18.b

149 4 0
                                    

"Ah!"

Tubuh Seilla tersentak saat seseorang dari belakang menutup erat kedua matanya dengan telapak tangan. Seilla langsung menempatkan kedua tangannya pada tangan halus orang itu, berniat untuk melepaskan. Namun niatnya Seilla urungkan setelah menghindu aroma yang khas, aroma yang sangat ia kenali, aroma yang menenangkan hati.

"Kak Arland!"

"Hm."

"Ih, lepasin tangan Kakak! Seilla gak bisa liat apa-apa!"

"Kalau gue gak mau?"

"Ah, Kak! Lepasin mata Seilla!"

Mendengar ucapan Seilla yang terkesan merajuk, Arland pun menurunkan tangannya. Menatap hangat gadis yang kini sudah berbalik badan dan memandangnya kesal. Cowok yang memakai celana jeans hitam panjang dan kaos berlengan itu berdehem sekilas.

"Kenapa masih di sini? Acara udah mau mulai bentar lagi," kata Arland lembut lalu tersenyum manis pada Seilla yang tampak sangat cantik saat tidak memakai kacamata minus.

Sekarang Seilla sedang kesal, jadi ucapan lembut dan senyum manis Arland tidak akan berpengaruh untuk dirinya. Seilla memakai kembali alat yang membantunya untuk melihat secara jelas. Ia bersidekap. Mengangkat dagunya sedikit tinggi untuk membalas tatapan Arland.

"Kakak ke mana aja dari tadi?"

Alis Arland terangkat sebelah.

"Kenapa malah ngangkat alis gitu? Jawab Kak Arlaaand." Seilla merengek sebal.

"Gue ke toilet tadi."

"Ngapain?"

"Pipis lah, Seill. Masa nyabun?"

"Nyabun?" ulang Seilla mengernyit tak paham.

Arland menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Ia lupa kalau Seilla adalah gadis yang sangat polos. Ah, tapi syukurlah kalau Seilla tidak tahu kata itu artinya apa.

"Lo nunggu lama ya?" Arland bertanya dan suskes mengalihkan perhatian Seilla.

"Banget. Papa sama mama Seilla bahkan udah duluan duduk di sana. Gara-gara Kak Arland sih."

Ini kenapa jadi Arland terus yang salah?

"Lagian lo gue jemput gak mau. Kenapa?"

"Ya ... Seilla pengin berangkat bareng mama sama papa."

"Terus ngapain masih di sini?"

"Berenang! Ya nungguin Kak Arland lah."

"Lo lagi PMS, Seill? Marah-marah mulu ih," gemas Arland mencubit pipi mulus Seilla.

Gadis itu langsung menurunkan tangan Arland dari pipinya. "Ih, apa sih, Kak? Seilla gak marah," kata Seilla lantas meninggalkan Arland.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Arland pun mengejar langkah Seilla. "Tapi lo ngambek." Ia melirik Seilla geli.

"Tau ah. Seilla kesel sama Kakak."

"Loh. Kok, kesel sama gue sih?"

"Gimana enggak kesel coba? Kak Arland dicariin dari tadi tapi malah gak ada."

"Oooh. Ada perlu apa nyariin gue?"

Deg.

Langkah Seilla mendadak terhenti. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Seilla menunduk sambil berpikir keras apa yang akan ia jawab.

"Kenapa? Rindu? Apa kangen?" goda Arland lembut.

Pipi Seilla rasanya memanas. Seilla menggeleng cepat. Ia menahan senyumnya sekuat tenaga. Oke, Seilla tidak boleh meleleh dalam keadaan sedang kesal!

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang