Jam istirahat pertama. Seorang cowok men-dribble bola basket lalu melakukan shotting dengan satu tangan. Berhasil! Dia tersenyum bangga kemudian melirik sahabatnya yang sedang duduk tak jauh dari tempatnya berdiri. Cowok itu berdecak pelan dan melemparkan bola berwarna oranye yang sudah ditangkapnya ke bahu sahabat dia.
BUGH!
"ADAWWW!" Arland refleks mengadaw kencang saat sesuatu memukul bahunya cukup keras.
"Wouy, Land!"
"Bangke lo, Jon!" umpat Arland kesal saat mendapati si pelaku kriminal ternyata adalah Joni.
"Ngelamun ae sih, lo!"
Arland menoleh pada Joni dengan tatapan tajam. "Terus urusannya sama lo apa?"
"Gue melas lihatnya. Mending lo sini main basket sama gue."
"Ogah!"
"Halah, jangan galau mikirin Seilla mulu, Land!"
"Terserah gue!"
"Ck, dasar BUCIN! BUdak CINta!"
Arland tak mengindahkan cibiran Joni. Dia bangkit dan berbalik meninggalkan lapangan basket yang sesaat lalu suasananya bikin Arland tenang sekarang malah jadi berang. Ia mendengus sebal.
"Arland! Siniin bolanyaaa!" teriak Joni agar Arland mengambilkan bola basket yang dilemparnya tadi.
"AMBIL SENDIRI!"
"Astaghfirullah." Joni mengusap dadanya yang tersentak kaget saat Arland menggertaknya tanpa berbalik. "Kayaknya kesambet wewe gombel tuh, bocah."
🌿🌿🌿
Arland berjalan menuju atap sekolah. Hal yang perlu ia lakukan sekarang adalah merilekskan pikirannya yang kacau. Arland butuh tempat yang tenang dan damai, Rooftop pun jadi tempat pilihan.
"Seilla ngejauhi gue tanpa alasan yang jelas."
"Kak Siska masih sakit."
"Duit mulai menipis."
"Punya temen tapi gebleg semua."
"Kurang lengkap apalagi masalah yang menimpa gue?"
Gerutuan bernada kesal terdengar sepanjang Arland melangkah.
Hanya butuh tiga menit untuk Arland tiba di sana. Ia langsung memperjelas penglihatannya saat mendapati Seilla dan Agnes yang berdiri jauh membelakanginya. Arland tersenyum samar sambil mendekat.
🌿🌿🌿
"Ya Allah! Pemandangannya indah bangeeet!"
Arland bisa mendengar Seilla yang bersorak riuh bersama terpaan angin.
"Aaah! Seilla baru pertama kali ke sini dan suka!"
Gadis itu masih saja bersorak kesenangan, bahkan saat Arland sudah berada di sampingnya. Arland kini menyuruh Agnes meninggalkan ia dan Seilla lewat tatapan mata, syukurnya Agnes langsung mengerti dan pergi dari sana. Sekarang, hanya ada mereka berdua.
"Agnes! Kota Jakarta cantik banget yah, kalo dilihat dari atas?!"
Seilla bertanya antusias tanpa melirik sedikit pun ke samping. Anak rambut yang tersisa di sisi telinganya tersapu dan dipermainkan angin. Membuat Seilla benar-benar terlihat cantik ditambah kacamata bulat yang bertengger manis di hidung bangirnya.
"Lo lebih cantik, bahkan kalo dilihat dari sudut manapun ..." suara barito Arland terdengar.
Mata Seilla terbelalak. Seilla yang tadinya sibuk mengagumi pemandangan di bawah sana sekarang menolehkan kepalanya ke samping. Seilla terjengit kaget saat tubuh tegap Arland sudah berdiri di sampingnya tepat.
Jantung Seilla mendadak berpacu sangat kencang. Seilla merasakan dadanya panas dan bergemuruh hebat. Seilla langsung menunduk saat berhasil menatap sorot hangat milik Arland.
"Seill."
Panggilan lembut Arland yang Seilla rindukan sukses membuat hati Seilla tertegun.
"Lo apa kabar?" Arland menghadap Seilla dengan senyum termiris.
"Kalau kabar gue buruk."
Jleb. Apa seseorang baru saja menusuk hati Seilla dengan belati? Kenapa rasanya sakit sekali?
"Mungkinkah kabar lo juga buruk?"
"Atau, malah sangat baik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself (Complete)
Ficção AdolescenteComplete | Part masih lengkap | 📌Follow dulu sebelum baca Cantik, imut, dan manis: orang-orang selalu memujinya seperti itu. Namun, saat masa SMA, Seilla memutuskan untuk terlihat seperti gadis cupu karena kejadian menyakitkan di masa lalu. Seilla...