9. Bersamanya
🌸🌸🌸
Arland berdiri di depan gadis yang sudah dikenalnya selama setengah bulan. Dia menampilkan senyum menawan yang bikin siapapun jadi melting kebaperan. Tapi Seilla, gadis yang sedang duduk itu sepertinya tidak menyadari kehadiran dia.
Untuk menarik perhatian Seilla, Arland kini memanggil lembut, "Seill."
"Eh, Kak Arland!" saut Seilla mengerjap.
Kepalanya sedikit mendongak untuk menatap wajah ganteng Kak Arland. Ujung bibir Seilla lalu tertarik ke atas. Matanya berbinar, terlihat manis dan damai.
Yap, Arland berhasil menarik perhatian Seilla dalam sekejap.
"Lo nggak ke kantin?"
"Iya, Kak. Seilla gak ke kantin."
Saat teman sekelas Seilla berbondong-bondong pergi ke kantin untuk menghabiskan uang saku mereka dengan membeli siomay lezat buatan Bu Koni dan jajanan enak lain, Seilla malah berada di kelas seorang diri. Pas kebanyakan siswa mengisi waktu istirahat pertama mereka di taman sekolah, perpus, ataupun rooftop, Seilla justru berada di sini. Hanya ditemani dua buku dan pena saja, dia fokus dengan apa yang tengah dikerjakan.
"Agnes gak ngajak lo ya?"
"Um, tadi Agnes ngajakin Seilla kok, tapi Seilla gak mau."
"Kenapa?"
"Seilla masih kenyang, Kak. Kalo ke kantin dan makan, nanti perut Seilla bisa meledak gara-gara kekenyangan."
Arland tersenyum geli saat mendengar ucapan polos Seilla. Ia kemudian duduk di samping gadis berkacamata minus itu. Menempati bangkunya Agnes.
"Lo sendirian di sini?"
"Nggak, Kak. Seilla nggak sendirian. Di belakang ada anak yang lagi tidur kok."
Pandangan Arland pun mengedar ke penjuru kelas yang tampak sepi. Dan ternyata benar, Seilla tidak sendirian. Di kelas ini bukan hanya ada Seilla saja, tapi juga ada siswa laki-laki yang sedang tidur di kasur versi anak sekolah: bangku tiga yang digabungkan jadi satu ditambah tas gendong sebagai bantal. Dia berada di paling pojok, pantes gak kelihatan.
"Lagi ngapain?" Arland menatap Seilla penasaran. Alisnya terangkat sebelah saat melihat apa yang dilakukan si gadis berkuncir kuda sejak tadi.
"Siapa?"
"Si Seilla Wahyuningrum," jawab Arland geli saat Seilla malah bertanya siapa. "Lagi ngapain dia?"
Bibir Seilla melengkung ke atas. "Oh, Seilla. Seilla lagi nyatet, Kak," jemari lentik Seilla kembali menulis catatan materi dari buku teman yang dipinjamnya.
"Tadi belum selesai nyatetnya?"
"Iya, Kak. Abisnya Agnes nulis di papan tulisnya ngebut banget, Seilla jadi ketinggalan jauh deh, terus malah keburu istirahat," jelas Seilla sedikit merengut.
"Ooh. Lo capek gak? Sini gue bantu." Arland menggeser tubuhnya agar lebih dekat lagi dengan Seilla.
"Gak usah Kak, dikit lagi Seilla selesai kok," tolak Seilla halus.
"Udah, sini. Biar gue yang nulis."
"Um, tapi ...." Seilla mencicit tak enak.
"Gak ada penolakan, Seilla."
Melihat Kak Arland yang serius dengan ucapannya dan mengambil alih pekerjaan Seilla, Seilla hanya menurut. Tanpa sadar Seilla melukis senyum manis yang damai. Pipi Seilla tampak merona tipis. Hatinya langsung menghangat sebab perlakuan kakak kelasnya ini yang sederhana namun begitu manis.
Jujur. Selama Seilla kenal seorang Arland Nuraga, hidupnya yang monokrom kini jadi lebih berwarna. Seilla merasa nyaman saat berada di dekat cowok itu, padahal sejak dulu Seilla tidak pernah suka dan selalu merasa risih saat ada cowok yang mendekatinya secara spesifik. Namun perhatian lebih Arland terhadap dirinya yang berbeda ke cewek lain, bikin Seilla merasa jadi cewek yang paling berharga dan beruntung sedunia.
Hal-hal kecil yang Arland lakukan saat bersamanya selalu membuat hati Seilla seperti dipenuhi ribuan kupu-kupu terbang. Ah, katakan saja kalau Seilla terlalu lebay dan berlebihan. Tapi demi apapun, Seilla jadi lebih bersemangat dan bahagia sejak Arland hadir dalam hidupnya.
"Yang jadi sekertaris Agnes?" Arland terus bertanya di sela mencatat.
"Iya, Kak. Agnes jadi sekertaris satu, dia yang paling sering nulis di depan."
"Ouh, kalo lo jadi apa? Sekertaris juga?"
"Bukan, Kak."
"Terus? Bendahara?"
Seilla menggeleng. "Seilla gak jadi bendahara, Kak. Waktu itu pernah disuruh jadi bendahara sih, tapi Seilla gak mau."
"Kenapa?"
"Ya gak mau aja, Kak."
"Ooh."
Untuk sejenak, Arland terdiam. Sebuah ide muncul di benaknya. Cowok itu memandang Seilla lekat nan hangat.
"Kalo jadi bundahara anak-anak gue lo mau gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself (Complete)
Ficção AdolescenteComplete | Part masih lengkap | 📌Follow dulu sebelum baca Cantik, imut, dan manis: orang-orang selalu memujinya seperti itu. Namun, saat masa SMA, Seilla memutuskan untuk terlihat seperti gadis cupu karena kejadian menyakitkan di masa lalu. Seilla...