PART 5

522 151 0
                                    

5. Makan Bersama

🌸🌸🌸

"Seilla. Kenapa makanannya nggak dihabiskan, Sayang?" tanya Mama Seilla seraya menatap putrinya sedikit heran.

"Seilla udah kenyang, Ma." Seilla menjawab seadanya.

Dalam waktu sekejap, ekspresi wanita berumur 40 tahun itu berubah menjadi cemas. Seilla tidak tahu kenapa. Tapi, Seilla bisa melihatnya tepat di wajah dan sorot mata mama.

"Kamu sakit perut lagi? Kalau iya, ayo kita periksa ke dokter. Atau Mama yang panggilkan dokternya ke sini?"

Terdengar getaran berfrekuensi rendah saat mama bertanya. Matanya yang tertimpa cahaya lampu dapur juga tampak sedikit berkaca. Iya, itu ekspresi khawatir Mama Seilla yang sangat perhatian.

Sudut bibir Seilla tertarik ke atas. Seilla memandang mama dengan senyum damainya. Ternyata begitu besar perhatian mama terhadap Seilla, sampai Seilla sendiri kadang tidak bisa menggambarkannya.

"Seilla baik-baik aja, Ma. Cuma udah kenyang. Dan soal sakit perut, itu cuma reaksi wajar karena Seilla mau menstruasi setelah telat dua bulan," jelas Seilla panjang lebar agar mamanya tidak khawatir lagi.

"Tapi Mama khawatir sama kamu, Seill. Mama takut kamu kenapa-napa, Sayang."

Seilla menghela berat. Gadis yang memakai piyama panjang warna biru muda itu tak habis pikir. Mamanya memang overprotektif dan suka berlebihan. Mama gak sadar kalau Seilla sekarang sudah besar dan cukup tahu apa yang terjadi pada dirinya?

Kemarin saat Seilla pingsan, Agnes langsung menghubungi Denada. Pasalnya, Agnes tidak bisa kembali lagi ke UKS sebab ditahan oleh Bu Rindu, lagipula katanya Seilla sudah ada yang menjaga—Arland. Lalu Denada segera menghubungi mama karena dia juga tidak diperbolehkan keluar kelas ataupun meninggalkan pelajaran oleh Bu Dugi. Dan mama langsung melesat ke sekolah, terpaksa membawa Seilla pulang ke rumah sebab Seilla bersikeras tidak mau dibawa ke rumah sakit.

Lihat! Mama Seilla overprotektif bukan? Setidaknya jika dilihat dari sudut pandang Seilla.

"Ma, yang penting sekarang Seilla baik-baik aja." Papa Seilla berujar dengan penuh wibawa.

"Iya, Mama tenang aja." Denada yang juga berada di ruang makan mencoba menghibur mama tercintanya.

"Nada! Tapi kemarin kamu biarin adik kamu pingsan dan ditemani laki-laki di UKS, cuma berdua! Kalo laki-laki itu macem-macem sama Seilla gimana?!"

Suara mama terdengar meninggi. Denada sedikit terkejut mendengarnya, tidak menyangka. Mama memang selalu khawatir berlebihan saat terjadi sesuatu pada Seilla. Tapi sekarang, mama … membentaknya?

Gadis itu terdiam. Ada rasa perih yang merayapi hatinya perlahan. Denada mencoba memasang ekspresi biasa saja.

Sedangkan Seilla kini meneguk air minumnya untuk membasahi tenggorokan dia yang mendadak kering.

"Laki-laki itu macem-macem sama Seilla?" ulang Seilla menatap mama, tak mengerti kenapa mama bisa berpikiran negatif seperti itu.

"Ma …. Dia malah yang tolongin Seilla waktu Seilla pingsan di tengah lapangan. Dia yang bawa Seilla ke UKS. Dia yang tungguin Seilla sebelum Mama datang."

"—"

"Mama marah?" Denada mengajukan pertanyaan sebelum mama menanggapi penjelasan Seilla barusan.

Dua kata, tapi terdengar menyakitkan di telinga Seilla, terlebih cara Denada saat menanyakannya. Kenapa situasinya jadi seperti ini? Demi apa pun, Seilla tidak suka.

Sungguh, Seilla jadi tidak enak hati pada Denada, dan mungkin Arland.

Mama memejamkan matanya sesaat, mengesampingkan ego dia sebelum berucap, "Mama nggak marah, cuma sedikit kecewa."

"Maaf."

"Denada gak perlu minta maaf, Seilla yang salah. Maafin Seilla, Ma. Seilla gak bisa jaga diri Seilla sendiri. Mama, maafin Seilla yah."

"Sudah, sudah," kata Papa.

Beliau yang berada di tengah kedua putrinya kini tersenyum samar. Papa merangkul bahu Denada dan Seilla, mengecup puncak kepala mereka bergantian dengan penuh sayang. Seilla sekarang memeluk papanya erat, membenamkan wajahnya di dada bidang papa. Sedangkan Denada hanya menikmati rangkulan hangat sosok pria yang disayanginya.

Mama menahan napas. Matanya berkaca saat melihat momen manis tersebut. Ya, sepertinya di sini dia yang salah, dia yang terlalu berlebihan.

🌸🌸🌸

Tidak seperti biasanya, baru jam enam pagi Arland sudah terlihat rapi untuk berangkat ke sekolah. Dia menyampirkan tas ransel warna hitamnya di bahu. Cowok berumur 17 tahun itu lalu melangkah santai menuju dapur.

Seorang gadis cantik yang rambutnya digelung asal sudah berada di sana, dengan celemek dan topi koki yang bertengger manis di kepalanya. Dia menaruh semangkuk besar nasi goreng di meja makan. Aromanya nikmat dan menggiurkan lidah, membuat siapa saja pasti tak sabar untuk segera melahapnya.

Derapa kakinya Arland pelankan supaya tidak menimbulkan suara. Dia berjalan mengendap-endap di belakang gadis itu.

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang