6. Obrolan Di Kantin
🌸🌸🌸
Guna mengisi jam istirahat pertama, Seilla menyetujui ajakan Agnes untuk pergi ke kantin. Mereka berjalan seirama di sepanjang koridor sekolah, kemudian berbelok ke kanan dan lurus terus menuju tempat yang paling banyak disukai oleh siswa tersebut. Seperti biasa, dengan ditemani cerita Agnes yang tak ada habisnya.
Sambil menjadi pendengar yang baik, Seilla sesekali tersenyum pada siswa seangkatan maupun kakak kelas yang berpapasan dan menyapanya. Seilla bukanlah gadis cuek bermuka tembok yang judes kok. Seilla malah dikenal sebagai gadis periang dengan senyum manisnya.
"Seill! Kemarin gue pulang sekolahnya dianterin kakak kelas lho!" cerita Agnes semangat, lalu mesem-mesem sendiri.
"Bukannya setiap hari Agnes pulangnya dianterin sama kakak kelas ya? Kak Ica, Kakaknya Agnes."
"Ih. Kemarin mah, bukan!"
"Terus siapa?" tanya Seilla penasaran.
"Kak Anderson, tahu?"
Butuh waktu tiga detik untuk Seilla berpikir sebelum menjawab, "Oh, Kak Joni? Ketua tim basket itu ya?" Seilla sekarang paham.
Bibir Agnes malah merengut tipis. "Manggilnya Kak Anderson, Seillaaa," kata Agnes penuh penekanan dan berusaha sabar.
"Ya kan nama depannya Joni, Nes." Seilla berucap dengan sangat polos, membuat Agnes sedikit kesal.
"Ih! Biar keren dikit gitu, Seill! Kak Anderson. Lagian orangnya lebih keren dari namanya kok."
"Tapi Seilla lebih suka manggil dengan nama Kak Joni, gimana dong?"
"Serah lo deh, serah!"
"Beneran?"
"Iya! Mau manggilnya Bang Jono juga monggo!"
"Tapi Agnes ngambek ya gara-gara Seilla manggilnya Kak Joni, bukan Kak Anderson?"
"Gak! Gue bahagia, Seill!"
"Eh! Itu Bang Jono, Nes!"
Seilla menunjuk ke arah Joni yang sedang nongkrong di depan toilet bersama Cayo. Sepertinya mereka lagi menggoda cewek-cewek yang mau ke toilet. Kentara dari tingkah mereka yang genit saat ada cewek yang lewat.
"Seilla! Lo kok, beneran manggil Kak Anderson jadi Bang Jono sih?" Agnes bersungut kesal.
"Kata Agnes tadi terserah Seilla."
"Uuuh! Untung lo sahabat gue, Seill!"
"Emang kenapa, Nes?"
Lidah Agnes berdecak kesal.
"Kalo lo bukan sahabat gue, udah gue cincang dari tadi!"
Kali ini Seilla tidak bisa menahan tawanya. Wajah memerah Agnes yang tampak kesal dan mengomel terlihat sangat lucu. Meski terkenal polos, Seilla kadang memang suka menjahili sahabatnya sampai kesal. Meski begitu, Agnes pasti akan bersikap biasa lagi padanya.
Saat mereka sudah tiba di kantin, Seilla menyapu pandangannya untuk mencari tempat duduk yang kosong. Tak kurang dari dua detik, Seilla langsung menemukan. Seilla pun berjalan ke sana bersama Agnes.
"Gue pesen makanannya dulu ya?" Agnes melirik Seilla. "Lo mau pesan apa?"
Tuh 'kan, Agnes bersikap biasa lagi pada Seilla dan sudah tidak kesal.
"Seilla mau pesan siomay Bu Koni sama es jeruk aja deh."
"Oke, tunggu ya!"
"Siap, Nes!"
Jadilah Seilla menunggu di sini. Gadis berkuncir kuda dan memakai kacamata minus itu duduk dengan tenang. Dia mengetuk-ngetuk ujung jemarinya pada meja hingga menimbulkan suara ketukan yang teratur.
Saat Seilla menengok ke arah depan, Seilla tak sengaja melihat Denada berjalan menuju ke sini. Anehnya, bersama Arland! Seilla langsung memperjelas penglihatannya meski entah kenapa, hatinya mendadak berdesir hangat. Arland tampak mengatakan sesuatu pada Denada, namun Denada malah mengabaikannya. Yang terakhir Seilla lihat, Denada berucap ketus hingga membuat Arland kelihatan sedikit kecewa. Kira-kira apa yang Denada katakan?
Lalu setelahnya, Arland menengok ke arah Seilla.
Sial! Seilla ketahuan!
Sontak saja Seilla menundukkan pandangannya cepat dan melihat ke arah lain. Barusan Seilla sempat bersitatap dengan Kak Arland. Itu artinya, Seilla berhasil kepergok telah memandangi kakak kelasnya itu! Seilla menggigit bibir bagian bawahnya. Rasa gugup itu kembali menyerang tanpa kompromi.
Agnes datang dengan pesanannya. Gadis berambut sebahu itu duduk di depan Seilla yang terlihat ... gugup?
Ia mengernyit, "Lo kenapa Seill? Kok, gugup gitu? Kayak abis disidang Bu Dugi aja."
"Ah! Seilla gak pa-pa kok!"
"Yakin?"
"Iya! Ini pesanan Seilla 'kan?! Seilla makan ya?! Udah laper banget nih, perut Seilla!"
"Iya, tapi lo kenapa kelihatan aneh gitu sih?" Agnes masih keheranan.
Seilla memasukkan setusuk siomay ke mulutnya dan mengunyahnya dengan lahap. Dia menggeleng.
"Seilla baik-baik aja, Agnes," katanya setelah menelan.
"Hai, Nes. Hai … Seilla!"
Seketika, Seilla merasa tidak baik-baik saja saat seorang cowok menyapa mereka dan duduk di samping Agnes. Lebih tepatnya saat menyapa Seilla dan duduk di depannya!
"Juga, Kak!" balas Agnes sangat antusias saat melihat salah satu cowok gantengnya. "Lo sendirian, Kak?"
"Ngarep bareng dia ya?" goda Arland.
Mata Agnes melotot tertahan dan wajahnya mendadak bersemu merah.
"Apa sih, lo Kak? Enggak!"
Arland terkekeh ringan. Agnes pasti tahu dia yang dimaksud Arland itu siapa. Makanya Agnes mendadak jadi salah tingkah seperti itu.
Ia juga baru tahu kemarin kalau gadis yang sudah dua bulan ini ditaksir sahabatnya adalah Agnes.
"Ngapain lo mandangin foto Agnes sambil mesem-mesem?"
Joni terkesiap dan langsung mematikan layar ponselnya saat menyadari sosok Arland yang kayak jailangkung, datang tak diminta dan pergi tanpa disuruh.
"Lo tahu dari mana namanya Agnes?"
"Ceritanya panjang. Yang jelas, lo suka sama Seilla apa Agnes?" tanya Arland langsung pada inti. Ia sudah berjalan menuju tempat parkiran. Meninggalkan sahabatnya di belakang.
Dengan jantung berdegup cepat, Joni mengernyit sambil menyusul langkah teratur Arland.
"Kok, Jadi Seilla sih, Land?"
"Lo nyimpen foto Seilla yang lagi senyum di album 'Pujaan hati'. Apa itu nggak suka namanya?" Arland sangat kesal.
Senyum semangat Joni tunjukkan. "Kenapa? Lo cemburu? Jangan-jangan lo suka sama dia ya!"
"Iya." Arland duduk di motor gedenya. "Kenapa?" tanya Arland balik, menatap Joni tak suka.
"Hah! Lo suka sama Seilla, Land?!"
"Hm."
"Astaga! Terus ngapain lo cemburu sama gue? Orang gue gak suka sama Seilla."
"Terus lo sukanya sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself (Complete)
Teen FictionComplete | Part masih lengkap | 📌Follow dulu sebelum baca Cantik, imut, dan manis: orang-orang selalu memujinya seperti itu. Namun, saat masa SMA, Seilla memutuskan untuk terlihat seperti gadis cupu karena kejadian menyakitkan di masa lalu. Seilla...