20.b

153 10 0
                                    

"Eits. Kalo Seilla mending dipesenin sama—"

Arland yang mengerti ucapan mengode tersebut sontak menatap Joni tajam. Yang ditatap langsung lari ngibrit sambil tertawa-tawa. Agnes terkekeh geli saat melihat tingkah dua kakak kelasnya ini.

Lain halnya dengan Seilla, Seilla malah tertunduk lesu. Ia meremas jemarinya yang berembun. Entah kenapa dada Seilla terasa sesak dengan tingkah Kak Arland yang tidak seperti biasanya.

Sejak hari Minggu sampai tadi pagi mereka belum bertemu. Dan sekalinya bertemu di jam istirahat ke dua malah begini. Kak Arland mencueki dan mendiami Seilla.

Kalian tahu 'kan? Dicuekin dan didiemin sama orang yang kita sayang itu rasanya gak enak banget. Beneran.

"Eh, gue ke toilet dulu ya!" Putri memilih pamit mengundurkan diri saat mendapati roman-roman tak beres dari pasangan ini.

"Gue juga! Mau nemenin Putri pipis!" sorak Cayo bangkit, ia hanya menyengir lebar saat Putri melototinya dengan bola mata yang seperti mau copot.

Dan sekarang … tersisa Agnes, Arland, dan Seilla di meja kantin ini. Agnes jadi canggung sendiri untuk membuka pembicaraan. Apalagi saat Arland dan Seilla hanya diam.

Mereka kenapa sih? Bukannya kemarin Seilla cerita kalau hubungannya sama Kak Arland baik-baik aja meski gak terikat pacaran?

Kak Arland terima keputusan Seilla, gak maksa Seilla buat jadi pacarnya, dan ngejalani kisah mereka kayak air yang ngalir, gitu 'kan? Terus kenapa sekarang jadi diem-dieman gini sih? Heran gue.

Apa mereka mendadak sakit gigi?

"Mas, ini pesanannya."

"Terima kasih, Bi."

Agnes melihat Arland menerima mangkuk berisi pesanannya dari Bibi Kantin dan mengucapkan terima kasih. Astaga! Karena sibuk berpikir Agnes sampai tidak sadar kapan Arland memesan makanan. Agnes kini beralih menatap Seilla, sahabatnya itu masih saja menunduk dan tak bersuara!

Tanpa menawari dua gadis itu, Arland memakan setusuk batagornya. Lalu, semangkuk batagor tersebut ia sodorkan pada Seilla.

"Buat lo, Seill," katanya hangat.

"Ah!" Seilla sedikit terkejut. Ia mengangkat kepalanya perlahan, menatap si mangkuk cap ayam jago dan Kak Arland secara bergantian. "Bu … buat Seilla?"

Arland jadi terkekeh. Ia merindukan saat-saat seperti ini, kegugupan dan kepolosan Seilla yang menggemaskan! Bibir Arland mengukir senyum manis. "Iya, buat lo."

"Um, ta … tapi itu p—"

"Jangan takut, makanannya udah gue cobain kok, aman, dan gak ada racunnya."

Meleleh. Sumpah demi langit tujuh lapis, hati Seilla serasa melambung sampai ke awan! Seilla mengulum senyum bahagianya. Sekarang pipinya pasti sudah sangat merona dengan perlakuan manis Kak Arland yang tak terduga.

"Dimakan, Seill."

"Aaah! Astaga, Kak! Lo emang paling bisa ya! Bikin cewek lumer kayak es krim kena panas! Gue jadi baper parah sumpah!"

Arland tertawa dengan kehebohan Agnes. Ia lalu menatap Seilla yang malah diam lantas bertanya lembut. "Kok, gak dimakan? Apa mau gue suapin?"

Seilla menggeleng cepat. Sudah cukup Kak Arland membuatnya sport jantung barusan. Detak jantungnya yang menggila bahkan belum normal kembali, dan Kak Arland ingin menyuapinya? Ah, Seilla tidak ingin jantungnya meledak karena kelewat bahagia!

Perlahan, Seilla meraih mangkuk yang disodorkan Kak Arland untuknya. Menusukkan garpu pada jajan yang kepanjangannya bakwan-tahu-goreng itu lalu melahap dan mengunyahnya. Seilla tersenyum, ini adalah batagor paling enak nan spesial yang pernah ia makan selama hidup di bumi!

Lebay? Seilla tidak peduli.

"Pesanan dataaang!" seru Joni membawa penampan berisi semangkuk siomay dan segelas es jeruk permintaan Agnes. Udah kayak mas-mas delivery on line aja.

Seilla tertawa geli mendengarnya.

Be Myself (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang