PART 9b

221 17 0
                                    

"Kalo jadi bundahara anak-anak gue lo mau gak?"

Mata Seilla mengerjap. "Ah? Bunda-hara?

"Iya, jadi bunda anak-anak gue." Arland memperjelas, diselipi senyum paling manis.

"Ah? Um ...."

Sumpah! Jantung Seilla mendadak berdegup dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Desiran hangat menjalar perlahan ke rongga dada Seilla. Seilla merasakan pipinya semakin panas dan memerah, mungkin sekarang sudah terlihat seperti kepiting rebus.

Dalam hal menggoda Seilla, Kak Arland memang paling bisa!

"Mau gak?"

Ini Kak Arland lagi ngelamar Seilla atau gimana ya?

"Gak tahu," kata Seilla menahan gugup setengah mati. Seilla menggigit bibir bagian bawahnya. Berusaha mengendalikan rasa bahagia yang meletup-letup di dalam dada.

Duuuh, kenapa jantung Seilla jadi dag-dig-dug kayak lagu Blink gini sih?

Mendapati Seilla yang jadi salah tingkah, Arland makin tersenyum menggoda. "Kenapa gak tahu?"

"Ya gak tahu aja, Kak."

Jawaban Seilla yang nyaris sama seperti sesaat lalu membuat Arland tertawa kecil. Cowok itu mengacak puncak kepala Seilla dengan gemas. Bahkan kalau boleh, Arland ingin mengecup pipi Seilla yang sekarang merah merona.

"Gue tunggu jawabannya kalo kita udah dewasa."

"Kak Arlaaand, rambut Seilla berantakan!" Seilla merengut lucu, mencoba mengabaikan ucapan Arland barusan yang demi apapun membuat Seilla ingin berjingkrak kesenangan!

"Iya, iya. Sini gue rapihin."

Tangan Arland kini terulur untuk merapikan rambut Seilla yang sedikit berantakan. Matanya lalu terkunci pada iris cokelat pekat menawan milik Seilla. Arland berkedip, gerakan tangannya yang sempat berhenti jadi beralih mengelus pipi putih Seilla.

Perlakuan Arland bikin bibir Seilla kembali berkedut membentuk senyum. Seilla bahagia! Sangat bahagia! Ia amat bersyukur karena Tuhan telah mempertemukan dirinya dengan Kak Arland, cowok yang menjadi alasan Seilla suka senyum-senyum sendiri belakangan ini.

"Lo cantik deh," puji Arland jujur, untuk pertama kalinya di depan gadis itu.

"Masa sih, Kak?" Seilla menahan sudut bibirnya agar tidak melengkung ke atas lagi. Seilla merasakan dadanya yang semakin berdegup kencang.

Sebenarnya sudah banyak cowok yang mengatakan hal seperti itu pada Seilla, dan rasanya biasa saja. Tapi saat Kak Arland yang mengatakannya, entah kenapa terasa luar biasa. Manis dan berkesan.

"Iya. Lo beneran cantik, Seill."

"Ah, Kak Arland boong ya?"

"Ih, malah gak percaya," gemas Arland. "Coba deh, lo lihat diri lo dari mata gue, lo akan lihat cewek yang bener-bener cantik, manis, dan imut."

"Ah! Kak Arland gombal! Ha ha," tawa Seilla terdengar bahagia.

Meski Seilla belum pernah diajak jalan keliling mall oleh cowok itu, pergi menonton film yang sedang ngehits ke bioskop, hangout ke tempat-tempat bagus, atau dinner romantis setiap malam Minggu, Seilla sudah merasa sangat bahagia asal itu bersama Kak Arland.

Bertemu Kak Arland di sekolah, diantar ke kelas, mengobrol kecil di kantin atau perpus, bertukar pikiran pas istirahat hingga jam pelajaran masuk, dan bercanda dari yang receh sampai yang bikin ketawa, itu saja sudah cukup bagi Seilla. Seilla tidak ingin menuntut lebih.

"Gue gak gombal, Seill."

"Terus?"

"Ganteng."

Seilla tertawa kembali. "Ha ha. Kakak PD banget ih!"

"Bukan PD, tapi jujur." Arland memasang wajah paling gantengnya, bikin Seilla terkekeh pelan.

"Oh, ya. Nulisnya udah, Kak?" Seilla mengalihkan topik pembahasan.

Arland mengangguk, menyodorkan hasil kerjanya. "Udah, nih."

"Wah, tulisan Kak Arland bagus yah! Bisa rapi gitu! Keren!"

"Masa?" tanya Arland geli.

"Iya, Kak!"

"Menurut gue sih, tulisan gue biasa saja. Tulisan lo yang bagus dan rapi mah, Seill. Lo muji kayak gitu cuma mau menghibur gue yaaa?"

"Ah! Nggak! Seilla beneran tahu Kak! Tulisan Kak Arland bagus dan rapi. Padahal biasanya kalo cowok tulisan tanggannya jelek kayak cacing tanah kepanasan. Tapi tulisan Kak Arland bagus banget."

"Bisa aja lo," senyum Arland. "Seill, pulang sekolah ada acara?" tanya Arland kemudian, menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Seilla.

Seilla menahan napasnya. Rasa gugup kembali mendera. Oh Tuhan, lagi-lagi Kak Arland bersikap manis padanya!

"G-gak ada, Kak."

"Hm. Jalan-jalan sama gue, mau?" Arland harap Seilla mau.

"Um ... Seilla coba ngomong ke Denada dulu."

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang