PART 1b

498 22 1
                                    


🌸🌸🌸

Terdapat tiga siswa yang menempati bangku di pojok kantin ini. Ada yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya. Ada yang sibuk makan sedangkan matanya terus memerhatikan setiap cewek cantik di sekitar. Ada juga yang lagi menyesap secangkir kopi hangat beraroma nikmat.

“Land, Jon, lihat deh. Itu cewek kelas berapa yak? Kok, cantik banget?”

Cayo bertanya pada kedua temannya. Cowok berkulit gelap itu mendecak kagum. Dia begitu terpesona saat memandangi dua gadis cantik di seberang sana.

“Mana, Yo?” Joni mengalihkan perhatiannya dari ponsel—menyudahi hobi stalk-in gebetan di instagram.

“Semua cewek lo bilang cantik kali,” kata seorang pemuda sambil menaruh cangkir kopinya, seolah tahu betul kebiasaan Cayo.

“Tapi yang ini beneran cantik tahu, Land!”

“Masa?” Cowok bernama lengkap Arland Nuraga itu mencibir tak percaya.

“Iya! Lo lihat deh! Cantiknya alami buatan Tuhan, bukan buatan skincare!”

Ah, mata Arland enggan mengikuti intrupsi temannya. Ia juga sama sekali tidak tertarik dengan cewek yang diomongkan Cayo. Menoleh untuk sekadar melihatnya? Malas sekali.

“Tuh! Dia cantik banget! Imut, manis lagi. Coba kalau dipoles dikit, beeeh tambah cantik, Land! Dan yang rambutnya sebahu di samping dia boleh juga noh!”

Cayo menunjuk antusias ke arah gadis yang dimaksud dengan garpu berisi tusukan siomay. Gadis itu memakai kacamata dan yang satunya lagi tidak. Cayo melahap siomay lezatnya sambil terus memandang.

“Mereka kelas sepuluh ya? Baru lihat gue.”

“Ya kali alumni, Yo,” saut Joni.

Senyum semangat ia tampilkan saat melihat salah satu dari dua cewek tersebut. Joni kemudian meraih ponselnya. Diam-diam membidik gambar gadis itu tanpa ketahuan.

Ia tersenyum lagi saat melihat hasil fotonya. Bagi Joni, mengagumi dalam diam adalah cara terbaik mencintai seseorang. Iya, dia belum bisa mengungkapkan perasaannya secara langsung, masih malu-malu meong.

“Gila! Sampe difoto segala lo, Jon!” heboh Cayo saat memergoki tingkah sahabatnya.

“Diem lo, Jombi!”

“Jombi?” ulang Cayo tak mengerti.

“JOMBlo abadI.”

“Astaga! Pedes banget ya bacot lo kalo ngomong!” kesal Cayo.

"Suka-suka gue dong."

Arland terkekeh geli melihat perdebatan dua manusia ini. Cowok berkarisma itu memilih untuk menandaskan kopinya. Ia melirik ponsel Joni yang kini tergeletak di meja. Arland kemudian meraih benda pipih berwarna silver tersebut.

Nggak dikunci, batin Arland merdeka.

Senyum menyeringai tercetak di wajah tampannya. Baru kali ini dia penasaran tentang isi ponsel sahabatnya. Arland pun mulai mengorek. Membuka galeri dan menemukan banyak foto candid gadis pada salah satu album yang diberi judul ‘Pujaan Hati’.

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang