PART 7b

239 15 0
                                    

Walau heran, Seilla mengangguk. Seilla mengambil pulpennya di dalam tas lalu menyodorkannya pada Kak Arland. Namun bukannya menerima, Kak Arland malah memamerkan telapak tangan kanannya ke Seilla.

"Tulisin," cengir Arland.

"Ya ampun, ha ha." Seilla tertawa kecil.

Dia menurut begitu saja. Jemari lentiknya perlahan bergerak menuliskan sederet angka di tangan cowok itu. Tatapan Seilla terfokus pada apa yang ia goreskan dengan tinta.

Sedangkan Arland, terus saja menatap Seilla yang sibuk mencatat nomor ponselnya. Jarak mereka sangat dekat, bahkan tangan Seilla menyentuh tangan Arland agar lebih mudah menulis di telapak tangan cowok itu. Dan yang Arland rasakan? Jangan ditanya betapa deg-degannya.

"Sudah," kata Seilla menarik diri.

Dia baru sadar kalau banyak tatapan mata yang tertuju padanya dan Arland. Mereka menjadi titik perhatian beberapa siswi. Baik yang berada di luar maupun di dalam kelas Seilla.

"Makasih, Seill," ucap Arland tersenyum legit.

Seilla mengangguk pelan. Dia pamit untuk masuk ke kelas. Seilla tidak suka dengan tatapan mereka saat ia bersama Kak Arland, pas di kantin waktu itu ataupun sekarang. Mereka menatap Seilla seolah Seilla adalah pelaku kejahatan. Seolah Seilla adalah kucing liar yang baru saja mencuri ikan asin mereka.

🌿🌿🌿

"Seilla!"

Refleks, gadis yang namanya dipanggil menoleh ke sumber suara, menatap seseorang yang telah memanggilnya. Seilla tersenyum lebar. Sejak istirahat ke dua sampai jam terakhir tadi Seilla tidak melihat dia.

"Hei!"

"Hei Tayo?" tebak Agnes terkekeh.

"Apa Hei baling-baling bambu?"

"Atau hei manusiaaa, hormati ibumuuu?"

"Apa sih, Agnes! Gaje ih." Seilla tertawa pelan saat Agnes bernyanyi gabut dengan lagu-lagu yang liriknya berawal dari kata Hei.

"Yaaa, siapa tahu gue kena frank hei. Jadi antisipasi, ha ha."

Seilla terkekeh. "Ah, Agnes udah latihan narinya?" tanya Seilla lalu melanjutkan acara menyapunya, Seilla sedang piket.

"Udah, Seill," jawab Agnes.

"Oh, ya Seill! Tadi gue ketemu Kak Dera lho! Kakak kelas ganteng anak pramuka itu!"

"Benarkah?"

Agnes semakin semangat setelah mendengar respons sahabatnya. Dia meraih tas gendongnya di atas meja. Lalu memposisikan diri di samping Seilla.

"Iya! Kak Dera tlaktir gue dan anak-anak tari yang lain makan! Sumpah baik banget! Udah ganteng, keren, berwibawa, pinter lagi! Idaman pokoknyaaa!"

Seilla tersenyum kecil. Agnes memang cewek yang paling heboh saat bercerita tentang cowok ganteng, istilahnya fangirl atau apa, Seilla kurang tahu. Waktu itu Agnes terus bercerita tentang Kak Arland, lalu Kak Joni, dan sekarang Kak Dera.

Ah, masih banyak lagi cowok ganteng yang diceritakan Agnes setiap harinya. Cowok ganteng di sekolah ini sangat banyak pula. Benar-benar memanjakan mata bagi tipe cewek kayak Agnes. Bisa lihat cogan di segala penjuru.

Dan yang terniatnya lagi, Agnes bahkan punya daftar khusus cowok ganteng di SMA Bakti Nusantara! Iya, Agnes se-fangirl itu! Kalian juga pasti punya sahabat semacem Agnes 'kan?

Coba sebutkan siapa sahabat kalian yang suka heboh kalo bahas tentang cowok ganteng!

"Lo tahu? Kak Dera tlaktir anak-anak ekskul tari alasannya biar tambah akrab, makin kompak, dan jaga tali kekeluargaan biar gak putus. Tipe suami idaman banget 'kan?!"

Gadis berambut sebahu warna hitam kecokelatan itu terus bercerita. Bahkan sampai lima siswa yang piket sudah pulang. Kini, di kelas hanya tersisa dia dan Seilla serta cicak-cicak di dinding yang diam-diam merayap lalu datang seekor nyamuk yang terbang mengantar nyawa dan langsung melahapnya.

"Agnes masih sekolah udah bahas tentang suami aja," kata Seilla menatap Agnes lucu, bikin sahabatnya yang fangirl jadi tertawa pelan.

"Eh, Seill. Lo pasti bosen banget ya dengerin semua ocehan gue tentang cowok ganteng dan terkenal di Smabanus?"

Gadis yang memegang tali tas di kedua sisi pinggangnya menggeleng. "Seilla gak pernah bosen untuk ngederin semua cerita Agnes kok. Asal Agnes seneng dan bahagia, Seilla gak akan keberatan apalagi mempermasalahkan."

"Aaah! Terharu dengernya! Lo emang sahabat terbaik gue, Seill! Love, love pokoknya!"

"Haha." Seilla tertawa geli saat Agnes memeluknya erat dari samping.

"Eh! Hari ini ada PR gak, Seill?" tanya Agnes berganti topik setelah mengurai pelukan mereka.

Tadi dia izin meninggalkan pelajaran karena mengikuti latihan tari untuk sebuah pementasan tahunan yang akan diadakan sebulan lagi. Agnes sangat senang sebab latihan untuk acara besar-besaran tersebut mengambil jam pelajaran bahasa asing dan sampai pulang. Jadi dia tidak usah pusing-pusing dengan bahasa orang luar tersebut.

"Um ... kayaknya ada deh."

"PR apa?" tanya Agnes menyelaraskan langkahnya dengan Seilla saat keluar dari area gedung sekolah.

"Bahasa Jepang, ngerjain 25 soal, dan jam pertama besok harus dikumpulin," kata Seilla memberitahu.

"HELL! ADA PR BAHASA JEPANG?! 25 SOAL?! DIKUMPULIN PAS JAM PERTAMA BESOK?!" Agnes melotot disertai mulutnya yang menganga lebar, dramatis!

Seilla hanya mengangguk mantap untuk menjawab pertanyaan hiperbola Agnes. Beruntung, Seilla sudah mengerjakannya sebelum jam pulang sekolah tadi. Jadi tidak perlu khawatir.

"Boleh ngomong kasar gak, Seill?" Agnes bertanya dengan ekspresi super kacau.

"Janganlah, Agnes. Gak baik. Kita itu siswa berpendidikan, gak boleh ngomong kasar."

Hidung Agnes mengeluarkan dengusan kasar setelah mendengar ucapan polos Seilla. "Oke, gue gak bakal ngomong kasar asalkan lo kasih tahu gue jawaban PR-nya. Setuju?"

Mata Seilla membulat, bibirnya yang merengut pertanda tidak setuju. "Ih, Seilla gak mau nyontekin."

"Yaaah!"

Melihat Agnes meredup, Seilla yang iba kembali berucap, "Tapi kalo ngajarin Seilla mau kok, Nes."

Agnes tampak bahagia. "Lo mau ngajarin gue mencontek?!"

"Bukan lah, Agnes. Tapi ngajarin biar Agnes paham dan bisa ngerjain PR sendiri. Gimana?"

"Boleh ngomong kasar gak ya Tuhan?"

Agnes bertanya sambil menatap ke atas langit, benar-benar frustrasi dengan ucapan Seilla yang sungguh polos tingkat dewa.

"Kasaaaaar!"

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang