3. UKS
🌸🌸🌸
Mereka sudah berada di ruangan minimalis bercat putih ini sejak lima menit yang lalu. Setibanya kemari, Seilla langsung ditangani oleh petugas kesehatan. Sekarang Arland dan Agnes sedang menunggu Seilla yang tak kunjung sadar.
Dari tadi, mata Agnes bergerak-gerak. Ia sesekali menggigit bibirnya. Gak tahu kenapa, pokoknya kalo di dekat cowok ganteng bawaannya deg-degan terus.
Agnes tidak tahu harus berbuat apa. Rasanya benar-benar canggung. Dia menghela napas panjang lalu mengembuskannya perlahan. Begitu terus sejak tadi.
"Lo kenapa?" heran Arland terhadap tingkah aneh gadis yang duduk di sebelah kiri Seilla-Agnes. Arland sendiri berdiri dan bersandar pada tembok di sebelah kanan ranjang yang ditiduri Seilla.
"Eh, Kak Arland!" saut Agnes sambil mengumpulkan keberaniannya. "Gak kenapa-napa, Kak. Hehe," cengirnya lebar. "Kak, lo gak masuk kelas?"
Gak ada salahnya 'kan kalo cewek duluan yang modus ke cowok?
Alih-alih menjawab pertanyaan Agnes, Arland malah mengedikkan bahu tak acuh dan balik nanya, "Lo tahu nama gue dari mana?"
"Ha?"
"Gue terkenal banget ya sampe lo tahu nama gue siapa padahal gue gak tahu nama lo?"
"Hehe." Agnes nyengir lagi. "Iya, lo terkenal banget, Kak. Siapa sih, yang gak kenal sama lo?"
"Haha, biasa aja."
Mendengar Arland tertawa, Agnes jadi tersenyum. "Oh, ya! Kenalin, Kak. Gue Agnes, kelas sepuluh IPA tiga."
Satu alis Arland terangkat lalu turun kembali. Ia menyilangkan tangannya di bawah dada. Menatap cewek di seberang dia yang ternyata bernama Agnes.
"Kenapa, Kak?" Agnes bertanya saat Arland menatapnya seperti itu.
"Gak jadi."
"Lo kok, rada nyebelin ya?"
"Orang ganteng mah, bebas." Arland menyugar rambutnya.
Agnes tertawa pelan mendengar kenarsisan kakak kelasnya yang satu ini. Ia tak menyangka. Dan memikirkan tingkah Arland yang baru ia tahu, Agnes mendadak teringat sesuatu.
"Kak!" panggil gadis berambut sebahu itu seraya bangkit dari duduknya.
"Ada apa?"
"Gue mau nganterin buku presensi ini ke kelas dulu, ya! Gue lupa, Bu Rindu pasti nungguin dari tadi."
Tunggu. Katanya Agnes ingin menghindari mapel bahasa asing? Bukankah dia sudah berhasil terhindar dari pelajaran itu dengan berada di UKS ini? Lalu kenapa Agnes malah mau balik ke kelas?
Ah, itu karena Agnes harus mengantarkan buku presensi ini pada Bu Rindu. Kalau tidak, bisa kena omel dia. Dan setelah itu, tentu saja Agnes akan balik ke sini lagi untuk menjaga Seilla. Jadi, hari ini dia benar-benar terbebas dari pelajaran bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional itu.
"Terus?"
"Gue titip sahabat gue, jagain dia baik-baik ya, Kak! Nanti gue kembali, daaah!" cerocos Agnes lantas melesat entah ke mana bahkan sebelum mendapat persetujuan dari Arland.
"Aish. Tuh, cewek," decak Arland geleng-geleng kepala.
Sekarang, ia memilih untuk duduk di kursi. Berada di samping Seilla yang terkulai lemah di tempat pembaringan. Arland menajamkan penglihatannya. Melihat lebih jelas bagaimana wajah gadis ini.
"Kayaknya gue pernah liat nih, cewek," gumamnya. "Tapi di mana ya?"
Memorinya Arland putar ke belakang. Kira-kira, kapan dan di mana ia melihat si gadis. Beberapa detik kemudian, Arland mengerjap. Ia tahu sekarang!
"Ini kan cewek yang ada di galeri HP si Joni."
Sudut bibir Arland tiba-tiba membentuk senyum tipis. Arland menggeser kursi yang ia duduki agar lebih dekat lagi dengan Seilla. Jarak mereka sangat dekat. Kalau ada cewek lain yang melihat pasti iri pada Seilla karena bisa berduaan dengan seorang Arland Nuraga.
"Pake kacamata ataupun enggak, lo tetap cantik, ya," jujur Arland.
"Kelas sepuluh ternyata, pantesan asing."
Cowok itu lantas membaca nama lengkap Seilla di bet baju sebelah kirinya. "Seilla Liova."
Lalu, tersenyum lagi. Sangat manis dan tampan. Beneran.
"Hai, Seilla! Lo kapan bangun?" tanya dia sangat konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself (Complete)
Teen FictionComplete | Part masih lengkap | 📌Follow dulu sebelum baca Cantik, imut, dan manis: orang-orang selalu memujinya seperti itu. Namun, saat masa SMA, Seilla memutuskan untuk terlihat seperti gadis cupu karena kejadian menyakitkan di masa lalu. Seilla...