Denada melemparkan tas gendongnya ke sofa kala matahari mulai menyemburkan warna jingga apik di cakrawala. Gadis itu menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa yang sangat empuk dan lembut. Denada lantas melirik Seilla yang sangat fokus dengan ponselnya hingga mengabaikan kehadiran dia.
"Sibuk banget lo," cibir Denada sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.
"Eh!" Seilla sedikit terperanjat. Seilla mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk sebab memandangi ponsel terus. "Denada udah pulang latihan tarinya?"
"Udah. Lo chatting-an sama siapa?"
"Ah? Um ... Seilla chatting-an sama Kak Arland, Denada."
Udah gue duga.
Jawaban Seilla tadi membuat Denada memijit pelipisnya. Setelah Seilla memberikan nomor ponselnya pada cowok itu, Seilla jadi bermain ponsel terus, sudah pasti memantengi pesan atau panggilan dari Arland. Denada heran kenapa Seilla bisa cepat berubah seperti itu. Padahal dulu, Seilla hanya akan bermain ponsel jika ada tugas yang mengharuskan dia untuk mencari di internet atau saat ada keperluan penting saja.
"Pantesan." Denada menghela napas lesu.
Latihan tari tadi menguras banyak tenaga dan pikirannya. Ditambah masalah Seilla si adik satu-satunya. Denada merasakan kepalanya semakin berdenyut-denyut pusing.
"Pantesan apa, Denada?"
"Lo."
"Seilla?" tunjuk Seilla ke dirinya sendiri. "Seilla kenapa?"
"Lo berubah."
"Seilla berubah?" ulang Seilla. "Berubah jadi apa? Power rangers? Bunglon? Gak deh, Denada. Seilla gak berubah kok." Seilla semakin bingung.
Kali ini Denada menghela napas. Ternyata gadis itu tidak menyadari perubahan sikap yang terjadi pada dirinya. Padahal Seilla memang sudah berubah! Selain Denada yang sadar akan perubahan pada diri Seilla, mama juga. Bahkan mama sempat menanyakan masalah ini padanya.
Kenapa sekarang Seilla main ponsel terus?
Kenapa Seilla tidak belajar dan malah teleponan?
Kenapa Seilla lebih suka berlama-lama di kamar ketimbang kumpul bersama keluarga?
Seilla lagi deket sama cowok mana?
Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang mama ajukan pada Denada. Meskipun gadis berambut panjang bergelombang itu tahu jawabannya, tapi dia tidak mau membuka mulut. Dia hanya menyuruh mama untuk menanyakannya langsung pada Seilla.
"Lebih baik lo jauhi Arland."
Napas Seilla tertahan. Dadanya mendadak sesak. Apa maksud Denada berbicara demikian? Seilla menatap kakak kandungnya dengan kening mengerut dan alis bertaut.
"Maksud Denada apa? Kenapa Seilla harus jauhi Kak Arland? Seilla gak ngerti sama sekali."
"Arland berbahaya, Seill. Dia bawa pengaruh buruk buat lo."
"Maksud Denada?"
"Seilla. Lo belum juga sadar? Masalah yang menimpa lo beberapa hari ini, itu gara-gara lo deket sama Arland. Netta dan Gea, sadar?"
Untuk pertama kalinya Seilla mendengar Denada berbicara sepanjang barusan. Dan sialnya, otak Seilla masih sulit untuk mencerna omongan Denada yang menurutnya berbelit-belit. Seilla masih berpikir keras kenapa dia harus menjauhi Kak Arland.
"Kak Arland, masalah yang dialami Seilla, Kak Netta, dan Kak Gea. Apa hubungannya? Terus apa masalah Seilla beberapa hari ini?" tanya Seilla polos.
Lidah Denada berdecak kasar. Dia menggeram tertahan. Daripada tambah kesal hati menghadapi adiknya yang sangat polos dan lemot tingkat dewa ini, Denada memilih meraih tasnya lalu bangkit dan beranjak pergi menuju kamar.
"Jauhi dia kalo lo mau aman," titahnya sebelum benar-benar meninggalkan Seilla.
🌿🌿🌿
Ponsel Seilla bergetar saat ia sedang menggendong tasnya untuk bergegas pulang sekolah. Seilla tersenyum senang. Ia langsung mengambilnya di saku rok span.
Tapi senyum Seilla seketika memudar. Seilla kira itu pesan dari Kak Arland, namun ternyata bukan. Pesan itu dari nomor baru yang tidak dikenal Seilla.
Seilla, gue tunggu lo di toilet samping tempat pembakaran sampah, sekarang.
Dahi Seilla mengernyit setelah membacanya. Jemari lentik Seilla lalu membalas pesan tersebut.
Ini siapa ya?
Beberapa saat kemudian ponsel Seilla kembali bergetar, balasan dari orang asing itu.
Makanya ke sini kalo mau tau ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Myself (Complete)
Ficção AdolescenteComplete | Part masih lengkap | 📌Follow dulu sebelum baca Cantik, imut, dan manis: orang-orang selalu memujinya seperti itu. Namun, saat masa SMA, Seilla memutuskan untuk terlihat seperti gadis cupu karena kejadian menyakitkan di masa lalu. Seilla...