17 : Malam-

2.5K 207 44
                                    

Rasanya aneh.

Banana menggigiti kuku jarinya dengan gelisah. Seumur hidupnya, baru kali ini ia tidur seranjang dengan lelaki lain selain adiknya. Oke, ini hanya tidur. Tidak akan ada apa-apa, pikir Banana.

Banana mengumpulkan kedua tangannya di dada seperti orang kedinginan, tapi bukan itu yang ia rasakan. Banana merasa aneh mengenakan pakaian yang bukan miliknya. Meski piama Natta hangat dan nyaman, Banana tetap merasa aneh karena belum terbiasa. Kalau bukan karena pakaiannya kotor dan bau, ia tidak akan mau memakai piama bermotif kotak-kotak itu.

Hei, jangan bayangkan Banana memakai kemeja putih kebesaran yang seksi ketika di kenakan, tidak! Banana masih waras untuk memakai pakaian itu yang berjejeran rapi di dalam lemari Natta. Sebaliknya, ia memilih piyama besar bermotif kotak-kotak yang besar hampir mencapai llututny.

Gue nggak bisa tidur! Banana menggigiti kuku jarinya. Posisinya memunggungi Natta. Jarak mereka terpisah bantal guling di tengahnya. Sudah satu jam berbaring ia belum juga bisa memejamkan matanya.
Entahlah, laki-laki di belakangnya sudah tidur apa belum, yang jelas Banana tidak bisa tidur!

Bagaimana mungkin ia bisa tidur nyenyak sementara ada laki-laki asing yang berbaring di sampingnya? Banana takut Natta akan berbuat sesuatu padanya saat ia tertidur. Di mana-mana lelaki itu sama saja bukan? Ikan asin aja di endus, apalagi jenis ikan seger sepertinya yang belum pernah terjamah.

"Belum tidur?" Suara Natta menyentak bayangan Banana.

"Kok tau?" balasannya setengah terkejut.

"Kuping gue masih waras untuk mendengar tarikan napas lo yang kayak di kejar anjing."

Njiirrr! Pake diingetin segala tragedi di kejar anjing!

"Sialan lo!" Banana berbalik cepat untuk memukul wajah Natta dengan bantal guling di belakangnya. "Nggak usah ingetin di kejar anjing napa!" omelnya kesal.

Natta tertawa dan mengubah posisinya miring menghadap Banana. "Lo tau nggak waktu pertama kali gue liat lo di pohon sama ocehan gak jelas lo?"

"Lo ngatain gue cewek gila." Banana mendengus. Pandangannya menatap langit-langit kamar Natta.

"Emang iya," Sahutnya yang langsung pasang ancang-ancang ketika Banana akan memukulnya lagi. "Nggak kok. Lo cantik." Rayunya dengan senyum menggoda,Pp agar macan di depannya tidak ngamuk.

"Modus. Tukang kibul!" Natta tertawa seraya menangkap guling yang di layangkan Banana.

"Serius, apalagi pas jatuh di atas gue. Pas banget jatuhnya, sesuai target." Natta beeujar santai dan ia menarik guling dengan cepat sebelum di sambar Banana untuk memukulnya.

Banana berdecak kesal, tak ingin menatap wajah Natta. Bukan karena tergoda dengan gombalan Natta, tetapi wajah tampan itu yang membuat Banana gagal fokus. Gila nggak sih, ketawanya cakep banget? Haduh, pipi gue kok rasanya agak panas ya.

Natta mengulum senyum memandang sisi wajah Banana. Wajah sok kesalnya itu terlihat semakin cantik di dalam cahaya remang ini. "Waktu itu, entah kenapa gue kayak langsung kenal aja sama karakter lo." Ucapnya setelah sempat terdiam beberapa detik.

" Seriously?" Banana menoleh dengan ekspresi di buat-buat. "Ck, emang kita dulu kenal di sekolah?" ucapnya kembali seperti semula.

"Nggak, tapi gue tau lo. Cewek yang suka dateng telat. Idola adik kelas walopun jutek. Punya pengawal namanya kampret." Natta bangga dengan ucapannya sendiri.

"Bima bukan pengawal gue. Bisa di bilang dia sahabat." Ralat Banana, tidak terima temannya di ejek.

"Bodo amat. Mukanya ngeselin.
Bawaannya ngundang orang pengen nonjok."

PC (Perangkat Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang