket. Tidak peduli laki-laki kurang ajar itu tertawa keras dan meneriakinya agar menunggunya untuk berganti pakaian.

Dan, hasilnya?

Pagi ini Banana seperti kuntilanak yang baru saja turun dari pohon beringin. Rambut berantakan dan kantung mata sebesar gelambir kulit sapi. Di tambah lagi kepalanya seakan memikul batako segerobak.

Bocah itu telah berhasil membuatnya tidak bisa memikirkan apapun selain kejadian kemarin sore. Kejadian dimana ia seperti makhluk bodoh tanpa nyawa. Waktu  istirahatnya benar-benar terpangkas sadis karena bocah kurang ajar itu. Entah berapa jam ia bisa terlelap, ia tak tahu. Itupun karena tidak sadar efek terlalu lelah setelah bergonta-ganti posisi tidur agar bisa memejamkan matanya dengan damai tanpa di bayang-bayangi kejadian itu.

Kalau kayak gini jadi ingin nyanyi lumpuhkan ingatanku!

Anjay.

"Mamiiii!!!!" Banana menelungkupkan kepalnya di bawah bantal. Sementara kakinya ia bantingkan berkali-kali.

Pergilah, woi ingatan kurang ajar!

Bug. Bug. Bug. Bunyi kakinya yang berulang kali ia bantingkan di kasur busa miliknya.

Hingga lelah, Banana terdiam beberapa detik sebelum melemparkan bantalnyan ke sembarang arah. Ia lantas berdiri di atas kasur dengan penampilan kacau. Kancing piama teratasnya sudah terlepas tiga.

"Oke, kalo kayak gini terus gue positif bego." Banana menyibak rambut panjangnya yang sebelumnya mirip sodoku.

"Gue harus joging, mumpung lagi libur."

"Iya, biar sehat jasmani rohani gue."

Puk. Puk. Puk. Banana memukul-mukul kepalanya sendiri secara brutal. "Harus pergi!!! Bibir itu harus pergi dari kepala gue!!! Gue nggak mau inget lagiii!!!" teriaknya sembari lompat dari kasur dan berlari ke kamar mandi kecilnya.

Sepuluh menit kemudian, Banana sudah memakai hoodie berwarna biru tanpa lengan dan celana training panjang warna hitam. Wajahnya sudah terlihat lebih fresh dari sebelumnya, namun kantung matanya masih sedikit terlihat.

Banana mendesah. "Emang sialan banget sih tu anak." gerutunya sambil mengoles krim di wajahnya untuk menyamarkan lingkar hitam di matanya.

Setelah merasa sedikit lebih baik, Banana keluar kamar kostnya sembari menenteng sepatu putih.

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang